Sword Art Online Jilid IV BAB VII (Bagian III)



Berhasil selamat dari situasi yang kritis itu, Lyfa mereganggkan tubuhnya yang kedingin karena rasa takut yang dialaminya diatas jalan berbatu itu. Kemudian berbalik, menyadari waktu yang diberikan untuk menjalani quest tersebut sudah habis, gerbang itu tertutup dan raksasa-raksasa putih didalamnya tetap berdiri dibalik gerbang itu.

Terdapat api kecil yang berkedip-kedip di atas tangannya. Kirito-kun -, Lyfa menangis di dalam hatinya. Tapi tidak ada waktu untuk hanyut dalam perasaan sedih ini. Kemudian dia duduk, dan menyandarkan dirinya pada kaki patung batu besar di depan gerbang, melambaikan tangannya, dia membuka jendela pop-out untuk item.

Karena Lyfa tidak menguasai sihir beratribut air dan beratribut suci, dia tidak dapat menggunakan sihir pembangkit tingkat tinggi. Jadi dia mengubah «Sap of the World Tree»menjadi sebuah item, dan setelah itu mengambil botol biru kecil yang tercipta.

Setelah menyingkirkan jendela pop-out itu, dia membuka sumbat botol biru kecil yang dipegangnya dan memercikkan cairan yang bercahaya itu di atas Remain Light milik Kirito. Sebuah lingkaran sihir tiga dimensi yang mirip dengan lingkaran sihir pembangkit, muncul dalam sekejap. Beberapa detik kemudian, muncul wujud anak laki-laki berbaju hitam.

“...Kirito-kun...”

Sambil duduk, Lyfa memanggil namanya, tersenyum dalam tangisnya. Lalu Kirito berlutut diatas jalan batu itu dengan tersenyum, kemudian meletakkan tangannya diatas tangan Lyfa.

“Terima kasih, Lyfa... Tapi, jangan bertindak gegabah seperti itu lagi. Aku akan baik-baik saja... Aku tidak ingin menyusahkan mu lebih lanjut. “Menyusahkan... aku...”

‘Tidak sama sekali terbebani’, adalah hal yang ingin Lyfa katakan, tetapi Kirito lebih dulu berdiri. Dia berpaling dariku, kemudian mulai berjalan - berjalan ke arah gerbang yang menuju World Tree.

“Ki, Kirito-kun!!”

Lyfa tercengang dengan kagum. Kemudian menempatkan kekuatannya pada kedua kakinya yang bergetar, dan entah bagaimana, dia berdiri.

“Tu, tunggu... Itu mustahil untuk dilewati sendirian.”

“Mungkin begitu... Tapi aku harus pergi kesana...”

Bisik Kirito dengan membelakanginya. Lyfa merasa seperti gambar kaca yang terdesak hingga diambang batas, berusaha keras untuk mencari kata-kata untuk diucapkan. Tapi akhirnya Ia tidak dapat mengucapkan kata-kata yang membakar tenggorokannya. Dengan sekejap Lyfa merentangkan tangannya, dan kemudian memegang badan Kirito dengan erat.

Lyfa merasakan perasaan tertarik yang kuat. Untuk bisa melupakan Kazuto, dia memaksakan hatinya untuk mencintai orang ini, pada saat yang sama, mungkin semuanya akan baik-baik saja, pikirnya.

“Cukup... Hentikan... Kembalilah menjadi Kirito yang biasanya... aku... aku, Kirito-kun...”

Kirito memegang tangan kanan Lyfa dengan lembut menggunakan kedua tangannya. Suara yang tenang tapi kuat, mengalir ke telinga Lyfa.

“Lyfa... Maafkan aku... Jika aku tidak pergi kesana, tidak akan ada berakhir, dan tidak akan ada yang mulai. Aku harus melihatnya, lagi...”

“Melihat... Asuna...”

Sejenak, Lyfa tidak mengerti apa yang didengarkannya. Pikirannya kosong, kemudian gema suara Kirito perlahan-lahan memudar.

“...Tadi... tadi, apa... yang Kamu katakan...?”

Kirito memiringkan kepalanya, terlihat sedikit binggung, kemudian menjawab:

“Ah... Asuna, itu adalah nama orang yang aku cari.”

“Tapi... maksudku, orang itu...”

Lyfa mengambil setengah langkah kebelakang sambil menutup mulutny dengan kedua tangannya.

Pada saat pikirannya sedang membeku, bayang-bayang ingatannya muncul.

Ingatan beberapa hari yang lalu, pada saat dia berlatih dengan Kazuto di dojo.

Ingatan ketika mereka bertemu, Kirito mengalahkan pasukan Salamander di hutan kuno itu.

Kedua orang didalam ingatannya itu, mengayunkan pedangnya dengan tangan kanannya kemudian menyimpannya di punggung mereka setelah bertarung. Dengan menggunakan gerakan yang benar-benar sama.

Setelah mengamatinya lebih lanjut, kedua bayangan itu melebur menjadi satu. Mata Lyfa terbuka lebar, kemudian dari bibirnya yang bergetar, keluar sebuah suara.

“...Apakah Kamu... Onii-chan?”

“Huh...?”

Kirito mendengar kata-kata itu, dan kemudian alis matanya naik karena terkejut. Matanya yang gelap menatap langsung ke mata Lyfa. Cahaya yang megambang di pupil matanya bagaikan bulan yang bergoyang diatas permukaan air, kemudian -

“- Sugu... Suguha...?”

Spriggan yang berpakaian serba gelap itu membisikkan suara yang nyaris tidak terdengar lagi, memanggil nama itu.

