Sword Art Online Jilid V BAB III (Bagian I)



Senja.

Awan rendah ternoda kuning oleh matahari terbenam.

Di dalam padang gurun batu dan pasir, bayangan dari reruntuhan-reruntuhan bangunan yang tinggi semakin memanjang. Jika kita meneruskan untuk menunggu satu jam lagi, kita harus mempertimbangkan untuk beralih ke peralatan tempur khusus untuk malam hari.

Bertempur dengan kacamata night vision akan mengurangi kesenangan membunuh atau dibunuh, sehingga itu bukan metode yang disukai Sinon. Sebelum matahari tenggelam sepenuhnya, semoga kelompok sasaran kita muncul secepatnya, Sinon bergumam sambil meringkuk di belakang beton. Selain itu, kelima temannya yang juga sedang mununggu dengan murung dalam penyergapan tidak salah lagi pasti memikirkan hal yang sama.

Untuk menjawab keraguan yang tersembunyi di pikiran mereka semua, salah satu anggota baris depan menurunkan senjata berkaliber kecil bergagang pendeknya dan berbisik.

"Yang benar saja, berapa lama lagi kami harus menunggu... Hei Dyne, apa mereka benar-benar akan datang? Apakah informasinya bisa dipercaya?"

Orang yang ditanyakan, Dyne, dengan tubuhnya yang besar, padat dan berwajah kasar, adalah pemimpin skuadron mereka, dia menurunkan senapan assault yang besar dari bahunya dan berkata sambil menggelengkan kepala.

"Mereka telah menggunakan rute berburu yang sama untuk tiga minggu terakhir, pada saat yang sama setiap harinya. Saya secara pribadi telah mengkonfirmasikan informasi tersebut. Memang hari ini mereka agak terlambat, mereka pasti telah bertemu dengan beberapa Mob (Monster). Itu berarti bagian yang akan kita dapatkan juga akan bertambah, jadi berhentilah mengeluh."

"Tapi."

Prajurit barisan depan tersebut menjadi semakin tidak senang dan cemberut.

"Mangsa hari ini adalah kelompok yang sama dengan yang kita serang minggu lalu, kan? Mereka kemungkinan mengubah rute yang mereka pakai sebagai tindakan untuk mencegah hal itu..."

"Enam hari telah berlalu sejak penyergapan kita sebelumnya. Sejak itu, mereka selalu pergi ke tempat berburu yang sama. Mereka adalah skuadron khusus untuk berburu Mobs..."

Di wajah Dyne ada senyum yang mengejek.

"Tanpa mempedulikan berapa kali mereka diserang, bahkan jika pendapatan mereka dirampok, mereka berpikir bahwa mereka hanya perlu berburu lagi untuk menutupi kerugian itu. Untuk skuadron anti-personil seperti kita, mereka adalah mangsa yang terbaik dan kita bisa mengulangi hal ini dua sampai tiga kali lagi."

"Tapi itu sulit untuk dipercaya. Biasanya, kalau seseorang telah terserang sekali, mereka akan mempersiapkan sejenis cara untuk mencegah hal itu."

"Sehari setelah itu mereka mungkin akan waspada, tetapi manusia cenderung menjadi sembrono setelah beberapa saat. Mereka telah terbiasa bertempur melawan algoritma (pola serang) Mobs yang mudah diprediksi di medan perang setiap hari dan hanya memburu Mobs yang sama itu untuk waktu yang cukup lama untuk membuat mereka bertindak seperti Mobs itu sendiri. Hanya sekelompok orang tanpa harga diri."

Semakin banyak yang Sinon dengar, semakin tidak enak perasaannya, dan juga semakin dalam dia membenamkan wajahnya pada selendangnya. Fluktuasi emosional melambatkan jari yang ada di pelatuknya dan meskipun Sinon mengerti hal itu, mendengarkan ucapan yang kurang ajar dari Dyne membuat perasaan kesal meluap didalam hatinya.

