Sword Art Onlne Jilid V BAB II



Ia melihat jam di pergelangan tangan kirinya saat ia keluar dari exit C10 Stasiun Otemachi di Jalur Chiyoda.

Ada lebih dari 5 menit tersisa sebelum jam 3, waktu yang disetujui. Saat Yuuki Asuna akan menurunkan pergelangan tangannya, matanya sambil lalu berhenti pada jendela kalendar kecil pada jam tangannya.

Minggu, 7 Desember, 2025.

Itu mungkin saja bukan hari peringatan yang spesial, tapi dalam dada Asuna, benih dari sebuah perasaan yang kuat telah bertunas. Ketika ia mulai berjalan sepanjang jalan Eitai, ia mendongak, menghadap gerbang-gerbang utama Istana Kekaisaran dan bergumam tanpa mengeluarkan suaranya.

−Sebentar lagi, akan jadi setahun…

Yang ditinggalkan tak terkatakan adalah kata-kata, “sejak kembalinya aku ke dunia nyata”. Setelah kastil baja terapung (SAO), ke sangkar burung di puncak pohon (ALO), ia kemudian diselamatkan dan dikembalikan ke dunia nyata pada pertengahan Januari tahun ini. Dunia fantasi tersebut berangsur-angsur menjadi sebuah kenangan, tapi meski begitu, ia masih kadang merasa aneh tentang dirinya menjalani kehidupan seperti ini di dunia nyata.

Tempat berjalan yang lebar dilapisi dengan bebatuan, pepohonan pinggiran jalan yang bergetar dalam udara dingin dan para pejalan kaki berjalan dengan wajah mereka terkubur di dalam kerah mantel atau syal-syal mereka. berjalan perlahan ditengah arus keramaian, adalah Asuna sendiri. Semua hal disekitarnya bukan objek 3D yang dikodekan secara digital, melainkan mineral, tumbuhan, dan makhluk nyata.

Tapi bagaimana kita mengartikan apa ‹‹Nyata›› sebenarnya? Jika hanya soal dibentuk dengan atom dan molekul, maka itu akan sama saja dengan polygon-poligon virtual. Karena identitas sebenarnya polygon-poligon itu adalah electron-elektron yang disimpan dalam sebuah elemen memori server. Yang artinya, tidak begitu berbeda pada tingkat partikel-partikel dasar.

Dibilang begitu, satu-satunya masalah mungkin datang dari reversibilitas. Benda-benda yang ada di dunia nyata, baik biologis ataupun benda mati; apabila dirusak, maka tidak mungkin untuk dikembalikan seperti keadaaan semulanya. Tapi di dunia maya, maka mudah untuk menciptakannya lagi tanpa satu byte pun informasi yang jelek.

…Tidak.

Bukan begitu. Di dunia itu – Aincrad, apa yang hilang darimu dan tidak bisa dikembalikan benar-benar ada. Dua tahun yang dihabiskan di kastil terapung itu, apa yang Asuna sentuh, rasa, dapatkan dan kehilangan tidak diragukan lagi semuanya ‹‹nyata››.

Kalau begitu.

“… Perbedaan antara dunia nyata dan dunia maya… apa yang membedakannya…?”

Ia secara tidak sadar berbisik dan pada pertanyaannya -.

“Hanya soal kuantitas informasi.”

Datang jawaban dari sampingnya, kejutannya membuat Asuna melompat kaget.

“Wa, waa?!”

Ia dengan segera mencari sumber suara dan menyadari wajah seorang anak laki-laki, berkedip karena terkejut.

Rambut depan yang sedikit panjang. Profil yang sangat ramping, tapi itu membuatnya terlihat tampan. Berpakaian dalam kaus hitam dengan jaket hitam diatasnya dan celana jeans hitam pudar.

