Dalam ALO, adu kekuasaan diantara ras berbeda adalah perkara umum, bahkan memakai segala macam cara sampai memata matai adalah hal yang diwajibkan. Suguha takut kalau kampung halamannya, Sylvian, banyak ras ras lain, khususnya Salamander terkamuflasi didalam kota sebagai Sylph.
Pada dasarnya, para pemain dengan skill rendah, kontribusi kecil, dan aktivitas sedikit difungsikan sebagai mata mata. Orang orang ini tak diizinkan mendekati departemen para pemain kuat. Lyfa bukan perkecualian, belum terlalu lama sejak dia diizinkan memasuki Mansion Raja dibalik Tower of Wind.
Namun Sigurd sudah aktif ikut serta dalam politik sejak permulaan ALO. Dalam pemilu baru baru ini untuk memilih Raja, dia dicalonkan sebagai kandidat, yang membuktikan permainan panjangnya. Meski popularitas tinggi dari Raja saat ini menjadikannya berposisi kedua, Sigurd nampaknya tak kesal dengan hal itu dan mau menjadi asisten. Jadi dia memiliki pengaruh besar dalam perpolitikan para Sylph.
Kalau dia sampai menjadi pemain mata mata, hal itu sangat sulit untuk dipercaya.
“Hei kamu, apa kamu punya bukti?”
Suguha bertanya dengan kaget.
“Kupikir ada sesuatu yang aneh, jadi sejak pagi ini aku memakai «Hollow» untuk menguntit Sigurd.”
“Kamu benar benar punya banyak waktu.”
«Hollow Body» adalah mantra penyamaran yang menjadi keahlian Recon. Hal itu memerlukan sihir penyembunyian dan tindakan penutupan agar bisa digunakan.
Recon memakai nama dari kalimat Inggris «Recon» yang mengacu pada tim penyusupan militer Amerika Serikat – pelafalan yang benar seharusnya adalah RIIKON. Karena perannya sebagai pelacak utama dalam berburu, ia adalah pemain terbaik dalam melacak. Dulu, Recon pernah memakai sihirnya untuk memasuki kamar tempat Lyfa beristirahat, ia mengklaim kalau ia hanya ingin menempatkan hadiah ulang tahun diam diam ke kamar Lyfa, namun pada akhirnya Lyfa membuatnya mengaku dan menghajarnya habis habisan sampai setengah mati.
Nagata mengabaikan kata kata keraguan Suguha dan melanjutkan.
“Setelah mendengar hal hal buruk yang dia katakan padamu di Tower of Wind, aku mengikutinya untuk mencari kesempatan membunuhnya dengan racun. Kemudian.......”
“Wow, sungguh orang berbahaya!”
“.....Di depan sekutu, dia memasang jubah tak terlihat dan menghilang. Jadi dia pasti merencanakan sesuatu sesuai dugaanku. Tapi, hanya memakai item takkan bisa menyembunyikannya dari mataku.”
“Cukup menyombongnya, lekas dan beritahu apa yang terjadi setelah itu!”
“Setelah masuk ke dalam saluran air, dan berjalan sekitar lima menit, ada dua orang sedang menunggunya. Mereka juga berdandan dalam jubah tak terlihat, dan saat mereka melepas jubah itu aku sangat kaget kalau mereka adalah Salamander.”
“Eh? Tapi bahkan memakai jubah itu takkan bisa menyembunyikan mereka dari penjaga. Mereka akan diserang saat memasuki jalan.......jangan jangan.....”
“Tepat sekali. Mereka mengenakan «Pass Medallion».”
Pass Medallion ditujukan bagi pedagang dan anggota ras lain yang datang ke wilayah kami, dan diberi item itu sebagai tanda masuk setelah ujian yang ketat. Hanya kementrian pemerintah yang bisa menerbitkan item itu, dan tak bisa dipindah tangankan ke orang lain. Tentu saja Sigurd memiliki hak untuk menerbitkannya.
“Kupikir itu berita besar jadi aku menguping mereka. Dia memberitahu para Salamander untuk memasang Pelacak padamu. Tapi bukan itu saja. Hari ini, Raja Sakuya dan Cait Sith akan membentuk perjanjian aliansi, jadi dia pergi dengan penuh kerahasiaan ke kota netral.”
“Ah aku paham, pantas saja nggak ada bendera yang berkibar di atas Mansion Raja.”
Teriaka keras Nagata menutupi gumaman Suguha.
“Si brengsek itu, Sigurd, dia menginginkan pasukan besar Salamander untuk menyerang upacara aliansi!”
“Apa......”
Untuk sekejap, nafas Suguha terhenti. Dia sudah memutuskan untuk tak kembali setelah dia pergi, namun wilayah Sylph tetap saja kampung halamannya dan Sakuya adalah Raja tercintanya. Pemikiran cemas yang membubung membuatnya berteriak di mikrofon telepon.
“Ini, hal yang baru saja kamu katakan! Itu masalah besar!”
“Karena itu sejak awal aku bilang ada masalah.....”
Merespon argumen sedih Nagata, Suguha segera menginterupsinya.
“Itu, apa Sakuya tahu? Apa masih ada waktu!?”
“Aku juga sudah mengacau, waktu aku meninggalkan saluran air, tanpa sengaja kakiku menendang batu.....”
“Dasar bego! Kenapa membuat kesalahan di saat itu!”
“.....Nampaknya, belakangan aku mulai menikmati kemarahan Suguha-chan.......”
“Dasar mesum! Jadi!? Apa kamu sudah mengontaknya!?”
“Sihir pencarian para Salamander melihat penyamaranku. Kupikir kalau mereka membunuhku aku akan dihidupkan lagi di menara, maka aku bisa pergi ke Mansion Raja. Namun mereka justru menyerangku dengan panah beracun, benar benar kejam.”
Memikirkan kembali pernyataannya yang sebelumnya, Suguha menekan kemarahannya.
“Jadi, apa yang terjadi pada Recon?”
“Para Salamander menangkapku saat aku sedang lumpuh......jadi aku tak punya pilihan selain log out, Suguha-chan tak juga menjawab teleponku, dan aku tak punya kontak lain di dunia nyata. Hmm, konferensi dengan Raja Cait Sith akan berlangsung jam satu. Oh tidak, hanya ada empat puluh menit tersisa! Kita harus apa, Suguha-chan!?”
Suguha menarik nafas panjang, dan bertanya dengan cepat.
“Apa kamu tahu dimana negosiasi itu akan berlangsung?”
“Aku tak tahu lokasi tepatnya.......namun ada di dalam perlintasan pegunungan, area «Lembah Kupu Kupu».”
“Aku paham.......aku akan segera pergi dan memperingatkan mereka. Tak boleh membuang waktu, aku pergi dulu!”
“Ah, Suguha-chan!”
Saat aku bermaksud menekan tombol penutup panggilan, suara kelu Nagata muncul.
“Ada apa!?”
“Ah, soal orang bernama Kirito itu, apa hubunganmu dengannya?”
‘Klik’.
Suguha segera mengakhiri panggilan, melempar ponselnya ke atas meja, kemudian berbaring di atas bantal dan menutup matanya. Ia menggumamkan kalimat sihir yang hanya bekerja di dunia nyata, kemudian kesadarannya perlahan berpindah ke dunia lain, dunia penuh konspirasi.
Lyfa membuka matanya dan berdiri.
“Woah, kamu membuatku kaget!”
Si pria Spriggan yang kaget hampir menjatuhkan makanan misterius yang baru dia beli – sesuatu di atas nampan yang mirip reptil kecil – namun dia berhasil menahannya agar tidak jatuh.
“Kamu kembali, Lyfa.”
“Selamat datang kembali........”
Menghadap Kirito dan Yui yang menyambutnya kembali, Lyfa tak punya waktu membalas “Aku kembali.”
“Kirito-kun......maaf.”
“Eh, eh, eh?”
“Aku sekarang harus pergi ke tempat tertentu. Aku tak punya waktu menjelaskan, tapi aku mungkin tak bisa kembali kemari lagi.”
“...”
Kirito menatap Lyfa untuk sesaat dan kemudian mengangguk.
“Begitukah? Baiklah, mari berbicara selagi kita bergerak.”
“Eh?”
“Tak masalah kemana kita pergi; kita harus memakai kaki kita untuk segera pergi kesana kan?”
“Begitu. Kalau begitu mari berlari dan berbicara.”
Keduanya mulai berlari ke arah gerbang yang menuju ke Aarun, melewati jalanan Ruger.