Jalan batu itu, tempat di sekeliling Aarun, dan seluruh dunia dengan World Tree seakan runtuh. Lyfa / Suguha melangkah mundur dengan terhuyung-huyung.

Selama berpetualang dengan orang itu beberapa hari lamanya, Lyfa merasa dunia maya itu terkesan lebih hidup. Hatinya sangat senang ketika terbang bersampingan dengannya.

Suguha mencintai Kazuto, Lyfa menyukai Kirito, dia akan berbohong jika dia tidak bilang dirinya merasa tidak bersalah. Namun, Kirito lah yang mengajarkannya bahwa ALfheim bukan hanya pengembangan dari simulator penerbangan virtual yang dipikirkannya selama ini, melainkan sebuah realitas yang baru. Itu kenapa Lyfa dapat merasakan perasaan yang dia punya di dunia ini bukan hanya sekedar data digital, melainkan perasaannya yang sesungguhnya.

Suguha dengan tegas membekukan perasaannya yang menginginkan Kazuto, bahkan dia merasa, rasa sakit yang terkubur jauh di dalam hatinya pun akan terlupakan jika dia tinggal di sisi Kirito. - Memang benar «realita» ini dibentuk oleh jiwa manusia yang «nyata» yang ingin datang ketempat ini, tapi tetap saja hal ini sangat tidak terduga.

“...Kejamnya... Ini sudah keterlaluan, ini...”

Lyfa berbicara seperti orang yang kehilangan kewarasannya sambil menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Dia tidak ingin ada ditempat itu lebih lama lagi, meskipun hanya satu detik lebih lama. Dia berpaling dari Kirito, dan melambaikan tangan kirinya.

Kemudian menyentuh ujung kiri bawah dari jendela yang keluar, dia hampir saja mengabaikan pesan konfirmasi yang keluar, dan akhirnya menekan tombol untuk keluar dari dunia itu. Di bawah kelopak mata yang tertutup itu, muncul warna pelangi yang kemudian memudar, dan meninggalkan kegelapan.

Setelah bangun di tempat tidurnya, hal pertama yang dia lihat adalah langit ALfheim yang berwarna biru. Warna itu selalu membawanya pada perasaan nostalgia dan kerinduan yang dalam, tapi yang ada sekarang hanyalah rasa sakit.

Suguha kemudian melepas Amusphere yang dia kenakan dari kepalanya, kemudian memegangnya di depan kedua matanya.

“U... u...”

Isak tangis yang tidak bisa ditahannya, akhirnya muncul dari dalam tenggorokannya. Kemudian Ia meletakkan sedikit kekuatan pada kedua tangannya, memegang mesin halus yang berhiaskan dua lingkaran. Lingkaran itu melengkung dengan mulus.

Dia bisa saja menghancurkan Amusphere ditangannya dan menutup jalan ke dunia itu untuk selamanya. Akan tetapi, dia tidak bisa melakukannya. Nasib gadis bernama Lyfa, yang berada di sisi dunia itu sangatlah menyedihkan.

Setelah melempar mesin itu ke tempat tidurnya, Suguha berdiri. Dia menapakkan kakinya di lantai, menutup kedua matanya, dan menundukkan kepalanya. Dia tidak ingin berpikir apa-apa untuk sementara waktu.

Kesunyian itu dipecahkan oleh sebuah ketukan yang rendah. Kemudian, dari balik pintu terdengar suara yang berbeda dari suara Kirito, tapi memiliki irama yang sama.

“- Sugu, bolehkah aku masuk?”

“Berhenti!! Jangan buka pintunya!”

Suguha berteriak karena refleks.

“Tinggalkan aku sendiri... untuk sementara waktu...”

“- Apa yang terjadi, Sugu? Aku juga terkejut, tapi...”

Kazuto melanjutkan perkataannya dengan bingung.

“...Jika Kamu marah karena aku menggunakan Nerve Gear lagi, aku minta maaf. Tapi benda itu benar-benar dibutuhkan.”

“Bukan. Bukan tentang itu.”



Setelah beberapa saat, perasaan yang bertentangan menyebar ke seluruh tubuhnya. Dia melompat dari tempat tidurnya, dan kemudian berjalan ke arah pintu.

Dia memutar gagang pintu tersebut dan membuka pintunya, terlihat sosok Kazuto dibaliknya. Matanya dipenuhi oleh kekhawatiran pada saat melihat Suguha.

“Aku... Aku...”

Dia memberitahukan perasaannya, sambil mengeluarkan air mata.

“Aku - menghianati hatiku. Menghianati perasaan ku yang mencintai Onii-chan.”

Akhirnya Suguha bisa berkata ‘cinta’ pada orang yang disukainya secara langsung, tapi seperti ada pedang yang menusuk dada, tenggorokan, dan bibirnya. Sambil merasakan rasa sakit yang membakarnya, Dia melanjutkan perkataannya dengan suara serak.

“Aku pikir aku sudah melupakan semuanya, menyerah, dan mulai mencoba untuk mencintai Kirito. Tidak, aku sudah merasa cukup - tetapi... meskipun...”

“Apa...”

Untuk beberapa detik, Kazuto kehilangan kata-kata, kemudian dia berkata dengan berbisik.

“Cinta... Aku... Tapi, kita kan...”

“Aku tahu”

“...Apa...?”

“Aku sudah tahu semuanya”

‘Aku tidak boleh memberitahukan hal ini’, pikirnya. Tapi dia tidak dapat berhenti. Dengan matanya yang menatap Kazuto dan berisikan perasaannya yang kuat, dia mengucapkan sebuah pernyataan melalui bibirnya yang bergetar.