Dyne, yang menertawai rombongan spesialisasi Mobs dengan skuadron PvP-nya (Anti-personil), yang terus menerus menyergap rombongan seperti itu sepertinya tidak melukai harga dirinya. Daripada menunggu berjam-jam di medan netral ini, akan lebih baik menghadapi skuadron level tinggi di reruntuhan bawah tanah yang akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

Tentu saja peluang untuk kekalahan total, menjatuhkan peralatan dan balik ke jalan «Maut Kembali» juga tinggi. Tetapi itulah makna dari pertempuran yang sebenarnya dan hanya dari ketegangan seperti itulah jiwa dapat ditempa.

Sudah dua minggu berlalu sejak Sinon diundang ke skuadron yang dipimpin oleh Dyne dan dia menyesal telah ikut bergabung. Tujuan utama PVP mereka sepertinya hanya kebohongan belaka, karena mereka hanya menyerang musuh yang lebih lemah dibandingkan mereka sendiri. Dan bahkan jika ada tanda bahaya sekecil apapun, mereka akan mundur. Mereka adalah grup yang mengindahkan keselamatan terlebih dahulu.

Sejauh ini, Sinon telah mengikuti kebijakan skuadron ini tanpa merasa keberatan, diam-diam mengikuti instruksi dari Dyne dan menarik pelatuk senjatanya. Namun, Sinon tidak melakukan itu karena loyalitas. Sinon sedang mengumpuli data tentang cara berpikir Dyne, mempelajari gerak-geriknya. Semua itu dilakukan Sinon jika suatu saat nanti Dyne menjadi musuhnya dan Sinon perlu menembakkan pelurunya ke antara alis Dyne (headshot) di medan perang suatu saat nanti.

Sinon tidak menyukai kepribadian Dyne, tetapi di "Bullet of Bullets" sebelumnya, Dyne berada di ranking ke-18. Stats orang ini dan langkanya <<SIG SG 550>> senapan serbu dibawah bahunya itu, yang menembakkan peluru 5.56mm kaliber, kekuatannya nyata. Oleh sebab itulah Sinon tidak berkata apa-apa, hanya matanya saja yang berkedip, mengumpulkan informasi yang dibocorkan oleh Dyne yang lengah.

Dyne melanjutkan pembicaraannya.

"Secara umum, untuk berburu Mobs mereka biasanya membawa senjata-senjata optik, jadi mereka kemungkinan tidak mempersiapkan puluru tajam anti-personil untuk mereka sendiri. Paling-paling, mereka hanya membawa satu orang dengan senjata api tipe mendukung (support) sebagai pilihan yang terbaik. Untuk menghancurkan orang itu, saya menyuruh Sinon membawa sniper-nya hari ini. Tidak ada titik buta di rencana pertempuran ini. Ya kan, Sinon?"

Menghadapi percakapan yang tiba-tiba dialihkan ke dirinya, Sinon mengangguk sedikit dengan wajahnya yang terbenam di selendangnya. Sinon tetap menutup mulutnya rapat, menunjukkan bahwa dia tidak berniat mengikuti percakapan.

Dyne mendengus bosan, tetapi salah satu anggotanya lalu menghadap ke Sinon sambil menyeringai dan berkata:

"Yah, itu benar. Tembakan jarak jauh Sinon adalah salah satu dari yang terbaik dan belum pernah berubah.- Ya kan, Sinon..."

Senyum menghiasi wajahnya, orang tersebut merangkak ke sisi Sinon tanpa meninggali bayang-bayang perlindungannya.

"Apakah anda punya waktu setelah ini? Saya ingin saran anda untuk meningkatkan ketrampilan membidikku. Apa anda mau minum teh denganku di suatu tempat hari ini?"

Sinon melihat sekilas senjata di pinggang orang tersebut. Senjata utamanya adalah senapan sub-mesin <<H&K UMP>> tipe peluru balistik. Dia tampaknya seperti tipe AGI, tingkat menghindarnya pada saat pertempuran satu-lawan-satu diatas rata-rata, tetapi level dan perlengkapannya tidak cukup untuk dianggap sebagai lawan yang layak untuk diingat. Sinon harus berpikir keras untuk mengingat namanya, dan Sinon menundukkan kepalanya sedikit.

"...Maaf, Ginrou-san. Hari ini saya agak sibuk di dunia nyata..."