Mereka menerobos sepanjang kerumunan, melalui pintu batu, terdapat danau lain dengan jembatan melintasinya. Sembari berlari dengan kecepatan penuh, Lyfa menjelaskan semua situasi pada Kirito. Beruntungnya, tak peduli secepat apapun kau berlari di dunia ini, kau takkan kehabisan nafas untuk berbicara.
“—Aku paham.”
Setelah Lyfa menyelesaikan ceritanya, Kirito menoleh kembali ke depan sambil mempertimbangkan.
“Boleh aku mengajukan pertanyaan?”
“Silahkan.”
“Kenapa Salamander harus menyerang Sylph dan Cait Sith? Apa untungnya buat mereka?”
“Itu, pertama tama, hal itu bisa mencegah aliansi. Karena ada anggota Sylph yang membocorkan informasi pada Salamander, pihak Cait Sith tentu takkan tinggal diam kalau hal itu digunakan untuk melawan mereka. Dalam kasus terburuk, mungkin akan berdampak pada peperangan diantara ras Sylph dan Cait Sith. Salamander saat ini memiliki tentara terkuat, namun kalau kedua ras membentuk aliansi maka mereka bisa mengimbangi kekuatannya. Kupikir Salamander ingin mencegah hal itu apapun yang terjadi.”
Seiring mereka melintasi jembatan ke dalam gua, Lyfa mengeluarkan peta dan terus berlari sambil mengecek rute.
“Juga, kalau mereka berhasil membunuh Raja, mereka akan mendapat bonus tinggi. Mereka akan menerima 30% dana Kerajaan yang disimpan di Mansion, dan selama sepuluh hari, teritori dari Raja yang menguasai akan diambil alih, sehingga mereka bebas menentukan pajak dan mengambil uang itu. Itu jumlah uang yang tidak main main. Alasan kenapa Salamander menjadi ras terkuat dalam Game ini adalah karena di masa lalu, mereka memasang jebakan pada Raja Sylph dan membunuhnya. Normalnya Raja takkan memasuki zona netral. Dalam sejarah ALO, baru satu Raja yang pernah terbunuh.”
“Begitukah......”
“Karena itu.....Kirito-kun......”
Masih berlari Lyfa menatap wajah Kirito dan melanjutkan;
“Ini adalah masalah ras Sylph, jadi kamu tak punya alasan untuk melibatkan diri. Setelah keluar gua ini kamu tinggal berjalan lurus untuk mencapai kota Aarun. Kalau kamu pergi ke wilayah konferensi, akan sulit bagimu bertahan hidup. Kamu akan dibangkitkan kembali di wilayah Sylph dan semua usaha keras untuk mencapai tempat ini akan hilang percuma. Jadi, maka dari itu......”
Lyfa tak punya waktu memuji betapa kompleksnya pikirannya saat ini, dan sebelum dia bisa menghentikan dirinya, dia berkata:
“Kalau tujuanmu adalah mencapai puncak World Tree, lebih baik bekerjasama dengan para Salamander. Kalau strategi Salamander berhasil, maka mereka akan mendapat banyak uang. Sudah bisa dijamin kalau mereka akan memakai dana itu untuk menantang World Tree. Spriggan bisa disewa sebagai tentara bayaran.......aku takkan protes kalau kamu membunuhku disini.”
Kalau itu terjadi, aku takkan melawan, pikir Lyfa. Itu bukan sesuatu yang bisa dia pikirkan dengan serius, namun kali ini dia yakin kalau dia takkan punya peluang menang. Dia juga merasa kalau harus bertarung dengan lelaki yang sudah berkenalan dengannya beberapa hari ini akan tak menyenangkan.
Kalau itu memang terjadi, mungkin aku takkan memainkan ALO lagi. sembari semua itu meluncur dalam pikirannya, Lyfa menoleh wajah Kirito lagi, namun ekspresinya tidak berubah; justru, dia terus berlari ke depan dan berkata.
“Ini tetaplah sebuah Game, jadi apa saja bisa terjadi. Kalau kamu mau membunuh, maka kamu bisa membunuh; kalau ada sesuatu yang kamu mau, maka kamu bisa mencurinya.”
Kirito mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan.
“....Orang orang yang mengatakan itu, belum banyak yang sudah kutemui. Di satu sisi, itu benar, dan aku juga pernah berpikir seperti itu. tapi itu tidak benar. Khususnya di dunia virtual, ada hal hal yang harus kamu lindungi, tak peduli sebodoh apapun penampilanmu. Aku diajari hal itu oleh orang yang sangat penting bagiku.......”
Kemudian, suara Kirito menjadi sangat lembut, disertai perasaan hangat.
“VRMMO disebut Game, tapi ini adalah kontradiksi; membelah pemain dan perannya bukanlah ide yang bagus. Kalau kamu mengambil ciri di dunia ini, kepribadianmu di dunia nyata akan mencerminkan perubahan ini. Pemain dan karakter adalah satu. aku menyukai Lyfa, dan aku ingin menjadi temanmu. Tak peduli apapun alasannya, aku takkan membunuhmu demi kesenanganku sendiri, pokoknya tidak.”
“Kirito-kun......” Lyfa tiba tiba merasa tak mampu bernafas sehingga dia berhenti berlari. Menyadari ia berhenti, Kirito juga ikut berhenti.
Lyfa berhenti sejenak untuk berpikir, namun kata kata tak bisa mengungkapkan perasaan yang mengalir dalam hatinya; ia terus menatap lelaki gelap di hadapannya.
Begitu......jadi begitu rupanya........Lyfa bergumam di dalam hatinya. Itulah alasan kenapa Lyfa tak bisa menjadi dekat dengan siapapun di dunia ini. Ia tak merasa yakin kalau yang ia lihat adalah karakter sejati mereka, atau itu hanya kepribadian yang diasumsikan oleh avatar. Ia tak bisa mengetahui kalau apa yang mereka katakan adalah niat dan ide yang tulus. Ia tak tahu bagaimana harus mendekati mereka, dan untuk kabur dari bobot tawaran tangan mereka, ia ingin terbang menjauh.
Namun, dia tak perlu mencemaskan itu. ia hanya mengikuti apa yang dia rasakan, dan itu saja sudah cukup, karena itu adalah nyata baginya.
“.....Terima kasih!”
Lyfa mengujarkan kata kata yang mengalir lembut dari kedalaman hatinya, mengetahui kalau dia berbicara lebih banyak lagi dia akan mulai menangis.
Mendengarkan itu, Kirito tertawa dengan malu.
“Maaf, aku sedikit berlebihan. Itu kebiasaan burukku.”
“Tidak, itu membuatku senang – maka kita akan ucapkan perpisahan sekali kita keluar dari gua.”
Setelah mendengar itu, Kirito mengangkat alisnya dengan terkejut.
“Aku akan ikut denganmu.”
“Tunggu, apa!?”
“Oh tidak, kita sudah membuang banyak waktu. Yui, tolong navigasi selagi kami berlari.”
“Paham!”
Melihat Pixie yang duduk di bahunya mengangguk setuju, ia menoleh pada Lyfa.
“Pinjamkan aku tanganmu sebentar.”
“Oh, eh.......”
Kirito mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Lyfa. Situasi ini pernah terjadi sebelumnya, tapi ini pertamakalinya mereka benar benar bergandengan tangan; jantung Lyfa mendadak mulai berdegup kencang. Momen selanjutnya, Kirito melaju kedepan dengan kecepatan tinggi, dengan kencang menembus dinding udara dan menciptakan lorong angin. Barusan mereka sudah berlari dengan cukup cepat, namun sekarang mereka bahkan lebih cepat lagi. kecepatan luar biasa mereka membuat struktur batu nampak meleleh seiring mereka melintas. Dengan tangan kanan dipegang Kirito, tubuh Lyfa mengapung dibalik garis horizontal. Kirito memindai sekitarnya sambil membelok di sudut dan belokan gua. Tak ada sedikitpun romantisme di dalamnya.
“Waaah!?”
Lyfa berteriak dengan suara bernada tinggi ketika, melihat jauh ke depan, ia melihat kurson kuning yang berkedip kedip mendekat. Sekelompok orcs nampaknya sudah membuat sarang di dalam gua.
“Itu – para monster itu.”
Sebelum Lyfa menyelesaikan ucapannya, Kirito berlari ke arah kelompok orcs tanpa menunjukkan tanda tanda melambat.
“Waaaah!”