Penampilannya sangat mirip dengan avatar yang ia gunakan, kenyataan bahwa tidak ada hulu pedang di punggungnya terasa sangat tidak biasa. Asuna mengambil napas dalam untuk menghilangkan rasa sakit yang manis dari kerinduan yang muncul dari dalam hatinya; dia membuka bibirnya dan mengatakan.

“…Aku kaget karena kamu muncul begitu tiba-tiba, apa kamu menggunakan Kristal Transfer?”

Setelah mendengar ini, si pemuda – Kirigaya Kazuto mengeluarkan senyum pahit.

“Tidak tiba-tiba. Bukannya sudah jam dan tempat janjian?”

“Eh…”

Setelah ditanya, Asuna melihat sekelilingnya lagi.

Jalan pejalan kaki bermandikan sinar matahari siang yang lembut, dan cahayanya berkilatan dari permukaan air. Sedikit ke depan, sebuah jembatan terhubung dengan sebuah pintu besar yang dijaga ketat. Memang benar, ini adalah di depan Istana Kekaisaran, tempat ia janji bertemu dengan Kazuto. Sepertinya ia berjalan sambil berpikir, dan sampai di tempat tujuan.

Asuna tersenyum malu dan mengangkat bahunya.

“Ahaha, sepertinya aku tadi dalam mode autopilot. Umm… pokoknya, selamat siang Kirito-kun.”

“Itu berbahaya, dunia nyata tidak punya fungsi navigasi. …Halo, Asuna.”

Setelah menyapa satu sama lain, mata hitam Kazuto tiba-tiba menyempit, menatap Asuna.

“A… Apa? Apa yang terjadi padamu tiba-tiba?”

Bertanya-tanya apa terjadi sesuatu yang aneh, Asuna menaruh tangannya didepannya dan bertanya. Lalu Kazuto segera menggelengkan kepala, dan tergagap:

“Ah, tidak, itu… Umm… aku pikir pakaian ini cocok sekali, atau mengingatkanku pada…”

“Eh…?”

Ia secara tidak sadar melihat ke bawah pada figurnya, butuh dua detik baginya untuk mengerti penuh apa yang dikatakan Kazuto padanya.

Hari ini dia mengenakan mantel musim dingin yang terbuat dari wol putih. Dibawahnya sebuah rok argyle kotak-kotak berwarna gading dan merah.

Singkatnya, semua warnanya berhubungan dengan guild yang sudah tidak lagi ada, ‹‹Kight of The Blood››. Kalau dipikir kembali, hampir setiap hari di Aincrad, dia berpakaian dalam seragam kesatria merah dan putih. Itu mungkin membangkitkan ingatan Kazuto tentang hari-hari itu.

Asuna tersenyum sembari menyentuh daerah pergelangan kirinya dengan jari-jarinya.

“… Itu benar. Tapi aku tidak membawa pedang rapier… - Benar, Kirito-kun juga, hari ini kau berpakaian dalam warna hitam semua.”

Mendengar itu, Kazuto juga tersenyum malu.

“Tapi tanpa kedua pedang. …Sebenarnya, aku sudah mencoba untuk menghindari memakai warna hitam dari atas sampai bawah, tapi Suguha mencuci pakaian kami pagi ini, dan tinggal ini yang aku punya.”

“Itu bisa terjadi kalau kamu membiarkan pakaian kotormu berserakan.”

Ujung lengan bajunya menyentuh Kazuto, dan mereka bergandengan tangan.

“Well, hari ini kita secara tidak sengaja memakai ‹‹warna-warna dari masa itu››. Kebetulan sekali.”

Ia bilang sambil melihat dari posisi yang sedikit lebih tinggi ke dalam mata Kazuto. Kazuto mengeluarkan batuk kecil, dan sebuah jawaban monoton:

“Well, kita saling bertemu selama setahun seperti ini; itu pasti akan terjadi.”

“Dasar kamu, harusnya kamu bilang saja ‘Benar’!”

Asuna cemberut kecil lalu menarik tangan dalam jaket kulit itu.