Suara Sinon serupa, meskipun tidak sama dengan suaranya di dunia nyata. Suaranya yang tinggi, jelas dan manis, membuatnya lelah di dalam, alasan mengapa dia tidak suka berbicara. Pria yang bernama Ginrou tampaknya tidak peduli bahwa ia ditolak dan senyumannya yang gembira tidak pernah pudar dari wajahnya. Sepertinya untuk sebagian pemain laki-laki, hanya dengan mendengar suara Sinon membuat mereka merasa bergairah dan berpikir tentang hal itu membuat Sinon berkeringat dingin.

Ketika Sinon pertama kali memulai VRMMO-RPG <<Gun Gale Online>>, dia ingin avatar laki-laki yang kasar dan tanpa kepribadian. Dia kemudian baru tahu dari pilihan judul kalau kamu tidak dapat memilih jenis kelamin yang berbeda dari pemain nyata, jadi dia menginginkan tentara wanita yang tinggi dan berotot, pikirnya.

Namun, yang dihasilkan sesuai dengan acakan parameter adalah karakter perempuan berbentuk kecil dan elok, hampir seperti boneka. Sinon langsung berpikir untuk menghapus akun itu dan membuat yang baru. Tetapi temannya yang mengundangnya ke game ini berkata "Sayang sekali!". Karena desakannya yang kuat, dan karena Sinon telah meningkatkan levelnya cukup banyak sementara ini, dia tidak bisa memulai dari awal lagi.

Karena penampilannya, kejadian merepotkan seperti ini terjadi kadang-kadang. Untuk Sinon yang motivasi tunggalnya di game ini adalah bertempur, hal ini menyusahkannya.

"Oh begitu, Sinon, apakah anda seorang murid di dunia nyata? Mahasiswi? Apakah anda harus menulis laporan atau hal-hal lainnya?

"....Ya, begitulah...."

Jadi, jika dia telah gagal menolak sekali, maka ia kemungkinan akan menggunakan sekolah sebagai alasan untuk terus-menerus mengundangya. Sebenarnya Sinon hanyalah murid SMA, tetapi itu adalah sesuatu yang tak seorang pun akan mendengar dari mulut Sinon.

Kemudian, dua prajurit laki-laki barisan depan lainnya yang tadinya sedang menggerumit jendela status mereka, datang mendekati seolah-olah untuk menahan Ginrou. Salah satu dari mereka berdua, dengan kacamata pelindung lapis asap dan berambut hijau di depannya, membuka mulutnya.

"Ginrou-san, kamu bisa melihat bahwa Sinon-san merasa terganggu. Jangan berbicara tentang dunia nyata di sini."

"Itu benar, baik dia dan diriku adalah bujangan yang kesepian."

Temannya yang satu lagi, seorang pria dengan helm kamuflase, tersenyum menyeringai, lalu Ginrou mendorong kepala mereka berdua dengan tinjuan putarnya dan membalas,

"Walah, kalian berdua jelas belum mengalami musim semi dalam beberapa tahun."

Sinon menyusut tubuhnya lebih menyamping ke arah tiga orang "Hahaha" yang sedang tertawa tersebut dan harus bertanya-tanya di dalam hatinya.

Ketika perang adalah untuk bertempur melawan pemain-pemain lainnya, kamu seharusnya berkonsentrasi atau memeriksa perlengkapanmu atau melakukan hal-hal berguna lainnya untuk melewati waktu pada saat menunggu. Jika kamu hanya ingin mendapatkan uang untuk ditukar menjadi uang elektronik, maka bergabung dengan skuadron khusus berburu Mob lebih baik. Jika kamu hanya ingin bertemu dengan gadis-gadis, bahkan didalam game ini dimana jenis-kelamin sudah ditetapkan, kamu tidak harus berada di dunia pembunuhan yang tidak nyaman ini. Game dunia dongeng dengan jumlah pemain-pemain wanita lainnya adalah pilihan yang lebih baik. Untuk alasan apakah orang-orang ini datang ke dunia ini sih?

Dia membenamkan wajahnya lebih dalam lagi ke selendangnya, Sinon lalu menggunakan tangan kirinya untuk mengelus tubuh senapan besarnya yang dipijakkan ke pijakan berkaki dua di sebelahnya.