Teriakan Lyfa bercampur dengan raungan para monster. Namun satu demi satu, hujan senjata berat lolos. Kirito melihat celah diantara para monster dan terus menyerbu dengan laju gila gilaan. Para orcs menoleh, menyuarakan kemarahan mereka, dan mulai mengejar, namun Kirito sudah hampir sampai ke jalur selanjutnya. Setelah itu, mereka menemui para orcs dan monster lain beberapa kali, namun Kirito hanya menghindar dan menyerbu diantara mereka semua. Pada poin tertentu, gelombang besar monster mengikuti di belakang Lyfa dan Kirito, gerakan mereka menciptakan guncangan tanah, dan gempa seperti longsor. Di sisi lain, tindakan «Mengganggu» mereka bisa dianggap cara buruk, karena tak ada tim yang melaju ke arah kumpulan monster akan bisa lolos dari kelenyapan. Beruntungnya, titik cahaya muncul di depan tragedi tersebut terjadi.
“Oh, itu mungkin pintu keluar.”
Setelah mendengar Kirito mengatakan itu, pandangan Lyfa mendadak menjadi putih, dan dengan satu langkah, tanah menghilang.
“Hieeee!?”
Lyfa secara insting menutup matanya dan berteriak saat kakinya kehilangan pijakan, namun dia segera menyadari kalau suara auman disekitarnya telah menghilang.
Perlahan membuka matanya, Lyfa mendapati dirinya mengapung di langit luas dan tanpa batas. Nampaknya Kirito tak melambatkan lajunya sama sekali, justru bertolak dari celah gua yang mengarah ke bagian atas pegunungan. Melihat balik, ia melihat tebing abu abu curam yang sepertinya berlanjut tiada batas ke segala arah. Tak lama setelah keluar, gravitasi dengan cepat kembali, dan mereka posisi jatuh mereka membentuk busur di langit.
Buru buru membentangkan sayapnya dan meluncur, Lyfa menghembuskan nafas.
“Fuu haa!”
Bernafas dengan keras, Lyfa melihat ke belakang mereka; agak jauh di pintu keluar gua, dan mengelilinginya adalah para monster yang tadi mengejar mereka. Ia menoleh pada Kirito.
“Kupikir nyawaku baru berkurang beberapa tahun!”
“Haha, yang penting bisa menghemat waktu.”
“....Untuk dungeon, seharusnya tidak......selagi mencari musuh, pastikan kamu tak mengumpulkan monster dalam jumlah besar......yang kamu lakukan sama sekali nggak masuk akal......”
Lyfa memprotes sambil mencoba menenangkan dirinya, dan dia mulai mengecek sekelilingnya. Warna polos yang luas membentang di bawah, warna biru air memercik disini dan disana, serta air terhubung ke sungai yang berliku, dan setelah itu—
“Ah....”
Lyfa tanpa sadar tersentak. Di posisi terjauh dari lautan awan mengapung sebuah bayangan besar. Batang raksasa nampak menembus bumi dan surga seperti pilar yang menyokong angkasa, dengan cabang dan dedaunan tumbuh sebesar makhluk dewata.
“Jadi, itu......World Tree.”
Disampingnya, Kirito berbisik dengan nada kagum. Bahkan dari posisi mereka, hanya beberapa jauh dari pintu keluar dari pegunungan, World Tree memiliki kehadiran yang mencengangkan meski jaraknya mungkin melebihi dua puluh kilometer jauhnya. Sulit membayangkan bagaimana rasanya berdiri di dasarnya. Mereka berdua tetap terdiam sembari mengamati World Tree, namun tak lama kemudian, Kirito pulih dan berkata:
“Ah, kenapa malah melamun. Lyfa, dimana tempat konferensi para Raja?”
“Ah, benar. World Tree terletak di pusat dunia, dalam mangkuk raksasa yang diciptakan oleh pegunungan di sekelilingnya. Ada tiga jalur yang menuju ke World Tree; dari wilayah Salamander adalah «Lembah Naga»; dari wilayah Undine adalah «Lembah Pelangi»; dan dari wilayah Cait Sith adalah «Lembah Kupu Kupu». Konferensi akan diselenggarakan di «Lembah Kupu Kupu», dan di dekat jalan keluar wilayah pedalaman.
Lyfa melihat ke sekelilingnya dan menunjuk ke arah barat laut.
“Kupikir kita harus terbang menuju ke arah itu.”
“Oke, berapa banyak waktu yang tersisa?”
“....Dua puluh menit.”
“Kalau mereka mau menyerbu konferensi, para Salamander akan datang dari arah itu.”
Jari Kirito berpindah dari tenggara ke barat daya.
“Kalau mereka datang lebih awal dari kita, kita akan kena masalah. Mari buru buru. Yui, lakukan pencarian, dan beritahu aku kalau ada sejumlah besar pemain yang mendekat.”
“Ya!”
Yui mengangguk, dan Lyfa dan Kirito mulai melaju kencang.
“Ngomong ngomong, apa ada monster di sekitar area ini?”
“Dataran tinggi Aarun adalah wilayah tanpa monster. Jadi konferensi umumnya diselenggarakan di tempat ini.”
“Dengan kata lain, kalau ada monster menyerang di tengah tengah diskusi, maka akan jadi masalah. Namun, dalam hal ini, mungkin akan sangat beruntung.”
“Apa maksudmu?”
Kirito hanya tertawa dengan senyum licik.
“Seperti yang terjadi tadi, aku berniat membawa sejumlah besar monster ke arah para pasukan Salamander.”
“.....Kamu punya waktu untuk memikirkan itu? kelompok Salamander pasti lebih besar dari para monster yang menyerang kita di gua, kalau kita bisa memperingatkan mereka tepat waktu, kita semua akan menuju ke wilayah Cait Sith; kalau kita mengumpulkan sejumlah besar monster, menurutmu siapa yang akan mati?”
“...”
Kirito menggosok dagunya dengan ekspresi berpikir di wajahnya. Pada saat itu........
“Ada, ada respon pemain!”
Yui mendadak berteriak.
“Kelompok di depan memiliki 68 pemain, ini semua mungkin pasukan tempur Salamander. Untuk tambahan, ada empat belas orang lagi yang bergerak di tanah, aku menduga kalau mereka adalah delegasi Sylph dan Cait Sith. Kedua pihak akan bertemu dalam lima puluh detik.”
Yui selesai berbicara tepat saat mereka menembus awan yang pekat. Lyfa melihat ke bawah ke arah dataran tinggi yang rata dan hijau dari jarak sangat tinggi di udara.
Di suatu tempat di ketinggian yang lebih rendah terdapat banyak bayangan menakutkan. Terbang dalam unit lima orang, mereka nampak seperti sekumpulan sosok sinis yang mengintai target mereka tanpa membuat suara.
Tatapannya kemudian tertuju pada tujuan mereka. Ia bisa melihat serambi bundar kecil. Disana terdapat meja putih panjang dengan tujuh kursi di setiap sisinya, itu adalah aula konferensi dadakan.
Orang orang yang duduk di kursi, masih tengah berdiskusi, tak sadar akan ancaman yang mendekat.
“....Kita terlambat.”
Ujar Lyfa dari samping Kirito.
Tak ada waktu untuk memperingatkan para Raja sebelum Salamander sampai – tak cukup waktu untuk kabur. Sehingga, yang lain harus bersiap siap menjadi tameng, bahkan meski mempertaruhkan nyawa mereka, setidaknya agar para Raja bisa kabur.
Lyfa mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Kirito.
“Terima kasih, Kirito-kun, karena membawaku kemari. Kamu segeralah ke World Tree, dan meski perjalanan kita bersama sangat singkat, aku merasa senang.”
Ujar Lyfa sambil tersenyum, namun saat dia melipat sayapnya untuk meluncur ke bawah, Kirito menangkap tangan kanannya. Lyfa menoleh ke arahnya, dan wajah Kirito menampakkan senyum tanpa takut.
“Mana bisa aku melarikan diri!”
Kirito melepaskan tangannya, memindahkan Yui di bahunya ke saku dadanya, dan dengan mengepakkan sayapnya keras keras, tiba tiba berakselerasi. BANG! Lyfa menutup matanya oleh kekuatan dari ledakan sonik, dan saat dia membuka matanya kembali, Kirito tengah meluncur ke arah serambi.
“Apa!? Apa yang kamu lakukan!?”
Momen perpisahan dan kata kata selamat tinggal menyedihkannya ternyata sia sia, Lyfa memprotes, namun Kirito sudah jauh meninggalkannya. Tercengang, dia buru buru mengejarnya.
Pada tujuan mereka, para Cait Sith dan Sylphid akhirnya menyadari sekelompok besar. Satu demi satu, mereka melompat dari kursi mereka dan mencabut pedang berkilau mereka, namun, dibandingkan para Salamander dan persenjataan mereka, mereka nampak sangat rapuh.