“I say, jangan cuma berdiri sambil bicara disini, ayo. Bisa-bisa hari keburu gelap.”

“Oh, Ok.”

Asuna menempel pada Kazuto yang mengangguk, dan keduanya berjalan menuju jembatan.

Gerbang utama bergaya lama pada dinding-dinding putih terselubung cahaya merah matahari terbenam, membuat bayangan hitam pada jembatan. Meski ini hari Minggu, hanya ada sedikit turis karena ini musim dingin.

Mereka melewati para penjaga bermantel tebal, melewati gerbang, dan mengambil karcis masuk plastic dari sebuah kantor kecil. Melalui pagar berwarna perak, sulit dipercaya bahwa tempat ini berada di tengah pusat kota Tokyo, dengan bentangan hutan yang luas dan tenang.

Meskipun Asuna-lah yang meminta kemana mereka bisa pergi hari Minggu, Kazuto-lah yang memutuskan tempat bertemu yaitu ‹‹di depan gerbang utama››.

Istana Kaisar sendiri tidak dibuka untuk umum, tetapi dalam parit yang yang mengelilingi istana, ‹‹Taman bagian Timur›› di sudut timur laut, dibuka untuk umum pada beberapa hari pilihan dalam satu minggu – informasi itu, tidak Asuna ketahui hingga hari ini. Tentu saja, itu pertama kalinya ia menginjakkan kaki disana. Berjalan di jalan yang luas dan mempesona, Asuna sekali lagi merasakan sebuah perasaan aneh, ia menoleh pada pemuda disebelahnya dan bertanya:

“…Oh iya, kenapa kau memilih Istana Kaisar untuk kencan kita kali ini? Kirito-kun, apa kau berminat pada sejarah?”

“Well, tidak juga. Alasan utamanya sih… baru-baru ini, aku dipanggil ke sekitar sini untuk suatu urusan bodoh…”

Sesaat, hidungnya melebar sambil mengingat-ingat sesuatu, tapi segera kembali ke senyum tenangnya dan melanjutkan.

“Aku akan menceritakannya padamu nanti, tapi apa kamu tidak berpikir bahwa Istana Kaisar merupakan tempat yang sepertinya menarik?”

“Menarik? Menarik bagaimana?”

Kazuto mengedipkan kedua matanya, mengarahkan tangan kanan jaketnya pada pepohonan tebal disekitar.

“Utara-selatan sekitar 2 kilometer, rentang timur ke barat 1.5 kilometer. Gabungan Taman Utara dan daerah taman-taman luar kira-kira 2.3 juta meter persegi, menempati sekitar 20 persen dari Chiyoda-ku. Dibandingkan Vatican dan Buckingham Palace, ini jauh lebih besar, tapi kalah dari istana Versailles… tidak hanya di permukaan, tidak ada satupun rel kereta bawah tanah atau terowongan, dan tidak satu jenispun alat transportasi udara diperbolehkan untuk terbang di atas tempat ini. Singkatnya, tempat ini adalah sebuah dinding vertical di tengah Tokyo, sebuah wilayah ‘no entry’ yang besar.”

Mendengar itu, Asuna membayangkan sebuah peta kota Tokyo dalam kepalanya. Menggerakkan jari telunjuk kirinya berputar-putar di udara, ia mengangguk mengerti.

“Bisa dibilang, pusat dari sebagian besar jalan-jalan utama yang penting, jalan-jalan melingkar dan radial, didasarkan pada tempat ini sebagai titik tengahnya…”

“Benar, tidak seperti Kyoto yang berbentuk seperti papan catur, Tokyo berbentuk seperti disc, dengan sebuah kota radial konsentrik melingkar. Dan pusat itu, tidak hanya di tingkat fisik, bahkan informasi telah diblokir total. Seperti ‹‹World Tree›› ALO… maaf. Aku mengingatkanmu pada kenangan buruk.”

“Tidak. Aku baik-baik saja.”