-Suatu hari nanti, akanku gunakan senjata ini untuk menghancurkan tubuh avatar kalian. Apakah kalian masih bisa berbicara sambil tersenyum setelah semua itu?

Sinon berbisik jauh didalam pikirannya dan seolah-olah iritasinya diserap oleh laras senapannya yang dingin, dia perlahan-lahan menjadi tenang.

"-Mereka segera tiba."

Bisik anggota terakhir dari rombongannya 20 menit kemudian, dia terus mengintai musuhnya dengan teropong di lubang dinding beton yang rusak.

Ketiga prajurit barisan depan dan Dyne berhenti percakapan mereka dan suasana tiba-tiba menjadi tegang.

Sinon memandang langit diatasnya. Awan kuning perlahan-lahan berubah menjadi merah, tetapi kecerahannya masih cukup memadai.

"Mereka akhirnya muncul."

Setelah bergumam pelan, Dyne bergerak merangkak dan mengambil teropong dari si pengintai. Dia melihat keluar untuk memeriksa kekuatan tempur musuh.

"...Itulah mangsa kita. Tujuh anggota...lebih banyak satu dibandingkan minggu lalu. 4 prajurit barisan depan dengan Peletus (Blasters) tipe optik. 1 prajurit dengan senapan laser berkaliber besar. Dan...ya, satu orang bersenjata <<Minimi>>. Orang itu menggunakan senjata optik minggu sebelumnya, dia pasti terburu-buru mengganti senjatanya ke jenis balistik. Dialah yang akan kita tembak dahulu. Lalu prajurit terakhir...tertutup jubahnya jadi senjatanya tidak tampak..."

Mendengar ini, Sinon bergerak ke posisi menembaknya dan menempatkan wajahnya didekat scope berdaya tingginya.

Keenam orang dari skuadron Sinon sedang bersembunyi di reruntuhan sebuah peradaban yang dibangun sedikit lebih tinggi dari tempatnya. Reruntuhan dinding beton yang rusak dan rangka-rangka baja memberikan perlindungan yang memadai dan lokasi terbaik untuk mengamati padang gurun yang luas di depan mereka.

Sinon lalu memandang langit sekali lagi, memeriksa apakah matahari di dunia maya ini berada di tempat yang bisa memantulkan lensanya. Setelah ia memastikan kalau itu tidak bisa, dia membuka penutup scope depan dan belakang.

Sinon menempatkan matanya ke lensa, pada perbesaran terendah, dia memastikan titik-titik kecil bergerak di padang gurun. Dia menggunakan jarinya untuk mengubah tombol perbesaran. Dengan suara klik kecil, titik-titik hitam berukuran wijen itu membesar, sampai akhirnya berubah menjadi siluet tujuh prajurit musuh.

Seperti yang dikatakan Dyne, empat prajurit berlengkapan senjata tipe optik, dua dari empat prajurit tersebut menggunakan teropong di wajahnya. Mereka memeriksa sekelilingnya. Namun mustahil untuk menemukan skuadron Sinon yang sedang bersembunyi, kecuali mereka telah meningkatkan ketrampilan mencari musuh.

Di tengah kelompok musuh, ada dua orang sedang berjalan dengan senjata besar di pundaknya. Satu dari mereka bersenjata senapan semi-otomatis beroptik laser, yang satunya bersenjata senapan mesin ringan balistik <<FN Minimi>>. Di dunia nyata, Balai Pertahanan Jepang menggunakannya sebagai senjata pendukung yang unggul. Karena setengah dari daya rusak senjata optik bisa dikurangi oleh bidang pertahanan, senjata Minimi memiliki ancaman paling tinggi.

Dua jenis senjata yang bisa ditemukan di <<Gun Gale Online>>, senjata balistik dan senjata optik adalah dua senjata yang sangat berbeda.

Keuntungan dari peluru balistik adalah satu hit akan mengakibatkan kerusakan yang besar dan dapat menembus pertahanan. Tetapi kurugiannya adalah kamu harus membawa amunisi ekstra berat kemana-mana dan lintasan pelurunya dipengaruhi oleh angin dan kelembapan udara.