Terbang ke arah dataran berumput, para pasukan depan Salamander memegang tombak mereka seperti burung pemangsa yang siap menyerbu kelinci tak berdaya. Para pasukan di belakang mereka menyebar ke kiri dan kanan, setengah mengepung area serambi. Momen sebelum pembantaian, dunia tercekam dalam kesunyian.
Satu Salamander mengangkat tangannya, dan saat ia hendak menjatuhkannya.......
Kabut debu raksasa mengepul dari pusat serambi diantara kedua kelompok. Kemudian tak lama kemudian KA-BOOM! Ledakan keras sepertinya membuat atmosfir menjadi berguncang keras, dan Kirito mendarat seperti meteor hitam tanpa melambat.
Semua pemain di tanah membeku di tempat mereka berdiri. Seiring kabut debu menipis, Kirito perlahan bangkit, dengan tatapan tak senang pada pasukan Salamander. Ia berdiri tegak, menarik nafas panjang, dan berteriak:
“Untuk kedua pihak! Letakkan senjata kalian!”
“Woo ah!”
Lyfa, masih meluncur, secara insting menjatuhkan kepalanya. Sungguh suara sangat keras, meski tidak sekeras ledakan yang tadi. itu bahkan menyebabkan Lyfa, yang masih sekitar sepuluh meter di udara, gemetaran. Sedangkan pada Salamander, entah karena tekanan fisik atau hanya kaget, mereka sedikit gemetar dan bergerak mundur sedikit demi sedikit.
Itu bukan suara yang mengagetkan semua orang; itu berisi keberanian tanpa takut di dalamnya. Apa yang sebenarnya orang ini lakukan? Tak seorangpun bisa menebaknya.
Lyfa menatap adegan dengan keringat dingin menetes di punggungnya. Di belakang Kirito, Lyfa mendarat di dekat kelompok berpakaian hijau yang merupakan Sylph. Melihat sekeliling, Lyfa akhirnya melihat sosok familiar.
“Sakuya!”
Mendengar seseorang memanggil namanya, Sylph itu melihat ke sekeliling dengan ekspresi bingung dan membuka matanya lebar lebar saat dia melihat Lyfa.
“Lyfa!? Kenapa kamu disini!? Bukan, apa yang terjadi disini......”
Lyfa membuka mulutnya sambil berpikir, ini kali pertama dia melihat Sakuya nampak begitu bingung, dan berkata:
“Susah dijelaskan, namun saat ini, takdir kita berada di tangan pria itu!”
“Apa yang terjadi!?”
Sang Raja Sylph melihat punggung kecil dari sosok yang berpakaian hitam. Meski bersimpati pada pikirannya, Lyfa memandang Raja Sylph saat ini, Sakuya.
Wanita itu memiliki postur langsing yang sangat cantik, dengan rambut hijau panjang sepinggang yang gelap sampai nyaris hitam. Ia memiliki kulit putih pucat, mata sedikit sipit, hidung mancung, dan bibir tipis. Kalau kalian mau mendeskripsikan kecantikannya, ia seperti kecantikan dari pedang yang diasah sempurna.
Mengenakan pakaian panjang bergaya Jepang yang membungkus tubuhnya, dari obi-nya menggantung katana yang hampir dua inci lebih panjang dari Lyfa. Kaki putih lembut dalam bakiak panjang nampak dari balik hem pakaiannya. Melihat sosok tak terlupakan itu, tak mengherankan kalau dia memenangkan pemilu untuk Raja dengan suara mengesankan 80%.
Tentu saja, suara tak datang hanya dari kecantikannya. Karena tekanan dari menjadi Raja, ia jarang berpartisipasi dalam perburuan, jadi stats numeriknya tak bisa disebut tinggi. Namun, skill pedangnya sangat tinggi hingga dia sering muncul di ronde terakhir sepanjang duel turnamen, dan kepribadian adilnya juga yang mempertahankan popularitas tingginya.
Menggerakkan matanya, tatapan Lyfa jatuh pada pemain bertubuh mungil di samping Sakuya.
Rambut pirang bergelombang yang mengelilingi telinga segitiga lebar di kedua sisi kepalanya menandakan kalau ia adalah Cait Sith. Ia mengenakan armor yang mirip dengan baju renang one-piece, dengan berani mengekspos banyak kulitnya. Dari kedua sisi pinggangnya menggantung senjata tipe cakar dengan tiga kuku besar yang menonjol. Setrip berwarna warni di dekat pahanya menampakkan ekornya, yang bergoyang dan bergetar karena ketegangan.
Melihat sosoknya, kalian bisa melihat bulu mata panjang yang menutupi mata besar dan hidung kecil sedikit bundar. Avatarnya dalam ALO nampak tak biasa, namun bisa dideskripsikan sebagai gadis kecil mempesona. Meski ini kali pertama Lyfa melihatnya, mungkin tak salah mengatakan kalau dia adalah Raja Cait Sith, Alicia Rue. Seperti Sakuya, dia mempertahankan posisinya sebagai Raja melalui popularitas luar biasanya.
Di belakang kedua Raja yang berdiri bersama, enam Cait Sith dan enam Sylph berdiri sepanjang meja putih panjang, semuanya menampakkan ekspresi tidak tenang. Dia tak tahu siapa saja diantara Cait Sith itu, namun semua Sylph adalah anggota kelompok dewan para pemain terkuat. Melihat lebih dekat pada kelompok orang orang ini, Lyfa mengkonfirmasi kalau Sigurd tidak hadir.
Saat Lyfa menoleh pada pasukan Salamander di bagian selatan dataran tinggi, Kirito berteriak sekali lagi:
“Ada sesuatu yang ingin kukatakan pada Komandan!”
Sikap tanpa takut ini sepertinya membuat kaget para tentara Salamander, hingga kelompok tombak mereka membukakan jalan. Dari jalur itu dari udara datang seorang tentara besar.
Rambut merah seperti api membara membingkai wajah yang mirip burung pemangsa berkulit gelap. Tubuh kuatnya ditutupi oleh Blood Armor ultra-langka, dan dia membawa pedang yang jauh lebih besar dari Kirito.
Melihat matanya berkilau kemerahan untuk sekejap, Lyfa merasakan keringat dingin menetes di punggungnya. Meski dia tak menghadapnya secara langsung, ini kali pertama Lyfa merasakan aura yang sangat mengintimidasi dari lawan.
Dengan suara ‘gasha’ dia mendarat di depan Kirito, tanpa ekspresi dia menatap Kirito dengan rasa jijik. Pada akhirnya, Salamander itu membuka mulutnya dan, dengan suara besar dan menusuk, bertanya:
“....Apa yang Spriggan lakukan di tempat seperti ini? Bukannya itu akan menghentikan kami dari membunuhmu, tapi aku akan dengarkan ceritamu untuk memastikan keberanian yang kau tunjukkan.”
Kirito, tanpa ragu ragu, berbicara dengan keras:
“Namaku adalah Kirito, dan aku adalah perwakilan dari aliansi Spriggan-Undine. Apa kalian paham kalau dengan menyerang tempat ini, kau berharap untuk memulai perang berskala besar dengan keempat ras kami?”
Uwaaa........
Lyfa dibuat membisu. Ide itu sama sekali tak masuk akal. Kali ini keringat dingin sudah membanjir di punggungnya oleh cerita menghebohkan yang Kirito ucapkan. Pada poin ini, Sakuya dan Alicia Rue menoleh pada Lyfa dengan kaget, hanya untuk melihat kedipan putus asanya.
Namun sang Komandan Salamander juga kelihatan sangat terkejut.
“Aliansi Spriggan-Undine....?”
Ekspresinya segera kembali menjadi normal.
“Kau bilang kau adalah perwakilan, lantas dimana pengawalmu?”
“Ah, ya. Aku datang kemari untuk mengadakan negosiasi dagang dengan Sylph dan Cait Sith. Namun, kalau kalian menyerang kami di konferensi ini, lain lagi ceritanya. Singkat kata itu sama saja memaksa keempat ras kami membentuk aliansi melawan Salamander.”
Tiba tiba, dunia sekali lagi jatuh dalam kesunyian, hanya untuk dipatahkan oleh balasan sang Komandan Salamander.
“Hmm, biarpun kau sudah memberitahu jati dirimu, bagaimana bisa aku mempercayai seseorang yang datang seorang diri dan membawa perlengkapan sejelek itu!?”
Si Salamander menaruh tangannya di punggungnya dan dengan keras mencabut pedang besar bermata dua. Ia memiliki kilauan merah-gelap dan dua Naga yang saling bertautan tercermin di permukaannya.
“Kalau kau bisa menahan seranganku selama tiga puluh detik, aku akan mempercayai kata katamu!”