Untuk Asuna yang merasakan pemenjaraan panjang di World Tree dulu, dia menggelengkan kepala pada perhatian dari Kazuto dan bertanya:

“Larangan pada tingkat fisik, aku mengerti… tapi informasi, apa yang kamu maksud?”

“Ah, itu…”

Kazuto tiba-tiba melirik pada pepohonan di sekeliling, dan dengan gerakan tangan yang minimal, menunjuk pada beberapa tempat.

“Kau lihat, disana dan disana, ada kamera pengawas, ‘kan? System keamanan itu, sekarang ada dalam system yang sepenuhnya berdiri sendiri. Ini merupakan jaringan tertutup privat dengan tidak satupun koneksi dari luar.”

“Ah… Oh yea, bentuk kameranya aneh.”

Melihat kearah dimana Kazuto menunjuk, ia melihat sebuah bola hitam di atas sebuah tiang. Benda itu terlihat seperti pencahayaan daripada kamera kalau kau tidak mengetahuinya.

“Generasi selanjutnya dalam teknologi system keamanan sedang diuji coba, aku mendengar rumornya… - singkatnya, tempat ini adalah pusat Tokyo, tapi pada saat yang sama, sebuah ‹‹dunia lain›› yang terisolasi juga… aku mungkin berlebihan.”

“Ahaha, sedikit.”

Sambil berbincang, mereka melewati sebuah dinding batu besar, dan jalanan berubah menjadi jalur yang melandai naik. Setelah berjalan dalam diam selama beberapa saat, padangan mereka terbuka sepenuhnya.

Pada sisi yang lain adalah lapangan rumput yang besar, hampir tidak jelas ukurannya. Karena saat ini musim dingin, rerumputannya telah layu berwarna coklat muda, dedaunan pada pohon-pohon di sekitar telah hampir seluruhnya sudah gugur. Dengan datangnya musim semi, itu akan menjadi pemandangan yang menyegarkan.

“Ini adalah reruntuhan Kastil Edo. Pada lakon sejarah, istana bagian dalam yang dijadikan panggung seharusnya sedikit ke sebelah utara dari lapangan rumput.”

“Ayo kita lihat!”

Memegang tangan Kazuto lagi, Asuna mulai mempercepat langkah. Masih tidak begitu banyak orang; kebanyakan dari mereka adalah wisatawan luar negeri. Dalam perjalanan, mereka berpapasan dengan sebuah keluarga dengan dua anak perempuan yang manis, dan si suami dan istri, yang memintai tolong mereka untuk mengambil foto keluarga itu. setelah Kazuto melakukannya dengan senang hati, sang istri tersenyum lalu mengatakan, “Kami akan mengambil gambar kalian berdua juga”, Asuna dengan tersipu berdiri disebelah Kazuto lalu foto mereka diambil.

Setelah memperoleh data gambar di telepon genggam, kami berpisah dengan kedua anak perempuan seraya melambaikan tangan mengucapkan selamat tinggal. Setelah melihat keluarga itu pergi semakin menjauh dalam cahaya sore yang berwarna orange, Asuna mendesah secara tidak sadar.

“…Capek?”

Pada pertanyaan Kazuto, dia tanpa sengaja sekilas melirik Kazuto.

“SA – LAH! Aku ingin masa depan kita juga seperti… itu, um… sungguh!”

Pipinya merona karena kalimat yang ia katakan tanpa berpikir, ia melesat ke depan dalam berlari.

“H, Hey, tunggu!”

Selama balapan singkat dengan Kazuto yang mengejar, mereka sampai di sebuah persimpangan jalan yang terpisah ke utara dan selatan lapangan rumput. Pada persimpangan jalan terdapat sebuah bangku panjang, Asuna duduk disitu.

Walaupun begitu, ia memalingkan wajahnya, dan Kazuto yang duduk disebelahnya dengan malu-malu mengatakan:

“Mm, well, itu… kalau dia punya seorang adik perempuan, aku yakin Yui pasti senang, yea.”