“Onii-chan dan aku bukan saudara kandung, aku sudah mengetahuinya sejak dua tahun yang lalu!!”

Oh tidak. Ibunya ingin dia menunggu saat yang tepat untuk memberitahukan Kazuto bahwa dia sudah mengetahui hal ini, bukan untuk menggunakannya sebagai senjata untuk perasaanya. Alasan Ibunya meminta dirinya untuk menunggu adalah untuk menggunakan waktu yang ada untuk memikirkan tentang hal tersebut , pikirnya.

“Alasan Onii-chan menyerah dari Kendo dan kemudian menjauhiku, itu semua karena Onii-chan sudah tau ini semua sejak lama bukan? Karena aku bukan adik kandungmu, Onii-chan mulai menjauhi aku kan? Lalu, kenapa Onii-chan sangat baik padaku sekarang!!”

Dia tidak dapat menahannya lagi, tidak peduli seberapa kasar kata-katanya. Secara perlahan mata hitam Kazuto kehilangan ekspresinya pada saat suara Suguha bergema di koridor yang dingin itu.

“Aku... sangat senang ketika Onii-chan kembali dari SAO. Aku senang kita akhirnya dapat kembali ke hubungan kita pada saat kita masih anak-anak. Aku pikir, Onii-chan akhirnya memperhatikanku.

Dia tidak bisa menahannya lagi, akhirnya, air matanya keluar dan jatuh membasahi wajahnya. Suguha mengusap kedua matanya dengan kasar, memaksakan suaranya untuk keluar dari dalam dadanya.

“...Tapi... jika aku tahu hal ini akan terjadi, akan lebih baik jika Onii-chan tetap berprilaku dingin padaku. Jika hal itu terjadi, aku tidak akan menyadari bahwa aku mencintai Onii-chan... Atau mencari tahu mengenai Asuna dan merasa sedih... Lalu aku tidak akan harus mencintai Kirito untuk menggantikanmu!!”

Mata Kazuto terbuka sedikit lebar pada saat mendengarkan kata-kata itu, kemudian dia terlihat kaku. Setelah beberapa detik waktu terasa berhenti, Kazuto menggelengkan kepalanya dan kemudian berkata dengan sedih:

“...Maafkan aku...”

Sejak bangun dua bulan yang lalu, mata Kazuto yang melihat Suguha selalu mempunyai cahaya yang lembut dan mengandung kepedulian, bersinar di dalamnya. Tapi sekarang, cahaya itu meredup dan sebagai gantinya, terlihat kegelapan yang dalam di dalamnya. Suguha dipenuhi rasa sakit yang kuat, hatinya bagaikan di potong dengan pedang yang terbuat dari penyesalan.

“...Tolong, tinggalkan aku sendiri.”

Dia tidak ingin melihat wajah Kazuto lebih lama lagi. Saat sedang dihancurkan oleh rasa bersalah dan benci akan dirinya sendiri, Suguha menutup pintu kamarnya untuk melarikan diri, kemudian mundur beberapa langkah. Tumitnya menyentuh tempat tidurnya, kemudian dia menjatuhkan diri ke atas tempat tidurnya seakan ambruk.

Pada saat Ia meringkuk dengan selimut yang menyelimuti badannya, pundaknya bergetar dengan isak tangis yang menyiksa badannya. Kemudian air matanya mulai jatuh, meninggalkan tanda pada seperai berwarna putih yang menyerapnya.


* * *


Aku berdiri sejenak disana, bersama pintu yang tertutup di depanku.

Kemudian, aku berbalik dan menyenderkan punggungku pada pintu kamarnya, yang kemudian perlahan-lahan meluncur kebawah menuju lantai.

Tuduhan Suguha, bahwa aku menjauhinya karena dia bukanlah adik perempuan ku yang sebenarnya hampir benar. Aku telah mencari di internet mengenai dokumen-dokumen keluargaku yang hanya aku temukan adalah catatan yang mengatakan dokumen tersebut sudah dihapus, lalu aku bertanya pada ‘orang tua’ku mengenai hal itu. Saat itu aku masih berumur sepuluh tahun. Kemudian aku mulai menjaga jarak dengan Suguha tanpa alasan yang benar-benar jelas.

Pada saat itu, aku tidak mengerti arti dari menjaga jarak dari orang lain.

Aku tidak mempunyai ingatan apapun mengenai kedua orang tuaku yang asli, Kirigaya Minetaka dan Kirigaya Midori memberitahukan kebenarannya padaku, tapi cinta mereka kepadaku tidak berubah, sehingga aku tidak benar-benar terluka. Namun, dalam diriku tertanam bibit perasaan aneh, pada saat bibit itu sudah bertunas, bibit itu sudah tertanam dengan kuat.

Dengan kata lain, seseorang yang bahkan tidak mengetahui kerabatnya, siapakah sebenarnya orang itu? Itu adalah pertanyaanku. Aku mulai berpikir seperti seseorang yang tahu segalanya, bahwa sebuah keluarga terdiri dari satu set kenalan yang memiliki hubungan yang panjang. Aku ingin tahu, akan jadi seperti apakah orang itu. Apakah aku tahu orang yang seperti itu?

Rasa ketidaksesuaian itu menjadi salah satu alasan yang membawaku terjun ke dunia game online. Disana, Avatar-avatar yang bertemu di dalam game, semuanya berbeda. Tidak ada yang benar-benar tahu satu sama lainnya. Atas dasar pemikiran itu, kami berinteraksi satu sama lain, bisa dikatakan dunia itu adalah dunia yang palsu, tapi aku merasa nyaman. Pada saat aku berada di kelas 5 atau 6, aku sudah ketagihan bermain game online, tanpa melihat kesamping, aku tetap berjalan lurus. Akhirnya, aku terperangkap di dalam dunia virtual itu selama dua tahun.