“Kau sungguh dermawan, bukan begitu?”
Kirito mencabut pedang bermata duanya sambil mengatakan itu. Tak seperti si Salamander, pedangnya berwarna hitam kemerahan polos tanpa dekorasi apa apa.
Sayap Kirito mulai bergetar dan dia mengapung ke udara, melayang layang di ketinggian yang sama dengan si Salamander. Lyfa berpikir seolah olah ada semangat bertarung yang begitu menekan dari keduanya, dan itu akan segera meledak dalam percikan putih.
....Tiga puluh detik.....
Lyfa menelan ludahnya dengan suara keras.
Dengan kekuatan dan kecakapan Kirito, ini sudah sangat dermawan. Namun dari hasrat membunuh yang memancar dengan dahsyat dari sang Komandan Salamander, Lyfa berpikir kalau dia juga bukan orang biasa.
Dalam suasana setegang itu, Sakuya, yang berdiri di samping Lyfa, berbisik:
“Ini gawat........”
“Apanya......?”
“Salamander itu, pedang bertangan dua yang dia pegang, aku pernah melihatnya di website yang mengulas senjata legendaris. Itu adalah «Pedang Iblis Gram», yang berarti pria itu adalah «Jenderal Eugene». Apa kamu tahu itu?”
“....Hanya namanya.....”
Lyfa menahan nafasnya dan menganggukkan kepalanya, dan Sakuya melanjutkan.
“Ia adalah saudara laki laki dari Raja Salamander «Mortimer», mungkin juga di dunia nyata. Ia memiliki kekuatan murni yang menandingi kebijaksanaan saudara laki lakinya. Ia dikatakan sebagai prajurit terkuat Salamander.......itu artinya dia......”
“....Pemain terkuat!?”
“Itu benar.......kondisi nampaknya semakin buruk.”
“...Kirito-kun....”
Lyfa menekan tangannya dengan erat ke dadanya.
Kedua orang yang melayang di udara tengah saling berhadapan dengan menjaga jarak satu sama lain, sepertinya mengukur kekuatan lawan mereka. Awan berketinggian rendah menutupi matahari, dan pilar pilar cahaya bersinar sepanjang celahnya. Salah satu balok cahaya itu mencerminkan pedang Salamander yang brilian, dan, pada saat itu.
Eugene meluncurkan serangannya tanpa pergerakan yang bisa diprediksi.
Phew! Dengan cincin, Eugene bergerak pada kecepatan super-tinggi, membuat udara berguncang. Pedangnya bergerak membentuk busur seiring ia mengayun ke arah Spriggan lawannya.
Kecepatan reaksi Kirito juga tak kalah cepatnya. Dia bertindak tanpa gerakan berlebihan, membentangkan sayapnya dan memblokir serangan langsung Eugene. Setelah memblokir serangan lawannya, Kirito akan segera menyerang balik – mudah untuk diprediksi, pikir Lyfa, namun.....
“--?”
Pada momen pedang hitam dan pedang merah tua saling bersilangan, pedang merah tua terlihat berubah menjadi uap. Ia menembus pedang Kirito, dan kembali menjadi normal.
Dagaaan! Dengan ledakan suara yang bisa mengguncang dunia, Kirito dihantam di dadanya oleh sebuah ledakan kekuatan yang luar biasa. Ia terlihat seperti daun hitam yang tertiup badai seiring ia terlempar ke tanah. Terjadi suara gemuruh besar, dan kabut debu mengepul saat dia menghantam bumi.
“Apa yang.......?”
Pertanyaan Lyfa yang tengah tercengang dijawab oleh Alicia Rue.
“«Pedang Iblis Gram» memiliki kemampuan spesial bernama «Ethereal Shift». Saat ia melakukan kontak dengan perisai pertahanan, pedang, atau objek lain, ia akan tembus. Dengan kata lain, ia memiliki efek ekstra ‘Menembus’.”
“Kenapa, kenapa bisa......”
Lyfa buru buru mengecek HP Kirito. Namun tiba tiba, sebuah bayangan melompat dari kabut debu, menyerbu lurus ke arah Eugene yang masih melayang di udara.
“Oh, dia masih hidup!”
Seolah tak ada apapun terjadi, Kirito berhenti dan bertanya.
“Serangan macam apa tadi itu!?”
Kirito bertanya sambil mengayunkan pedangnya.
KLANG KLANG! Suara logam berlanjut. Kirito sepertinya tetap tak mau menyerah meski memiliki senjata yang lebih inferior. Biarpun mata Lyfa tak bisa melihat serangan bertubi tubi Kirito, Eugene bisa menangkis semua serangannya dengan pedang dua tangannya.”
Untuk beberapa saat yang menegangkan, serangan Kirito berhenti sejenak, namun itu sudah cukup.
Gram sekali lagi mengeluarkan cahaya menyilaukan. Saat Kirito hendak memblokir serangan yang diarahkan ke sisinya, pedang itu melebur, hanya untuk muncul kembali diluar pertahanannya dan menghantam keras ke perutnya.
“Guhaaa!”
Kirito berteriak dengan terbatuk batuk di paru parunya, kali ini dia berputar putar di udara. Dengan sayap membentang lebar, ia berhasil berhenti dan mengembalikan posisinya.
“Itu memang efektif.....hei, bukannya tiga puluh detik sudah berlalu?”
Mendengar pernyataan Kirito, Eugene hanya tertawa dengan arogan.
“Maaf, sekarang aku hanya ingin mencincangmu. Aku ubah rencanaku, kali ini aku akan cabut kepalamu!”
“Orang ini.....akan kubuat kau menyesalinya!”
Kirito sekali lagi bersiap menyerang, meski sayangnya, sepertinya tak ada keraguan siapa yang akan muncul sebagai pemenangnya.
Untuk mencegah serangan spesial dari «Pedang Iblis Gram», Kirito hanya bisa bertahan. Padahal, dia ingin menghindari semua serangan. Namun itu nyaris mustahil dalam pertarungan jarak dekat berkecepatan tinggi ini.
Tiba pada kesimpulan yang sama, Sakuya berbisik:
“Situasi terlalu gawat. Meski kedua pemain itu bisa dikatakan seimbang, kemampuan senjata mereka terlalu jauh berbeda. Bagi satu dan satu satunya «Pedang Iblis Gram», hanya senjata legendaris, «Pedang Suci Excalibur» yang bisa menandinginya, namun tak ada yang tahu bagaimana cara mendapatkannya......”
“...”
Meskipun begitu, kalau itu adalah Kirito......meski dia kelihatan seperti pemula, ia telah menunjukkan kekuatan sangat besar......Spriggan ini memang petarung handal. Selagi memikirkan ini, Lyfa menekan tangannya ke dadanya seolah berdoa.
Sayap merah Eugene mengabur menjadi kumparan cahaya saat dia menikamkan pedangnya ke depan. Kirito menghindari serangannya dengan terbang acak yang berbahaya.
Selagi bertarung, mereka berdua terbang dalam pola yang kompleks, dari waktu dan ke waktu terdapat efek serangan terpercik sebelum mereka berpisah. HP Kirito sudah berkurang sampai setengah oleh serangan yang dia telah terima. Eugene juga bukan lawan normal, dengan mudah menembus pertahanan Kirito yang telah bertahan dari sejumlah serangan sihir sebelumnya.
Kirito tiba tiba berbalik dan mengulurkan tangan kanannya. Ia melafalkan kalimat mantra, dan debu hitam menyebar dari rentangan tangannya.......
Bang, bang, bang, bang! Aliran asap hitam mengepul disekitar kedua lawan. Sihir tipe jarak jauh itu dengan cepat menyebar dan menutupi seluruh wilayah udara.
Kegelapan mulai turun ke atas kepala Lyfa dan sekeliling menjadi sangat gelap. Pandangan Lyfa terhalang oleh kegelapan, dan dia berusaha keras mencari dimana Kirito.
“Lyfa, pinjam ini sebentar.”
“Eh!?”
Sebuah suara tiba tiba berbisik di telinganya, dan dia merasa kalau katananya dicabut dari sarung pedang di pinggangnya.
“Ki.....Kirito-kun!?”
Lyfa buru buru menoleh. Tak ada siapapun disana, namun sarung pedangnya ternyata sudah kosong.
“Apa kau mencoba mengulur waktu!?”
Eugene berteriak dari tengah asap tebal. Tak lama kemudian mulai terdengar sebuah pelafalan mantra.
WHACK! Sebuah ledakan merah besar menyebar ke sekelilingnya, dan membersihkan seluruh asap. Asap lenyap dengan cepat, sekali lagi memulihkan cahaya di dunia.