Mendengar sesuatu yang terlalu mirip dengan fastball, darah Asuna mengalir cepat ke pipinya sekali lagi, dia terkikih-kikih.

“K, Kau benar.”

“Ayolah, tertawa sekarang itu jahat sekali…”

“Ahaha, maaf maaf. Tapi benar deh, akan sangat menyenangkan kalau Yui-chan bisa menyebrang kesini dan hidup bersama kita juga…”

Apa yang mereka maksud dengan Yui, adalah nama seorang gadis kecil yang mereka temui dalam server SAO sebelumnya. Wujud sesungguhnya adalah program self-regulation untuk pemeliharaan kesehatan mental pemain, yaitu, sebuah AI , dia mengenali Asuna sebagai ibunya, dan Kazuto sebagai ayahnya. Ketika Aincrad berada diujung kehancuran, program intinya disimpan dalam NERvGear Kazuto dan diselamatkan dari bahaya dihapus. Saat ini, di kamar Kazuto, dia ‹‹hidup›› didalam sebuah mesin jenis stasioner khusus yang disiapkan oleh Kazuto.

Akan tetapi, kontak langsung dengan Yui hanya mungkin dilakukan secara khusus di lingkungan full dive – dengan kata lain, hanya dalam ALO. Walau di dunia nyata kau dapat menggunakan telepon genggam dan menaruh Yui disitu, kapasitas batterainya tidak cukup lama dan mereka tidak bisa ‹‹selalu bersama››.

Jadi, meskipun Asuna mencintai Yui seperti anaknya, dan Yui mendambakan Asuna seperti seorang ibu, selalu ada sebuah dinding di ruang antara mereka berdua, memisahkan mereka antara dunia maya dan dunia nyata…

Tiba-tiba, Kazuto memegang tangan kiri Asuna.

“Jangan khawatir, suatu saat nanti kita akan bisa hidup bersama. Teknologi FullDive akan terus berevolusi, dan lingkungan AR  akan menjadi semakin umum digunakan, pastinya.”

“Mm… Benar… Itu benar.”

“Ya. Batas antara maya dan nyata akan menjadi semakin tidak jelas di masa depan. Walau sekarang masih ada perbedaan dalam jumlah informasi yang membuat dinding,”

Setelah mendengar perkataan Kazuto, Asuna mengangguk dalam, dan memegang erat tangan Kazuto, lalu mendadak mengangkat kepalanya.

“Oh iya, kamu bilang begitu tadi. Perbedaan antara dunia maya dan dunia nyata hanya jumlah informasinya saja. Apa kau maksud dengan itu?”

“Itu…”

Kazuto berpaling sejenak, dan melihat ke tangan mereka bersama di bangku itu.

“Contohnya, dalam ALO, berpegangan tangan seperti ini, berbeda dari di dunia nyata, bukan?”

Setelah dikatakan seperti itu, Asuna memusatkan merasakan tangan kirinya.

Telapak tangan elastis yang bersentuhan. Kehangatan yang menghalau dinginnya udara musim dingin. Sejauh ini, avatar peri ALO dapat merasakan hal yang sama. Akan tetapi, daya tarik kulit ke kulit, gesekan dari garis-garis telapak tangan mereka, dan denyutan lemah karena aliran darah mereka, merupakan sesuatu yang bahkan teknologi FullDive virtual paling maju sekalipun tidak dapat sepenuhnya ciptakan.

“Yeah… itu benar. Tangan sungguhan dapat merasakan lebih banyak… I see, ini ‹‹lebih banyak informasi›› ‘kan?”

“Ya. Tetapi selanjutnya Amusphere akan terus lanjut berevolusi, apa yang terjadi ketika rasa dari kulit dan denyutannya dapat diciptakan ulang? Hanya melalui sentuhan, apa kamu bisa membedakan antara tangan sungguhan dan tangan avatar?”