Dunia Sword Art Online bisa dikatakan sebagai semacam utopia untukku, jika tidak ada peraturan kematian disana. Sebuah mimpi dimana aku tidak akan terbangun. Sebuah dunia virtual yang tidak akan pernah berakhir.

Di dunia itu, aku menjadi Kirito, seseorang yang tidak diketahui siapa pun.

Namun, di situasi abnormal permainan internet Full Dive dimana aku tidak bisa log out, tanpa kekuatan aku dituntun ke pada kebenaran yang tak terelakkan.

Apakah dunia itu adalah dunia nyata atau dunia maya, kedua dunia itu pada dasarnya identik satu sama lain.

Karena manusia memahami dunia mereka melalui informasi yang mereka dapatkan melalui 5 indra mereka yang kemudian diproses otak. Alasan yang menyatakan game internet adalah dunia yang palsu adalah Kamu dapat meninggalkannya dengan menekan tombol off pada mesin.

Dunia yang diakui oleh otak kita melalui aliran listrik, dunia dimana Kamu tidak bisa keluar.

Kata-kata itu adalah kata-kata yang mendeskripsikan dunia nyata itu sendiri.

Ketika aku menyadari hal itu, aku akhirnya menyadari kekosongan pertanyaan yang membuatku bingung sejak umurku sepuluh tahun. Mengkhawatirkan orang lain adalah sesuatu yang tidak berarti. Hal yang dapat Kamu lakukan adalah mempercayai apa yang Kamu lihat, dan menerimanya. Seseorang yang aku akui adalah seseorang yang nyata.

Dari balik pintu tempat aku bersender, terdengar isak tangis Suguha.

Ketika aku kembali ke dunia nyata, aku sangat senang pada saat aku melihat wajahnya. Aku ingin memperpendek jarak yang aku buat dulu karena pertanyaanku yang sama sekali tidak berarti, kami akan membangun ikatan kami kembali, aku ingin mendekatinya karena aku ingin.

Namun, sepertinya Suguha menyadari sesuatu yang baru dariku selama dua tahun terakhir ini. Dia sudah tahu bahwa kakak laki-lakinya ternyata adalah sepupunya, dan mungkin mencoba memperdekat jarak yang aku tempatkan diantara kami berdua. Aku yang berpikir bahwa dia masih belum mengetahui kebenarannya, tidak dapat menyadari perasaannya.

Kepada Suguha, aku sudah memperlihatkan perasaanku terhadap Asuna berkali-kali. Aku menangis memikirkan Asuna di depannya. Tidak sulit untuk membanyangkan seberapa dalam aku telah menyakiti Suguha.

Tidak, tidak hanya itu.

Mungkin alasan Suguha yang gagap teknologi komputer, mulai bermain game VRMMO adalah aku. Untuk mengetahui duniaku, Suguha terjun kedalam dunia virtual, dan menuntun dirinya yang lain. Lyfa, orang yang berkali-kali menolongku di ALfheim - sebenarnya adalah Suguha.

Yui membuat hipotesis, bahwa alasan aku bertemu dengannya pada saat baru pertama kali login adalah karena ada seseorang di lingkunganku yang terhubung ke ALO pada saat yang sama denganku. Karena kami bermain bukan dari lingkungan yang sama, melainkan dari rumah yang sama, alamat IP global kami identik. Jadi, setelah aku bertemu Lyfa, satu-satunya yang ada di dalam kepalaku adalah Asuna, dan kemudian aku menyakiti Lyfa sama seperti aku menyakiti Suguha.

Aku menutup mata ku dengan erat, sampai dimana pada saat aku membukanya, mataku akan mengeluarkan suara, kemudian berdiri dengan seluruh kekuatan dikakiku.

Sekarang, aku akan melakukan apa yang dapat kulakukan untuk Suguha. Ketika kata-kata tidak cukup untuk mengungkapkan sesuatu, ulurkanlah tanganmu, banyak orang mengajariku hal itu dengan sepenuh hati di dunia SAO.


* * *


Suara ketukan yang keras terdengar di pintu, menarik Suguha keluar dari keadaannya.Lalu meringkuk karena refleks.

Dia ingin berteriak, ’Jangan buka pintunya’, tapi yang keluar dari tenggorokannya hanyalah suara yang tidak jelas. Namun, Kazuto mulai berbicara tanpa memutar kenop pintu itu.

“Sugu... Aku akan menunggumu di atas beranda di sisi utara Aarun.”

Itu adalah suara yang tenang, dan lembut. Dia merasa Kazuto sudah bergerak dari depan pintu kamarnya. Setelah terdengan suara pintu terbuka, kemudian tertutup diseberang lorong, muncul kesunyian.

Suguha memejamkan matanya rapat-rapat kemudian meringkuk lagi. Air matanya mulai berjatuhan lagi, membuat suara tetesan.

Suara Kazuto tidak sedikitpun terguncang. Apakah Kazuto sudah menelan bulat-bulat kata-kata kasar yang dia hujankan padanya?

‘- Dia sangat kuat, kakak laki-lakiku. Aku tidak bisa menjadi sekuat dirinya...”

Sambil membisikan kata-kata itu di hatinya, dia mengingat malam beberapa hari yang lalu.