Lyfa buru buru melihat ke langit biru, disana.......
Tak ada tanda tanda Kirito.
Satu satunya yang melayang di udara adalah sang Jenderal Salamander. Si Spriggan kecil tak kelihatan dimana mana.
“Tak mungkin.....dia kabur....”
Di belakang, seorang Cait Sith berteriak dengan terkejut. Namun sebelum ia menyelesaikan ucapannya, Lyfa berteriak:
“Tentu saja tidak mungkin.”
Itu sama sekali tidak mungkin. Biarpun pemain lain akan segera kabur, dia tak akan melarikan diri.
Pria muda ini, Kirito, tak «bermain» VRMMO,; dia «hidup» di dalamnya. Ia percaya kalau dunia ini adalah realita yang lain, dan bahwa semua kepercayaan bersemi, semua ikatan terbentuk, dan semua cinta yang terbentuk disini adalah kebenaran.
Sehingga, hei.....aku bisa mendengarnya.....
Suara itu datang dari atas, suara terbang yang begitu kuat dan indah hingga menyerupai suara dari flute. Mendekat lebih dekat dan lebih dekat, makin keras dan makin keras.
“...!!”
Momen Lyfa akhirnya melihat sosoknya, ia nampak seperti pelangi oleh air mata yang muncul di mata Lyfa.
Dari tengah tengah matahari, objek yang menciptakan efek cahaya terkuat dalam Alfheim, jatuh dari langit melalui cahaya putih surga, sebuah bayangan kecil meluncur turun dengan cepat.
Eugene menyadari beberapa detik kemudian dan Lyfa menengadah. Mengernyit oleh efek sangat kuat itu, ia mengangkat tangan kirinya untuk melindungi matanya dari cahaya kuat matahari. Seorang pemain rata rata pasti akan bergerak secara horizontal untuk menghindari cahaya matahari dan untuk mengikuti ruang dimana bayangan itu tengah jatuh.
Namun, Jenderal Eugene, sesuai reputasinya, ia menutup mulutnya, kemudian membukanya lebar lebar.
“Waaaaaaaahhhhh!!”
Dengan teriakan yang sepertinya membuat bumi dan surga berguncang, ia menghadap ke arah matahari seperti Salamander sejati. Dengan garis cahaya merah, dia meluncur seperti roket.
Kirito datang dari atas dengan membawa pedang besarnya, yang normalnya dia gunakan dengan kedua tangannya, kali ini hanya di tangan kanannya. Tangan kirinya tersembunyi di balik punggungnya sehingga tak bisa terlihat.
Dalam cahaya kuat, benda yang ia pegang di tangan kirinya berkilau, dan diangkat tinggi tinggi.
Apa yang menyebabkan kilau keperakan itu? itu adalah katana yang Kirito baru ambil dari sarung pedang di pinggangnya, kalau Lyfa tidak salah. Sehingga, sekarang Kirito memegang pedang di tiap tiap tangannya.
Gaya dua pedang – konsep ini bukanlah hal baru. Meski ada banyak orang yang mencoba memakai teknik itu, Lyfa belum tahu ada yang berhasil melakukannya. Sangatlah sulit untuk memanipulasi pedang di kedua tangan dan membuat mereka bekerja dengan sinkron.
Sepanjang kompetisi kendo di dunia nyata, memang tak melanggar aturan untuk memakai dua pedang bambu, satu besar dan satu lebih kecil. Namun, hal itu dilarang di kompetisi tingkat SMP atau SMA, dan jumlah mahasiswa universitas yang bisa memakai dua pedang sangat sedikit. Selain itu, dia juga belum pernah memakai dua pedang, meski mungkin memiliki keuntungan, namun secara praktikal itu sangat sulit. Dikatakan kalau hal yang sama juga berlaku di dunia virtual.
Namun, Kirito dipersenjatai dengan dua pedang. Eugene mungkin berpikir kalau itu adalah tindakan keputus asaan dan memasang senyum mengasihani di wajahnya.
Lyfa membuka matanya yang basah oleh air mata dan percaya sepenuh hati pada Kirito.
Si Salamander mengangkat pedang iblisnya dan, dengan ayunan kuat, mengayunkannya pada Kirito. Pedang di tangan kiri si Spriggan mengayun dalam orbit sempit untuk menghadangnya.
Bang! Pedang merah gelap mulai bergetar. «Ethereal Shift» diaktifkan, menembus pertahanan Kirito dan terus melaju ke lehernya.
KLANG! Dengan suara logam yang keras, Gram ditangkis. Yang menghentikannya adalah tikaman di saat yang tepat memakai pedang besar di tangan kanannya. Seperti memasukkan benang ke dalam lubang jarum, waktu yang sempurna.
Kirito menghadap Eugene yang nampak tak percaya, dan mengaum dengan keras.
“O.....Oaaaaaaaa!”
Dengan pedang di kedua tangannya, ia menyerang dengan kecepatan yang begitu luar biasa sampai pedangnya seolah berubah menjadi kabut.
Katana di tangan kirinya menebas maju, diikuti oleh tikaman dengan pedang besar dalam pergerakan yang terhubung sempurna. Saat pedang besar ditarik mundur, katana menebas sekali lagi, dari kiri bawah, dan setelah kembali ke jalur yang sama, pedang besar diayunkan dengan keras dari atas.
Perak dan hitam menyatu bersama seiring serbuan gencar serangan jatuh seperti meteor sepanjang langit malam. Berapa banyak latihan yang diperlukan untuk mencapai kecepatan sehebat itu dengan gaya dua pedang? Lyfa tak bisa membayangkan. Eugene mundur dan mencoba memakai Ethereal Shift untuk melawan balik, namun pedangnya tak bisa menembus dua kali, karena diblokir oleh perisai ganda Kirito.
“Nuoooh!”
Saat Jenderal Eugene dengan cepat ditekan ke arah tanah, ia berteriak dengan keras. Efek spesial dari armornya membentuk dinding api tipis seperti lapisan anti peluru, dan sedikit memukul mundur Kirito. Dalam momen itu, pedang Iblis kembali diayunkan—
KONG! Dengan suara keras, Eugene memasuki mode ofensif.
Kirito juga tak ragu ragu dalam melancarkan serangan, dan katana di tangan kirinya berkilau cerah saat ia diayunkan dengan kecepatan yang hanya bisa ditandingi oleh halilintar.
JANG! Suara berderik dari logam membahana. Percikan percikan api menyebar membentuk busur panjang sepanjang udara.
Sebelum Ethereal Shift bahkan bisa diaktifkan, pedang Kirito menghantam sisi Gram dan menangkisnya. Serangan Eugene diarahkan ke bahu kiri Kirito dan bergerak ke punggungnya. Tak lama kemudian......
“Ra....aaaaaaaa....!”
Dengan kelincahan menakjubkan, pedang di tangan kanan Kirito menikam lurus ke depan.
THUNK! Suara tusukan keras membahana, dan pedang hitam menembus tubuh si Salamander.
“Guahhhh!”
Kecepatan Kirito yang seperti dewa digabung dengan kecepatan tikaman berdampak pada luka yang tiada tanding. Bar HP Eugene jatuh ke zona kuning dalam sekejap.
Serangan Kirito tak berhenti disitu saja. Saat Eugene mencoba memulihkan diri, Kirito dengan cepat menarik mundur pedang besar, melanjutkan serangan bertubi tubinya dan memakai katana di tangan kirinya untuk memulai serangan combo yang mata Lyfa tak bisa ikuti. Dalam sekali nafas, empat tebasan pedangnya membentuk lintasan indah di udara, membentuk persegi yang menyelimuti tubuh besar si Salamander.
“....!!”
Jenderal Eugene menampakkan ekspresi tak percaya saat tubuh bagian atasnya, dari bahu kanan ke pinggang kiri, ditebas tanpa suara. Cahaya yang membentuk persegi terdispersi ke segala arah.
Tak lama kemudian, tubuh Jenderal Eugene mulai terbakar, dan dia jatuh menjadi End Frame besar.
Tak seorangpun bergerak.
Dari para Sylphid dan para Cait Sith sampai kelima puluh tentara serbuan Salamander, semua orang hanya bisa membeku di tempatnya.
Itu adalah pertarungan dengan level sangat tinggi dimana tiada seorangpun yang pernah melihatnya.
Secara umum, pertarungan dalam ALO adalah pemakaian senjata jarak dekat tanpa keahlian, atau ketergantungan pada sihir bahkan tanpa tanda tanda skill dalam pertarungan jarak jauh. Pertahanan dan hindaran adalah teknik yang hanya bisa ditampilkan oleh pemain yang sudah lama berpengalaman, hal seperti skill pertarungan jarak dekat berkecepatan tinggi hanya bisa dilihat di turnamen pertandingan tahap final.