Sebaliknya, senjata optik sangatlah ringan dan bisa menembak mengenai sasaran jarak jauh dengan presisi tinggi. Juga, tenaga dari amunisinya kecil. Tetapi, kekurangannya adalah kekuatannya tersebar oleh pemain-pemain dengan perlengkapan pertahanan.

Oleh karena alasan-alasan di atas, senjata optik digunakan untuk menyerang monsters dan senjata balistik digunakan untuk menyerang pemain adalah teori umum. Untuk kedua kategori ini, selain karakteristik, kinerja mereka lumayan berbeda.

Itu karena semua senjata optik mempunyai nama dan bentuk yang keren, sedangkan senjata balistik mempunyai bentuk asli yang benar-benar ada di dunia nyata.

Itu sebabnya pemain-pemain seperti Dyne, Ginrou, dan sebagian banyak pemain lainnya dari GGO, adalah maniak senjata yang suka memakai senjata balistik. Mereka hanya beralih ke senjata optik jika mereka akan berburu Mobs.

Senapan yang berada di dekat pipi Sinon sekarang adalah jenis balistik. Tetapi sebelum dia tiba ke dunia ini, dia tidak tahu apapun tentang pembuat senjata. Untuk gaya permainan, dia diperlukan untuk menghafal senjata seperti sedang menghafal items, tetapi itu bukan berarti dia mempunyai minat ke senjata asli. Dia percaya bahwa senjata-senjata api yang jumlahnya tidak terbatas di dunia ini semuanya adalah objek 3D, karena dia bahkan tidak suka melihat senjata api di dunia asli.

Hanya satu hal di dunia pembantaian ini yang dia inginkan, yaitu menhancurkan musuh virtual dengan peluru virtual. Sampai hatinya menjadi sekeras batu dan darahnya mengalir beku.

Untuk alasan tersebut, hari ini juga Sinon akan menarik pelatukya.

Dia menepikan pemikirannya yang berlebih dan menggerakkan senapannya sedikit. Pada garis akhir barisan musuh, berjalanlah seorang prajurit dengan kacamata pelindung yang besar menutupi wajahnya dan berpakaian jubah kamuflase dengan mantel. Seperti yang dikatakan Dyne, perlengkapannya tidak terlihat.

Dia mempunyai tubuh yang besar. Kemungkinan dia membawa ransel yang membuat tonjolan di jubahnya. Tangannya yang mencuat dari lengan bajunya kosong. Dari penampilan perlengkangkapan pada pinggangnya, kemungkinan terbesar dia prajurit tipe pengguna senapan sub-mesin.

"Karena jubahnya, kamu tidak dapat melihat wajahnya?"

Terdengar suara Ginrou dari belakang Sinon. Dia kemungkinan sedang bercanda, tapi suaranya terdengar agak tegang lalu melanjutkan.

"Jangan-jangan itu dia? Yang dirumorkan...<<Death Gun>>."

"Ah, tidak mungkin. Itu bukan dia."

Dyne menjawab dengan cepat sambil tertawa.

"Dan juga, bukankan Death Gun seharusnya seorang pria kecil berpakaian setelan kamuflase Ghillie? Orang ini terlalu besar. Dia hampir mencapai dua meter. Kemungkinan...kurir tipe STR ekstrim. Sambil membawa items, amunisi dan paket energi yang ditemukannya. Dia tidak mungkin membawa senjata besar, jadi kita bisa mengabaikannya di pertempuran."

Sambil mendengar, Sinon dengan hati-hati melihat prajurit tersebut di lensanya.

Karena kacamata berlapis besinya yang kasar, ekspresinya tidak terlihat. Satu-satunya yang terlihat hanya mulutnya saja. Bibirnya tertutup rapat, tanpa gerakan sedikitpun. Anggota lainnya, bahkan pada saat waspada, sedang mengobrol dan menunjukkan gigi mereka yang putih. Hanya prajurit bertubuh besar itulah yang benar-benar diam. Dia hanya berjalan diam-diam dan menggerakkan kakinya tanpa gangguan sedikitpun.