Malam itu, Kazuto seperti dirinya sekarang, meringkuk diatas tempat tidurnya. Berpikir hal yang sama, berpikir mengenai orang yang dicintainya tetapi tidak dapat diraihnya. Bagaikan seorang anak yang tersesat.

Hari berikutnya dia bertemu Kirito. Pada saat itu, Kazuto sudah tahu, bahwa pada saat badan Asuna tertidur, kesadarannya ada di ALfheim - di World Tree yang menjulang tinggi ke atas. Dia melemparkan dirinya kedalam dunia virtual lagi. Menghapus air matanya, kemudian memegang pedang dengan tangannya.

- Pada saat itu, dia berkata semoga beruntung kepada anak laki-laki itu. Dia memberitahukan anak laki-laki itu untuk tidak menyerah. Namun, dirinya sendiri terus-menerus menangis seperti ini...

Suguha membuka matanya dengan perlahan. Sebuah mahkota mulia berbentuk bundar diletakkan di depannya.

Dia mengambilnya kemudian mengenakan mahkota itu di kepalanya.

Sinar matahari tumpah dari langit yang setengahnya dipenuhi awan dan menyinari jalan-jalan kuno Aarun dengan lembut.

Melihat kesekitar tempat dia login, sosok Kirito tidak dapat ditemukan. Dengan memeriksa peta yang ada, dia dapat melihat dirinya berada di alun-alun selatan di luar kubah World Tree, di sisi utara, terdapat beranda besar yang sepertinya digunakan untuk acara-acara atau event. Dia mungkin sedang menunggu Lyfa disana.

Meskipun dia sudah datang kesini, dia masih takut untuk bertemu Kirito. Dia tidak tahu apa yang ingin dia katakan atau apa yang ingin didengarnya. Setelah berjalan beberapa langkah dengan putus asa, Lyfa duduk di kursi yang berada di pinggiran alun-alun itu.

Dia tidak yakin sudah berapa lama dia duduk dengan kepala tertunduk. Tiba-tiba, ada seseorang yang mendarat didepannya. Tubuhnya menjadi tegang karena refleks dan kemudian menutup kedua matanya.

Namun, orang yang memanggil namanya itu adalah orang yang tidak diduga-duga.

“Akhirnya... Aku mencarimu dari tadi, Lyfa-chan!”

Sebuah suara yang akrab, ceria, tapi tidak dapat diandalkan bergema. Dia mengangkat kepalanya dengan tercengan, di depannya, berdiri sosok seorang anak laki-laki Sylph yang mempunyai rambut berwarna kuning kehijauan.

“...R,Recon!?”

Melihat wajahnya yang tak terduga ini, Lyfa lupa akan segala rasa sakit yang dia rasakan, dan bertanya kepadanya, kenapa dia ada disini. Recon menempatkan kedua tangannya di atas pinggulnya, membusungkan dadanya lalu berkata:

“Jadi, setelah Sigurd pergi, status paralysis ku memudar, jadi aku membunuh 2 player Salamander itu dengan racun, kemudian melarikan diri dari jalur air bawah tanah itu. Aku berencana membunuh Sigurd dengan menggunakan racun, tetapi dia tidak ada di ibukota Sylph, jadi aku memutuskan untuk pergi ke Aarun. Aku kesini melewati pegunungan, melatih monster-monster agresif yang ada dengan player di tengah jalan, dan akhirnya aku sampai di Aarun pagi ini. Perjalanan itu memakan waktu semalaman penuh.”

“...Kau, itu benar-benar murni MPK”

“Jangan khawatir dengan rincian kecilnya untuk saat ini!”

Recon tidak peduli dengan kata-kata Lyfa yang menuduhnya, dia terlihat senang, kemudian dia duduk disamping Lyfa. Dia bingung melihat Lyfa yang sendirian, setelah melihat kesekitar, bertanya:

“Apa yang terjadi dengan Spriggan itu? Apakah Kamu membubarkan Partymu?”

“Sebenarnya...”

Mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan, Lyfa menjadi gelisah, kemudian menggeser pinggulnya dengan tidak menentu. Namun, seperti ada gumpalan rasa sakit di dalam dadanya, dan tidak ada alasan yang cakap muncul di pikirannya. Ketika dia sadar, dia sudah mengatakan apa yang tertimbun di dalam hatinya.

“...Aku, sudah mengatakan sesuatu yang buruk kepada orang itu... Meskipun aku mencintainya, aku mengatakan hal-hal yang harusnya tak kuucapkan untuk menyakitinya... aku, bodoh...”

Air matanya hampir tumpah lagi, tetapi Lyfa berusaha mati-matian untuk menahannya. Recon / Nagata hanyalah teman sekelasnya, diatas semua itu, ini adalah dunia virtual, dia tidak ingin emosinya membuat Recon bingung. Jadi Ia berbalik dengan cepat kemudian berbicara dengan cepat.

“Aku minta maaf, karena mengatakan hal yang tidak-tidak. Tolong lupakan apa yang aku katakan. Aku tidak akan bertemu orang itu lagi... Ayo kita pulang, ke Slyfain.”

Meskipun dia ingin kabur di dunia ini, di dunia nyata, fakta bahwa Ia hanya terbaring beberapa meter darinya tidak terbantahkan. Tapi dia masih takut untuk bertemu Kirito. Dia akan kembali ke Sylfain tanpa pergi ketempat pertemuannya, kemudian setelah mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman dekatnya di dunia ini, dia akan membuat «Lyfa» tidur selamanya, pikirnya.

Setelah menentukan apa yang ingin Ia lakukan, Lyfa melihat keatas dan melihat wajah Recon. Dia sangat terkejut dan tidak sengaja bersandar pada kursi.