Namun kali ini, pertarungan diantara Kirito dan Eugene jauh melebihi semua itu.
Tarian pedang mengagumkan yang merobek udara, penerbangan berkecepatan tinggi, Eugene dan pedang penghancur buminya, dan gaya dua pedang berkecepatan supersonik Kirito yang mengalahkannya........
Sakuya adalah orang pertama yang mematahkan kesunyian.
“Menakjubkan! Menakjubkan!”
Ujarnya dalam suara kekaguman sambil menepuk nepukkan tangannya.
“Hebat! Nice Fight!”
Alicia Rue mengatakan itu dengan segera, diikuti oleh dua belas orang di belakangnya. Tepuk tangan meriah, bercampur dengan siulan dan ‘BRAVO’ keras menggema dari segala penjuru.
Lyfa mengamati para tentara Salamander dengan nafas tertahan. Tentu, kalau Komandan mereka sudah dikalahkan, mereka takkan tinggal diam—
Secara mengejutkan, gelombang tepuk tangan juga memancar dari para pasukan Salamander disana. Sorak sorai membahana, dan mereka mengangkat tombak mereka dan mengibas ngibaskannya seperti papan spanduk.
“Ooh....!”
Lyfa tanpa sadar tersenyum.
Sampai saat ini, dia terus menganggap Salamander sebagai musuh – sekelompok perampok tanpa aturan, namun mereka tetaplah pemain ALO sebelum semua itu. Duel mengagumkan diantara Eugene dan Kirito sudah cukup untuk mengguncang hati mereka.
Terjebak dalam sorak sorai riuh, Lyfa juga ikut bertepuk tangan dengan sepenuh hatinya.
Di tengah tengah badai tepuk tangan, wajah Kirito merekah oleh senyum, ia menyarungkan pedangnya kembali dan mengangkat tangan kanannya.
“Ah, terima kasih, terima kasih.”
Kirito membungkukkan kepalanya ke segala arah, menoleh ke arah Lyfa, dan berteriak:
“Apa ada yang bisa memakai Sihir Pembangkit?”
“Paham.”
Mengangguk, Sakuya melayang ke udara dan berhenti di samping Remain Light Eugene. Dengan hem kimono berayun, ia mulai melafalkan mantra untuk Sihir Pembangkit.
Cahaya biru memancar dari kedua tangan Sakuya dan menyelimuti api merah. Lingkaran sihir rumit mulai memadat dan api menyebar, pada akhirnya membentuk sosok manusia.
Kemudian dengan kilatan terakhir, lingkaran sihir menghilang. Kirito, Sakuya, dan Eugene yang sudah dibangkitkan mendarat dengan sunyi di atas sudut serambi. Kesunyian sekali lagi muncul dari mereka.
“....Itu skill yang mengesankan. Brengsek kau, kau adalah pemain terkuat yang pernah aku lihat.”
Ujar Eugene dengan nada tenang.
“Terima kasih.”
Adalah respon singkat Kirito.
“Sampai Spriggan sepertimu ada, dunia ini sungguh luas.”
“Ceritaku, apa kau mempercayainya sekarang?”
“...”
Eugene menyipitkan matanya, tiba tiba terdiam.
Pada saat ini, dari pasukan depan Salamander, seorang pemain berlari ke arah Eugene. Pemain dalam armor itu berdiri sejenak, kemudian memakai tangan kirinya untuk membuka visornya.
Ia memiliki wajah brangasan, Lyfa bisa tahu itu saat dia membungkuk pada Eugene sebelum berbicara.
“Gene-san, apa anda punya waktu?”
“Ah, Kagemune, ada apa?”
Dimana aku pernah dengar nama itu sebelumnya? – pikir Lyfa untuk sesaat, sebelum mengingat. Itu adalah nama Salamander yang masih bertahan hidup dari danau sebutkan. Kagemune adalah kapten dari pasukan Salamander yang sudah Kirito habisi di Hutan Kuno kemarin.
“Kupikir anda sudah tahu, tapi kemarin seluruh party-ku dimusnahkan.”
Mendengar dia membicarakan soal itu, Lyfa menelan ludahnya dan memasang telinga kuat kuat untuk mendengar.
“Ya.”
“Itu adalah Spriggan ini, aku yakin, tapi dia juga punya sekutu Undine.”
“....!?”
Terkejut, Lyfa melihat sosok Kagemune. Alis Kirito berkedut untuk beberapa saat sebelum wajah santainya kembali ke posisi semula. Kagemune melanjutkan:
“Untuk tambahan, menurut informasi dari ‘S’, sebuah tim dikirim untuk memburu pria ini, namun mereka semua dihabisi.”
‘S’ mungkin adalah kode untuk Spy (mata mata). Namun ‘S’ mungkin singkatan untuk Sigurd......
Eugene menatap wajah Kagemune sejenak. Hampir semua orang disekitar mereka mulai saling bisik bisik, dan telapak tangan Lyfa mulai berkeringat, menunggu respon pihak yang lain.
Akhirnya, Eugene mengangguk dan berkata:
“Begitukah?”
Ia tersenyum kecut.
“Kuanggap saja begitu.......”
Kemudian dia menoleh pada Kirito.
“Aku atau Raja sama sekali tak punya niat untuk memprovokasi Spriggan dan Undine dibawah kondisi saat ini. Kami akan angkat kaki dari tempat ini, tapi suatu hari, aku ingin bertarung denganmu sekali lagi.”
“Akan kutunggu hari itu.”
Kirito mengulurkan tinjunya ke hadapannya. Eugene memukulkan tinjunya ke tinju Kirito dan berbalik. Membentangkan sayapnya, dia menendang tanah dan terbang menjauh.
Ketika dia terbang, Kagemune menatap balik pada Lyfa, dan dengan tawa di matanya, dengan canggung mengedipkan mata kanannya. Sudah kubayar kembali utangku padamu – mungkin itulah maksudnya, pikir Lyfa dengan sedikit senyum di wajahnya.
Melihat kedua Salamander pergi menjauh, Lyfa melepaskan nafas yang sejak tadi dia tahan.
Dengan orang orang di tanah menyaksikan, para pasukan Salamander mulai berbaris dengan rapi dan dengan sedikit kebingungan. Saat hendak pergi, sayap mereka mengeluarkan getaran kecil dengan sayap Eugene memimpin. Kehadiran mereka segera pudar, dan saat mereka memasuki awan, mereka tertelan ke dalamnya dan menghilang.
Kesunyian berlangsung sekali lagi, kali ini dipecahkan oleh suara tawa Kirito.
“......Jadi ada Salamander yang paham bahasa manusia ya?”
Lyfa merasa bingung untuk sesaat, kemudian kata kata yang meluap luap di dalam perutnya sejak tadi akhirnya mengalir keluar.
“....Kamu, itu terlalu berlebihan.”
“Aku sudah sering dengar itu.”
“....Ha ha ha.”
Tawa mereka akhirnya dihentikan dengan suara terbatuk dari Sakuya, sebelum dia berkata:
“Maaf......tapi akan sangat membantu kalau kalian bisa menjelaskan situasinya.”
Saat ketenangan kembali pulih di serambi, Lyfa menceritakan semua yang terjadi, meski beberapa isinya terdengar spekulatif. Sakuya, Alicia Rue, dan para sesepuh serta kedua komunitas mendengarkan dengan tenang sampai Lyfa selesai, kemudian mereka semua menghela nafas dalam dalam.
“.....Jadi itu yang terjadi.”
Sakuya, dengan tangan dilipat di depan dada, dan alis panjang melengkung kebawah, menganggukkan kepalanya.
“Selama beberapa bulan ini, sikap Sigurd menjadi agak mencurigakan, aku merasa dia merencanakan sesuatu, tapi aku tak bisa mencabutnya dari dewan karena takut dianggap sebagai diktator.”
“Sakuya-chan, sepertinya popularitasmu meletakkanmu dalam posisi sulit.”
Alicia Rue, yang sudah berkuasa lebih lama dari Sakuya, juga ikut mengangguk.
“Mencurigakan......dari apa?”
Lyfa bertanya karena dia masih tak memahami jalan pikiran Sigurd, Sakuya menjawab:
“Mungkin karena hatinya tak bisa memaafkan situasi saat ini. Dia tak bisa mentoleransi menjadi tempat kedua pada para Salamander.”
“....”