Intuisi Sinon yang telah berkembang dari setengah tahun bermain di GGO mengatakan kepadanya kalau prajurit ini lebih kuat dibandingkan prajurit bersenjata Minimi. Namun, selain ranselnya, tidak ada tonjolan lainnya dari jubah prajurit tersebut. Dia kemungkinan menyembunyikan senjata langka ukuran kecil dengan kekuatan yang besar. Tetapi senjata seperti itu kebanyakan berjenis optik, yang tidak begitu berguna di pertempuran anti-personil. Apakah tekanan yang Sinon rasakan dari prajurit bertubuh besar ini hanyalah imajinasinya?

Tenggelam di pikirannya, Sinon berkata dengan pelan:

"Prajurit berjubah itu, saya ada firasat buruk. Saya ingin menyingkirnya terlebih dahulu."

Dyne melepaskan teropongnya dari wajahnya dan memandang Sinon, alisnya terangkat.

"Kenapa? Dia jelas tidak membawa senjata kuat apapun."

"...Meskipun tidak ada dasar yang mendukung. Karena ketidakpastiannya, saya mempunyai firasat buruk."

"Kalau kamu sedang berbicara tentang itu, Minimi jelas merupakan faktor ketidakpastian itu. Jika prajurit Peletus <<Blasters>> datang mendekat pada saat kita sedang menghadapi Minimi, maka itu akan menjadi berbahaya."

Meskipun perisai pertahan sangat efektif terhadap senjata optik, efek tersebut berkurang sesuai dengan jarak mendekat. Di pertempuran jarak dekat, jumlah tembakan yang tersedia di satu amunisi Peletus <<Blasters>> terlalu banyak. Sinon dengan enggan menarik kembali pendapatnya dan mengangguk.

"...Mengerti. Target pertama adalah si Minimi. Jika memungkinkan, saya ingin menembak prajurit berjubah setelah itu."

Setelah mengatakan itu, tembakan paling efektif adalah tembakan yang pertama, sebelum musuh mengetahui lokasi sniper. Setelah musuh mengetahui arah tembakannya, <<Jalur Prediksi Balistik>>(Garis Peluru) akan tertampak oleh musuh supaya mereka bisa dengan mudah menghindari serangan.

"Hei, kita tidak punya banyak waktu untuk mengobrol. Jarak 2500."

Si pengintai berkata setelah mengamati melalui teropong yang dia ambil kembali dari Dyne. Dyne mengangguk dan berpaling ke tiga penyerang di belakangnya.

"Oke. Menurut rencana kita, kita akan pergi menunggu di bawah bayangan gedung sampai musuh mendekat. -Sinon, pada saat kita bergerak kita tidak dapat melihat mereka, jadi informasikan kepada kita jika situasi berubah. Saya akan memberi instruksi selanjutnya pada saat kamu mulai menembak."

"Mengerti."

Setelah menjawab dengan singkat, mata kanan Sinon berbalik kembali ke scope senapan snipernya. Skuadron sasarannya masih belum berubah. Mereka tetap bergerak dengan kecepatan lambat seperti biasanya di pada gurun ini.

Diantara mereka dan Sinon adalah padang gurun dengan jarak 2,5 kilometer. Di tengah terdapat reruntuhan bangunan besar didekat sisi Sinon. Si lima orang, termasuk Dyne, akan menggunakan titik buta gedung tersebut dan bersembunyi di sana. Mereka berencana menyerang musuh dengan keras sekaligus.

"-Ok, mari kita mulai."

Atas perintah pendek Dyne, para anggota lainnya kecuali Sinon memberikan jawaban singkat. Suara dari sepatu bot meluncur di pasir dan suara pasir yang bergerak, mereka meluncur bawah ke sisi belakang bukit. Menunggu sampai angin malam menutupi jejak mereka, Sinon mengeluarkan sepasang headset kecil dari bawah selendang di lehernya dan menaruhnya di telinga kirinya.

Untuk beberapa menit kemudian, sebagai penembak jitu, Sinon harus terus menerus bertempur melawan tekanan dan kesunyian. Peluru pertamanya akan mempengaruhi pertempuran dengan besar. Dia hanya akan bergantung kepada jari dan senjata sengapnya. Tangan kirinya mengelus senjatanya yang besar di pijakan berkaki dua. Besi hitam itu membalas dengan kesunyian dingin padanya.