“A...Apa!?”

Wajah Recon memerah semerah tomat, matanya terbuka lebar, mulutnya terbuka dan tertutup tanpa mengeluarkan kata-kata. Untuk beberapa saat, dia bertanya-tanya apakah ada yang menggunakan sihir penyesak nafas beratribut air pada saat itu, Lyfa lupa bahwa mereka sedang ada di tengah kota. Pada saat itu, tiba-tiba Recon bergerak dengan kecepatan yang hebat, meraih tangan Lyfa, dan meletakkannya di atas dadanya.

“Ad- Ada apa!?”

“Lyfa-chan!”

Player-player disekitar melihat kearah mereka setelah mendengarkan suaranya yang kencang. Dia terus menjulurkan lehernya sambil bergerak mendekati Lyfa yang sedang menyender sampai batas.

“Ly, Lyfa-chan Kamu tidak boleh menangis! Jika Kamu tidak selalu tersenyum, maka Kamu bukanlah Lyfa-chan! Aku, aku akan selalu ada di sampingmu... Di dunia ini maupun di dunia nyata, aku tidak akan meninggalkan mu sendirian... Aku, aku, aku cinta kamu Lyfa-chan... Suguha-chan!”

Setelah berbicara terus-terusan seperti keran air yang rusak, dia memajukan kepalanya tanpa menunggu jawaban Lyfa. Terdapat cahaya aneh yang bersinar di matanya yang biasanya malu-malu, bibirnya mengembang di bawah hidung yang tampak membengkak pada saat dia mendekati Lyfa.

“Ah, itu, tungg...”

Penyergapan dan serangan kejutan adalah kemampuan yang dikuasai Recon, Lyfa terkejut dan badannya menjadi tegang karena kata-kata dan tindakan yang tidak terduga itu. Recon menyandarkan badannya untuk menutupi Lyfa, Lyfa yang berdiam diri seakan menyetujui tindakannya itu, kemudian dia terus mendekati Lyfa.

“Hei... tunggu...”

Lyfa kembali sadar setelah merasakan nafas Recon di wajahnya, kemudian dia mengepalkan tangan kirinya.

“Aku bilang.. tunggu!!”

Sambil berteriak, Lyfa memutar tubuhnya dan menghantam solar plexusmilik Recon dengan pukulan yang kuat.

“Guhoo!!”

Karena ini terjadi di dalam kota, maka tidak ada damage yang diterima, tetapi efek terpukul mundur masih dapat dirasakan, badan Recon melayang setinggi satu meter di udara, kemudian jatuh kembali ke bangku itu. Dia mengeluarkan suara kesakitan sambil memegangi perutnya dengan kedua tangan miliknya.

“Uguguguuuu... K, Kejamnya, Lyfa-chan!!”

“Siapa suruh!! Tiba-tiba mengatakan sesuatu yang sangat bodoh!”

Lyfa merasa mukanya menjadi panas dan kemudian berdiri. Wajahnya menyala panas seperti nafas naga yang bercampur dengan rasa marah dan malu saat dia menyadari bibirnya hampir saja dicium. Sekarang dia mengangkat Recon melalui kerah bajunya, dan kemudian meninjunya beberapa kali dengan tangan kanannya.

“Uge! Ugee! M, maaf, aku minta maaf!!”

Recon terguling jatuh dari bangku itu, dan kemudian memegang badannya dengan tangan kanannya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lyfa menurunkan kuda-kuda serangannya, dan kemudian duduk bersila diatas bangku, dan menundukkan kepalanya.

“Oh.... Anehnya... aku pikir, setelah semua yang terjadi, yang tersisa ialah apakah aku mempunyai keberanian untuk menyatakan cintaku atau tidak...”

“...Kenapa kamu...”

Lyfa kagum, dan kemudian berkata jujur dengan nada yang cocok.

“...Apa kamu benar-benar bodoh.”

“Ugu...”

Melihat wajah Recon yang terluka seperti anak anjing yang baru saja dimarahi, Lyfa tertawa dengan takjub. Dengan campuran nafas dan tawa, Lyfa merasa ada hal lain yang ikut keluar. Pada saat yang sama, dia merasa beban di hatinya menjadi lebih ringan.

Aku rasa selama ini aku terus memendam semuanya sampai sekarang, pikirnya. Merasa takut dia akan terluka, dia mengatupkan giginya dan menanggung semuanya. Oleh karena itu, dia terbanjiri oleh emosinya yang meluap-luap, dan akhirnya melukai orang yang dicintainya.

Dia mungkin sudah terlambat - tapi paling tidak dia ingin jujur kepada dirinya sendiri. Pundak Lyfa menjadi santai pada saat dia memikirkan hal itu, kemudian dia melihat ke arah langit, kemudian berkata:

“- Tapi, aku tidak membenci sisi dirimu yang seperti ini.”

“Apa!? Benarkah, benarkah!?”

Recon meloncat ke atas bangku itu, dan mencoba meraih tangan Lyfa tanpa belajar dari kesalahannya.

“Jangan senang dulu!”

Lyfa menarik tangannya, kemudian terbang ke langit.

“- Sesekali, aku akan mencoba belajar darimu. Tunggu disini sebentar.- Jika kamu mengikutiku, maka Aku akan memberikan ganjaran yang lebih besar!”

Lyfa menjuruskan tinju tangan kanannya ke arah muka Recon dengan kencang, kemudian membukanya dan melambaikan tangan, kemudian berbalik. Dia mengepakkan kedua sayapnya dengan kuat, kemudian terbang menuju World Tree.