“Bisa.”

Jawaban cepat Asuna diluar perkiraan Kazuto, sehingga ia berkedip. Menatap wajah Kazuto, Asuna melanjutkan untuk menambahkan:

“Kalau itu tangannya Kazuto. Tapi kalau tangan orang lain, mungkin tidak.”

Saat itu, suhu dan denyutan pada tangan Kazuto naik. Menyadari hal ini, Asuna tertawa dan melanjutkan:

“Tidak hanya sentuhan, tapi juga penglihatan, suara, rasa dan bau semuanya punya lebih banyak informasi di dunia nyata pada saat ini. Jadi, walaupun Amushpere saat ini punya fungsi AR…”

“Benar. Setelah melihat atau menyentuh, kau akan tahu apa itu nyata atau tidak.”

Fungsi AR dimaksudkan untuk menggunakan Amusphere selama sadar, menggabungkan penglihatan dan suara nyata dengan informasi digital. Seandainya itu mungkin, maka itu dapat menggantikan computer dan telepon genggam. Dalam pandanganmu, kau bisa memiliki desktop maya dimana kau bisa menelusuri internet atau mengetik e-mail, mengakses nagivasi jalan, mendapat label informasi pada orang atau benda, penggunaannya hanya akan dibatasi oleh imaginasi.

Saat ini, RECTO mulai bekerja dengan produser-produser informasi besar untuk mengembangkan mesin tersebut, tapi karena aktivitas fisik menyebabkan fokus nadi berubah, kebutuhan untuk baterai berkapasitas tinggi, dan masalah-masalah lain, mesin tersebut belum mencapai tingkat praktis.

“…Sayangnya, dengan jenis headgear sekarang ini, ada pendapat bahwa AR yang terus ada ‹‹konstan›› itu tidak mungkin. Bagaimanapun, suatu hari nanti, akan ada terobosan teknologi, jika kita bisa menerima data kelima indera kapasitas besar di dunia nyata… yaitu tanpa tempat tidur dan steker listrik, kita dapat full dive kapan saja.”

Asuna mengangguk pada kata-kata Kazuto, dan melanjutkan dimana dia berhenti.

“Kita akan menyebrangi batasan dunia, dan selalu bersama Yui. …Hari seperti itu pasti akan tiba.”

“Ya, pasti.”

Kata-kata mereka, tidak diragukan lagi, hampir sama dengan apa yang mereka katakan sambil memikirkan Yui yang terpisah di lantai dua puluh dua di Aincrad . Menyadari hal itu, Asuna merasakan perasaan hangat menyebar ke seluruh tubuhnya dan mengistirahatkan kepalanya di pundak kanan Kazuto.

Janji reuni itu, terpenuhi dalam beberapa bulan .

Itulah sebabnya, pasti; kata-kata mereka hari ini akan segera menjadi kenyataan.

Siang hari musim dingin yang pendek membuat matahari terlihat seperti jatuh di belakang pepohonan di sebelah barat. Langit berwarna merah; burung-burung yang hendak kembali terbang dalam kelompok. Ratusan tahun lalu, orang-orang yang hidup di kota pada lapangan rumput besar itu mungkin melihat matahari terbenam yang sama. And selanjutnya ratusan tahun di masa depan, di dunia berbeda yang berubah oleh waktu, seseorang akan melihat pada langit merah yang sama…

“…Ah…”

Dada Asuna mendadak terasa ditekan dengan perasaan homesick dan ia mendesah lembut. Dia melirik ke Kazuto disebelahnya. Ketika ia bertemu matanya, dia tersenyum.

“Rasanya, aku mengerti. Alasan kau membawaku kesini.”

“Eh… masa’?”