Alasan mengapa Sinon seorang penembak jitu yang langka di dunia ini dan pemain yang cukup terkenal karena keberadaan senjata berpeluru balistiknya.

Namanya <PGM Ultima Ratio Hecate II>>. Panjangnya 138cm, beratnya 13,8 kg, lumayan besar, 50 kaliber, yang menggunakan peluru ukuran 12.7mm diamater.

Di dunia nyata, senjata itu diklasifikasikan pada kategori anti-material. Yaitu, senjata yang digunakan terhadap gedung dan kendaraan. Karena kekuatannya yang luar biasa, menurut judul artikel majalah yang panjang, senjata itu seharusnya dilarangkan penggunaannya terhadap target manusia. Tentu saja, dunia ini tidak memiliki hukum tersebut.

Sinon mendapatkannya tiga bulan lalu, pada saat dia mulai menjadi pemain veteran GGO.

Iseng-iseng, dia pergi ke reruntuhan penjara bawah tanah di bawah ibukota SBC Gurokken sendirian. Karena kecerobohannya, dia jatuh ke perangkap saluran.

Gun Gale Online didirikan di tahap dimana umat manusia kembali dengan kapal luar angkasanya untuk hidup di dunia yang telah menjadi gurun akibat perang besar peradaban dulu. Jalan-jalan Gurokken awalnya adalah kapal luar angkasa dan dibawahnya ada reruntuhan kota besar dari masa perang. Didalam reruntuhan kota, terdapat mesin bertempur otomatis dan makhluk mutan dengan jumlah tidak terbatas. Mereka menunggu petualang yang bermimpi besar dalam mencapai cita-citanya dalam satu kali percobaan. Tempat dimana Sinon jatuh adalah lantai paling bawah dengan tingkat bahaya paling tinggi.

Tentu saja, dia tidak berharap untuk berbuat banyak sebagai pemain solo di tempat itu. Pertempuran pertamanya akan menjadi kekalahan yang mudah dan dia akan kembali ke jalan titik save sebagai <<Death Return>> / <<Kematian Kembali>>, dia tetap berjalan sambil menerima kenyataan itu. Di depannya terdapat ruang sirkular besar, seperti stadium, di mana makhluk berbentuk ganjil muncul.

Dari ukuran dan namanya, kemungkinan bos monster, tetapi Sinon belum pernah melihat ukuran seperti itu di situs-situs informasi. Ketika dia sadar akan hal itu, jiwa gamernya terangsang sedikit. Toh saya akan mati juga, akan kucoba bertempur melawan monster ini, sambil berpikir hal itu Sinon pergi menuju ventilasi udara di atas stadium dan menempatkan senapannya.

Pertempuran berlangsung tidak terduga. Dari sinar panas, cakar besi, gas beracun dan pola serangan bos monster tersebut, tidak satupun mampu mencapai tempat persembunyian Sinon. Di sisi lain, karena moster tersebut berada di titik ujung jangkauan tembakan senapan Sinon, kerusakan yang dihasilkan Sinon tidak begitu banyak. Berpikir tentang jumlah amunisi yang dia miliki, tanpa tembakan yang miss , dia harus menembak apa yang tampaknya menjadi titik lemah musuh, yaitu mata kecil yang ada di dahinya, kalau tidak maka tidak mungkin Sinon bisa membunuhnya.

Sinon menjadi sedingin es saat ia berkonsentrasi melakukan hal itu. Ketika bos akhirnya tumbang, tubuhnya yang besar meledak menjadi serpihan poligon. Pertempuran tersebut berlangsung selama tiga jam.

Barang yang dijatuhkan oleh bos monster itu adalah senapan besar yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Per peraturan game, NPCs atau pemain tidak dapat membuat senjata berpeluru balistik tingkat tinggi. Toko-toko di jalan hanya bisa menjual sebagian senjata tingkat rendah sedangkan yang tingkat menengah keatas hanya bisa didapat di reruntuhan. Senapan yang diperolehnya - <<Ultima Ratio Hecate II>> termasuk kelompok senjata langka yang bisa didapat.