Sebuah beranda yang luas terlihat setelah terbang di sekitar World Tree selama beberapa menit. Sepertinya tempat itu sering digunakan sebagai tempat pasar loak dan terkadang tempat acara Guild, tapi hari ini tempat itu sama sekali kosong. Sisi utara Aarun tidak mempunyai bangunan-bangunan berarsitektur hebat, sehingga tidak terlihat turis sama sekali disini.

Ada bayangan hitam seseorang yang berdiri di tepian jalan yang berada ditengah-tengah teras itu. Orang itu memiliki sayang abu-abu yang tajam, dan membawa pedang besar yang terikat di punggungnya.

Lyfa menarik nafas dalam-dalam, kemudian mendarat didepannya dengan tekad yang bulat.

“...Hai.”

Kirito melihatnya dengan sedikit tegang, dan dengan senyum santai miliknya yang biasa, kemudian menyapanya dengan singkat.

“Maaf membuatmu menunggu.”

Lyfa juga membalas dengan tersenyum. Keheningan yang ada bertahan selama beberapa detik. Hanya ada suara angin yang berhembus di antara mereka berdua.

“Sugu...”

Kirito akhirnya membuka mulut. Dia mempunyai mata yang serius. Lyfa mengangkat tangannya dengan lembut dan menyela Kirito sebelum Kirito selesai berbicara. Lyfa mengepakkan sayapnya sekali, dan mundur satu langkah.

“Onii-chan, ayo kita bertanding. Bertanding sebagai lanjutan dari pertarungan kemarin.”

Lyfa meraih katananya selagi dia berbicara, dan Kirito menatapnya dengan mata terbuka sedikit lebar. Mulutnya bergerak, seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian berhenti.

Kirito melihatnya dengan mata hitam yang sama dengan mata yang dimilikinya di dunia nyata, setelah beberapa detik, Kirito menganggukkan kepalanya. Dia juga mulai mengepakkan sayapnya, kemudian membuat jarak di antara mereka berdua.

“- Baiklah. Aku tidak akan mengalah kali ini.”

Kirito membalasnya dengan tersenyum, kemudian menggerakkan tangannya untuk meraih pedang di punggungnya.

Mereka berdua menarik pedangnya masing-masing disaat bersamaan. Suara keren dua pedang besi yang ditarik bertindihan satu sama lain. Lyfa memegang katananya dengan middle stance favoritnya, menatap lurus kearah Kirito. Kirito menundukkan badannya, dengan kuda-kuda yang rendah pedangnya menyentuh tanah. Cara yang digunakannya sama seperti hari itu.

“Kamu tidak perlu berhenti sebelum memukul.- Ayo kita mulai!!”

Lyfa menendang tanah pada saat dia berbicara.

Aku melihat jarak di antara kami memendek dalam sekejap - pikir Lyfa. Hari itu, ketika kami berlatih, aku berpikir bahwa kuda-kuda yang digunakan Kazuto tidak masuk akal, tapi kuda-kuda itu adalah kuda-kuda yang diasanya di dunia virtual. Kazuto mempelajarinya dari pengalaman selama dua tahun bertarung dengan pedang sungguhan ,dengan mempertaruhkan nyawanya.

Dia berpikir dengan serius, bahwa dia ingin mengerti untuk pertama kalinya. Apa yang dilihat Kazuto disana, apa yang dipikirkannya, bagaimana dia hidup di dunia yang dibenci itu, di dalam game kematian, dia ingin tahu semuanya.

Lyfa mengangkat tinggi pedangnya, kemudian memotong lurus kebawah. Di Sylvain, sering dikatakan bahwa serangan Lyfa tidak dapat dihindari, tapi Kirito tampak bergerak seperti aliran udara, bergeser sedikit, dan menghindarinya. Tepat setelah itu, muncul pedang besar dengan gerakan memutar. Lyfa menarik kembali katananya dan menghadang pedang itu, tapi kedua tangan mereka terkejut karena hantaman yang kuat itu.

Mereka berdua menggunakan pantulan senjata mereka untuk menendang tanah, kemudian mengepakkan sayap mereka masing-masing. Mereka berdua terbang memutar seperti helix dengan cepat, pedang mereka bentrok satu sama lain pada saat mereka bertemu. Efek suara dan cahaya bagaikan ledakan menggelegar di udara, seakan menggetarkan dunia.

Lyfa tidak dapat menahan dirinya melihat gerakan Kirito dengan kagum, baik sebagai juara kendo maupun sebagai seorang peri swordswoman. Tidak ada gerakan yang berlebih, seperti tarian serangan berkesinambungan dan bertahan yang indah.

Lyfa merasa dirinya berada diatas batas yang pernah di rasakannya pada saat menjadi satu dengan irama milik Kirito, dan terus mengayunkan pedangnya. Setelah memikirkannya lagi, dari semua duel yang dilakukannya di dunia ini, tidak sekalipun dia pernah merasa puas seperti ini. Lyfa pernah kalah sebelumnya, entah karena serangan tak terduga senjata lain ataupun karena sihir, tetapi dia tidak pernah sekalipun dalam pertarungan pedang yang murni

Pendekar pedang yang bosan itu akhirnya bersuka cita pada saat menghadapi orang yang ia cintai lebih dari apapun. Dia berpikir, meskipun hati mereka berdua tidak akan bersilangan lagi, hal ini sudah cukup baginya. Tanpa Lyfa sadari, air matanya mulai terbentuk di sudut-sudut matanya.