“Iya. – kalau dunia ada dalam sumbu ‹‹waktu›› dan wilayah ‹‹ruang››, maka Tokyo… yang merupakan pusat kita di dunia nyata, tidak diragukan lagi inilah tempatnya. Terus… saat ini ‹‹The Seed›› yang memungkinkan peluasan dunia maya, sumbunya yang tidak ada lagi, ‹‹kastil›› itu. Itulah kenapa warna matahari tenggelam ini, terasa sangat membuat rindu…”

Pada kata-kata Asuna, Kazuto berkedip beberapa kali sebelum membuka lebar mulutnya.

“I see… mungkin memang begitu. Aku tidak terlalu memikirkan aspek itu. Tapi… setelah mendengar kata-kata Asuna, aku dapat mengerti satu hal.”

“Eh, apa itu?”

“Bentuk Aincrad. Mungkin saja struktur berbentuk kerucut yang berlapis-lapis itu merupakan sebuah symbol dari ‹‹sumbu waktu dan wilayah ruang››.”

Asuna berpikir sebentar dan mengangguk pelan.

“Iya… itu mungkin benar. Tapi kalau begitu, dunia yang Leader  ciptakan, dengan jadwal yang menakjubkan, akan memusat  dan hancur. Itu, kalau seseorang tidak membuatnya menderita sebuah ledakan besar ditengahnya.”

“Ma, maaf… nona wakil ketua.”

Mereka berdua tertawa pelan secara bersamaan. Setelah beberapa detik, Kazuto mengambil napas dalam, dan masih berpegangan tangan dengan Asuna, ia bangkit berdiri dari bangku.

“Nah, sudah waktunya kita pulang, tempat ini tutup jam lima.”

“Mm, lain kali ayo ajak Lizbet dan Lyfa-chan juga. Makan siang di halaman rumput itu akan menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan, pastinya.”

“Boleh, saat musim semi. Tentu saja.”

Menarik tangan Kazuto, Asuna ikut berdiri, ia melihat ke lagit dan matahari terbenam satu kali lagi.

‘Aku ingin pulang’ pikirnya. Akan tetapi, bukan Miyasaka di Setagaya-ku, dimana rumah keluarga Yuuki berlokasi di dunia nyata, yang ia maksud. Di lantai dua puluh dua di Aincrad, walau hanya ada untuk waktu yang singkat, ‹‹rumah hutan›› mereka.

Meski rumah kayu kecil itu terhapus, bersama dengan runtuhnya kastil terapung itu – sekarang bagi Asuna, sebuah tempat yang hangat ada dalam hatinya. Sebelum realisasinya, di atas World Tree Alfheim, rumah sewaan di ‹‹Yggdrasil City›› telah menjadi rumah Asuna, Kirito dan Yui.

Berjalan menuju utara gerbang keluar Hirakawa, Asuna bertanya pada Kirito:

“Hei, bisakah kau login malam ini? Aku ingin memberitahu Yui semua tentang hari ini.”

“Ya, tentu. Sekitar jam 10 malam sepertinya tidak apa-apa.”

Kazuto tersenyum dan mengangguk, dan tiba-tiba mulai membuat ekspresi sangat kesulitan.

"Eeeh!?"


“Hm, apa kau ada sesuatu yang harus dilakukan?”

“Tidak, bukan begitu. Mestinya sih malam ini tidak apa-apa… itu, Asuna, aku…”

Kazuto, yang jarang tergagap dalam bicara, bergumam ‘Uuh – umm – err’selama beberapa detik, tapi apa yang ia katakana selanjutnya akan mengagetkan Asuna:

“…Aku, sebentar lagi, mungkin akan merubah ‹‹Kirito›› ALO dan memasukkannya ke game lain…”

“Eh, eeeh!?”

Burung-burung beterbangan dari pepohonan di dekat mereka akibat teriakan terkejut yang tiba-tiba dari Asuna.

Penulis : Rulli Rhamananda ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sword Art Onlne Jilid V BAB II ini dipublish oleh Rulli Rhamananda pada hari Jumat, 23 November 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sword Art Onlne Jilid V BAB II
 

0 komentar:

Posting Komentar