Saat ini, termasuk Hecate II milik Sinon, hanya sekitar 10 senapan anti-material yang ada di server. Dengan demikian, harga mereka sangat tinggi dan harga senjata itu dalam lelang akhir-akhir ini adalah 20 Mega Credits, atau 20 juta dalam mata uang game ini. Kalau ditukar menjadi uang elektronik menggunakan rasio 100 banding 1, maka akan menjadi senilai 200.000 yen Jepang.

Sinon adalah seorang siswi murid SMA yang tinggal sendirian di dunia nyata dan biaya hidup yang ia terima setiap bulan hampir tidak cukup. Dihantui kesulitan ini, dia benar-benar tidak yakin dengan senjata yang ia temukan setelah ia tahu harga nilainya. Baru-baru ini ia mampu mengubah setengah dari harga sambungannya, 1500 yen, tetapi itu berarti setengah dari uang sakunya hilang. Oleh karena itu, jika ia menyelam lebih dari yang ia lakukan sekarang, maka ia akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan nilai sekolahnya. Namun, jika ia mempunyai 200.000 yen, maka ia dapat membayar semua biaya sambungannya dengan sisa uang yang banyak.

Tetapi, Sinon tidak menjual senjatanya. Alasan dia bermain GGO bukanlah untuk mendapatkan uang, tetapi adalah untuk membunuh musuh - khususnya semua orang yang lebih kuat dibandingkan dirinya; untuk menaklukkan kelemahnnya sendiri. Dan yang lebih penting lagi, untuk pertama kalinya ia merasakan di <<hati>>nya bahwa senjata ini bukanlah sekedar senjata biasa.

Hecate II, karena ukuran dan beratnya yang besar, jumlah STR menakutkan diperlukan dari pengaturannya. Sinon sebagai penembak jitu memiliki jumlah STR yang lebih tinggi dibandingkan AGInya, jadi dia bisa menggunakannya. Pertama kali dia membawa Hecate II ke medan perang, pada saat ia melihat musuh melalui scope-nya, dia merasakan beban dingin di tangannya. Sinon merasakan kekuatan dan niatnya Hecate II. Senjata ini mengukir pembantaian, pembawa pertanda maut. Sinon ingin memeluk perasaan itu, tanpa menyerah terhadap apapun, tanpa merasa goyah, tanpa setetes ketakutan, bentuk itu ada di senjata ini.

Tidak lama setelah itu, Sinon kemudian dikenal sebagai <<Hecate>>; dia mengetahui bahwa nama itu berasal dari mitologi Yunani, dewi yang memerintah dunia neraka. Sinon memutuskan pada saat itu bahwa senjata ini akan menjadi pasangan pertamanya dan pasangan terakhirnya.

Melalui scope-nya, Sinon melihat rombongan target terus bergerak.

Sinon mengangkat wajahnya untuk melihat padang gurun secara langsung, dia bisa melihat kelompok beranggota lima milik Dyne bergerak mendekati gedung antara target dan Sinon. Jarak antara dua kelompok berkurang menjadi sekitar 700meter. Mata kanannya kembali ke scope-nya dan menunggu instruksi selanjutnya dari Dyne.

Sepuluh detik kemudian, headsetnya berbunyi dengan suara Dyne dan keributan di sekitarnya.

"-Kami berada di posisi."

"Mengerti. Arah jalan musuh dan kecepatan tidak berubah. Mereka berada 400 meter dari posisimu dan 1500 meter dari posisiku."

"Masih jauh, kamu bisa melakukannya?"

Untuk pertanyaan Dyne, Sinon menjawab "Tidak masalah" dengan singkat.

"...Bagus. Mulai membidik."

"Mengerti."

Setelah percakapan singkat itu, Sinon menjadi diam dan tenang, jari telunjuk kanannya berpindah ke penjaga pemicu senjatanya.

Penulis : Rulli Rhamananda ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sword Art Online Jilid V BAB III (Bagian I) ini dipublish oleh Rulli Rhamananda pada hari Rabu, 28 November 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sword Art Online Jilid V BAB III (Bagian I)
 

0 komentar:

Posting Komentar