Seperti waktu-waktu sebelumnya dimana pedang mereka berdua bertemu pada pertempuran mereka yang hebat, Lyfa terdorong kebelakang, kali ini dia menambah kekuatan sayapnya dan kemudian membuat jarak yang lebar di udara diantara mereka. Sayapnya mengembang, dia melayang ditempat itu, kemudian mengangkat pedangnya setinggi yang dia bisa.

Ini akan menjadi pukulan terakhir yang menentukan pertarungan kita, Lyfa mengekspresikan perasaannya ini kepada Kirito. Kirito pun bersiap-siap, dia memegang pedangnya jauh diblakang tubuhnya.

Pada saat ini, kesunyian yang ada bagaikan permukaan air yang tenang.

Air mata mulai mengalir turun menuruni wajah Lyfa, kemudian menetes jatuh, menyebarkan riak dalam kesunyian. Kemudian kedua orang itu bergerak pada waktu yang sama.

Dia terbang dengan terbakar, udara disekitarnya memanas pada saat Lyfa melewatinya. Katananya membuat lengkungan cahaya yang terang di langit. Dia melihat di depannya, Kirito melakukan hal yang sama. Kelap-kelip cahaya putih keluar dari pedangnya pada saat pedang itu membelah langit.

Pada saat katananya dipegang diatas kepalanya, dia melepas kedua tangannya.

Pedang yang kehilangan pemiliknya itu menjadi panah cahaya dan terbang tinggi di langit. Lyfa mengabaikannya dan kemudian merentangkan kedua tangannya, bersiap menerima pedang Kirito.

Hal ini tidak akan membuat Kirito / Kazuto puas akan pertarungan mereka. Namun, Lyfa / Suguha tidak dapat memikirkan cara lain untuk meminta maaf, atas perkataan bodohnya menyakiti hati Kirito.

Paling tidak, aku dapat menyerahkan tubuh ini yang sebenarnya adalah diriku yang lain kepada pedangnya, pikir Lyfa.

Dengan tangannya yang terbuka lebar, matanya yang setengah tertutup, Lyfa menunggu saat-saat itu.

Namun - Cahaya putih itu perlahan meleleh dan hilang, Kirito terbang kemari, tapi kedua tangannya tidak memegang pedang, sama sepertiku.

“...!?”

Lyfa membuka kedua matanya karena terkejut. Di pinggir penglihatannya, dia bisa melihat pedang besar Kirito berputar menjauh, sama seperti pedang miliknya. Pada saat yang sama Lyfa melepaskan pedangnya, Kirito juga melempar pedangnya.

Kenapa - dia bahkan tidak mempunyai waktu untuk berpikir pada saat mereka berdua bertemu di tengah udara. Sama dengannya, Kirito juga merentangkan tangannya, mereka berdua bertabrakan, dan tabrakan itu membuatnya berhenti bernafas saat dia secara tidak sadar berpegang erat pada Kirito.

Hal itu tidak menghabiskan energi inertial mereka, mereka berputar di udara, ketika kedua orang itu seperti menjadi satu. Langit yang biru dan pepohonan hijau melintasi penglihatan mereka pada saat mereka berputar-putar.

“Kenapa -”

Lyfa mengatakan hal itu. Dari jarak yang sangat-sangat dekat Kirito menatapnya dan kemudian berbicara.

“Kenapa -”

Hening, kedua mata itu masih bertemu, mereka berdua terus berputar karena inertia yang terdapat di udara ALfheim. Setelah beberapa lama, Kirito mengembangkan sayapnya, menghentikan putaran dan mengontrol posisi mereka berdua, kemudian membuka mulutnya.

“Aku - ingin minta maaf kepada Sugu - Tapi... aku tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat... aku pikir paling tidak aku dapat menerima pedangmu...”

Tiba-tiba, Lyfa dapat merasakan kedua tangan Kirito yang memeluknya dengan lebih erat.

“Maafkan aku... Sugu. Setelah akhirnya aku kembali.. aku, tidak benar-benar menyadarimu. Aku terobsesi dengan masalahku sendiri... aku tidak dapat mendengar apa yang kamu katakan. Maaf...”

Air mata Lyfa meluap pada saat kata-kata itu memasuki telinganya.

“Aku... Aku lebih...”

‘Lebih dari itu’ tidak menjadi kata-kata yang dapat diucapkannya. Dia membenamkan wajahnya di dada Kirito dan menangis dengan keras.

Tampaknya butuh waktu yang sangat lama untuk mereka berdua mendarat dengan perlahan di atas rumput. Lyfa terisak-isak sepanjang waktu, Kirito dengan lembut menepuk kepalanya, dan beberapa menit kemudian, mulai berbicara dengan suara yang lembut.

“Aku... sebenarnya, masih belum kembali dari dunia itu. Aku masih belum menyelesaikannya. Hidupku yang nyata masih belum bisa dimulai hingga dia membuka matanya... Jadi, untuk sekarang, aku masih belum yakin untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan Sugu...”

“...Ok.”

Lyfa menganggukkan kepalanya dengan pelan, dan kemudian berbisik.

“Aku, akan menunggu. Menunggu waktu Onii-chan akan benar-benar kembali kerumah. ...Jadi, aku akan membantu. Jelaskan padaku, mengenai orang itu... Kenapa, Onii-chan datang ke dunia ini...”

Penulis : Rulli Rhamananda ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sword Art Online Jilid IV BAB VII (Bagian III) ini dipublish oleh Rulli Rhamananda pada hari Kamis, 22 November 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sword Art Online Jilid IV BAB VII (Bagian III)
 

0 komentar:

Posting Komentar