“Sigurd adalah pria yang digerakkan oleh kekuatan, baik stats numeriknya dan dalam kekuasaan politiknya sebagai pemain.......sehingga pemikiran tentang Salamander menaklukkan World Tree dan menguasai langit Alfheim, gagasan tentang melihat mereka dari tanah......itu sesuatu yang tak bisa dia maafkan.”
“.....Tapi biarpun begitu, kenapa dia harus menjadi mata mata para Salamander?”
“Apa kamu dengar tentang «UPDATE 5.0», akan segera diluncurkan? Rumor mengatakan kalau di dalamnya juga termasuk «Rebirth System».”
“Ah......lalu........”
“Dia mungkin membuat kesepakatan dengan Mortimer karena selama Raja dari ras setuju, maka dia akan bisa menjadi Salamander. Namun Rebirth pasti memerlukan banyak sekali Yurudo. Aku ragu Mortimer yang berdarah dingin akan sudi untuk melakukan pertukaran semacam itu.”
“....”
Lyfa mendapat perasaan rumit, jadi dia mencoba mengosongkan pikirannya dengan menatap langit berwarna keemasan dan kabut nun jauh disana yang menyelimuti World Tree.
Reinkarnasi sebagai ALF dan terbebas dari batasan penerbangan.....ini sudah menjadi impian utama Lyfa semenjak ia kali pertama mengalami terbang. Itulah alasan ia bergabung dalam tim Sigurd, itulah kenapa dia sangat bersemangat dalam berburu, menyumbangkan hampir semua uangnya demi dewan Sylphid.
Kalau aku tak menemui Kirito dan keluar dari tim, Sigurd mungkin akan mencoba membujukku kedalam rencana reinkarnasi Salamandernya. Kalau itu terjadi, lantas untuk apa semua usahaku selama ini?
“ALO benar benar Game sinis yang menguji hasrat para pemainnya.”
Ujar Kirito tiba tiba, suaranya bercampur dengan senyum masam.
“Pendesain Game ini pasti punya karakter buruk.”
“Fufu, mungkin benar.”
Sakuya merespon dengan senyum.
Lyfa memutuskan untuk sedikit mengikuti hatinya, ia telah memegang tangan kiri Kirito dengan tangan kanannya dan terus kepikiran dengan itu. bergerak mendekati Kirito, yang sepertinya tetap berwajah santai tak peduli situasinya, hati Lyfa perlahan mulai lebih tenang.
“Jadi......apa yang akan kamu lakukan, Sakuya?”
Usai mendengar ini, senyum cantiknya pudar dan berganti menjadi tatapan penuh perhitungan ala penguasa, dan matanya terpejam. Mereka segera membuka, kali ini mata hijau gelapnya memancar dengan cahaya yang sangat cerah.
“Rue, kamu terus melatih skill dark magic-mu, kan?”
Usai mendengar ucapan Sakuya, telinga Alicia bergerak maju dan mundur mengekspresikan pengertiannya.
“Kalau begitu, tolong gunakan «Moonlight Mirror» pada Sigurd.”
“Bisa saja sih, tapi sekarang belum malam hari, jadi takkan bertahan lama.”
“Tak masalah, karena itu akan segera berakhir.”
Menggerakkan telinganya lagi, Alicia Rue mengangkat tangannya, mengambil selangkah mundur, dan mulai merapal mantra.
Suara komat kamit Alicia meningkat dalam ritme pelafalan dark magic yang jarang terdengar. Sekeliling mendadak menjadi gelap, dan cahaya bulan mendadak muncul entah dari mana.
Cahaya bulan segera mulai mengumpul di depan Alicia, dan seperti cairan emas, ia membentuk cermin bundar. Semua orang menyaksikan dalam kesunyian, dan cermin itu memiliki permukaan sedikit bergelombang, mencerminkan pandangan agak kabur dari suatu tempat.
“Ah.....”
Lyfa melepaskan suara kecil. Terpantul pada cermin, adalah tempat yang sudah dia kunjungi entah berapa kali; ruang dewan dari mansion Raja.
Lyfa bisa melihat meja hijau emerald besar. Di balik meja, di atas kursi singgasana Raja, duduk seorang pria. Kedua kakinya disilangkan dan disandarkan di atas meja sembari bersandar ke belakang di kursinya. Matanya terpejam dan kepalanya tengah disangga oleh kedua tangannya; pria itu adalah Sigurd.
Sakuya melangkah ke depan cermin dan memanggil dengan suara seperti harpa yang disentak kuat kuat;
“Sigurd!”
Di cermin, Sigurd mendadak membuka matanya dan melompat seperti pancuran. Dia mungkin melihat keberadaan cermin, datang berhadap hadapan dengan Sakuya, mulutnya terbuka dan tubuhnya berguncang dengan hebat.
“Sa-Sakuya!?”
“Ya, sayangnya, aku masih hidup.”
Sakuya membalas dengan enteng.
“Kenapa......bukan.....konferensi.....?”
“Ternyata berjalan dengan sukses. Namun tanda tanda kesepakatan baru saja akan dimulai. Oh iya, kita mendapat tamu tak diduga.”
“T....tamu...?”
“Jenderal Eugene memberitahu kami untuk berkata halo padamu.”
“Wha!?”
Kali ini, Sigurd nampaknya tengah mengalami kekagetan luar biasa. Wajah tampannya menjadi pucat, dan matanya bergerak gerak dengan liar seolah mencoba mencari kata kata. Matanya terkunci pada Lyfa dan Kirito di belakang Sakuya.
“Ly....!?”
Tiba tiba, matanya terbuka lebar, dan dia akhirnya bisa memahami situasi. Sigurd menggertakkan giginya dalam senyum predator.
“....Para kadal pecundang itu. Jadi.....Sakuya, apa maumu? Mengembalikan uang? Atau mengusirku dari Kementrian kekuasaan? Tapi kalau kau kehilangan aku sebagai komandan pasukan, apa yang akan terjadi pada kekuasaan politikmu......”
“Tidak, kalau kau tak lagi ingin menjadi Sylph, akan kukabulkan permohonanmu.”
“Ap, apa.....?”
Sakuya dengan elegan mengibaskan lengan kirinya, dan menu besar yang eksklusif bagi Raja muncul. Sejumlah jendela tak terlihat berdesakan, namun membentuk kolom cahaya heksagonal. Sakuya menemukan satu jendela yang dicarinya dan menekannya dengan jarinya.
Dalam cermin, Sigurd menatap jendela pesan biru yang muncul di hadapannya. Melihat pesan itu, wajahnya segera menjadi gugup, dan dia berdiri.
“Kenapa, kau....! Apa kau gila? Kau.....padaku......kau akan membuangku!?”
“Ya, kau akan menjadi Pembelot dan berkeliaran di zona netral, kuharap kau bisa segera menemukan kesenangan baru dalam Game ini.”
“Kalau begitu......aku akan menentangmu! Aku akan lapor pada GM tentang pemakaian kekuasaan sewenang wenang ini!”
“Sesukamu saja......sampai jumpa, Sigurd!”
Sigurd mengangkat tinjunya dan mulai melanjutkan protesnya. Sakuya menyentuh tombol di menunya, dan Sigurd mulai menghilang dalam cermin. Karena dia sudah dibuang dari wilayah Sylph, dia akan dipindahkan secara acak ke kota netral selain Aarun.
Cermin emas saat ini memantulkan ruang dewan yang kosong, namun, tak lama kemudian, permukaan mulai terdistorsi. Dengan suara dentingan logam, ia terpecah pecah, dan bayangan yang menutupi matahari telah menghilang.
“.....Sakuya.....”
Kesunyian sekali lagi kembali, alis Sakuya mengernyit, dan Lyfa merasakan perasaannya memanggil dengan lembut.
Sang Raja cantik mengibaskan tangannya sekali lagi, menghilangkan jendela menu, dan menghela nafas sambil tersenyum.
“Entah keputusanku benar atau tidak akan diputuskan pada pemilu Raja selanjutnya. Yang jelas, terima kasih Lyfa. Aku senang kamu, yang selalu menolak untuk bergabung kedalam dewan para sesepuh, datang kesini untuk menolong. Alicia juga, maaf aku sudah membuatmu terlibat dalam kekacauan sipil Sylph dan membawamu dalam bahaya.”
“Kami masih selamat, jadi itu bukan masalah.”
Mengikuti balasan santai dari sang Raja Cait Sith, Lyfa menggeleng kepalanya.
“Aku tak melakukan apa apa. Kalau kalian ingin berterima kasih, kalian harus berterima kasih pada Kirito.”
“Ya, karena kamu menyebutkannya.....apa yang kamu......”
Berdiri berdampingan, Sakuya dan Alicia Rue menatap Kirito dengan pertanyaan tergambar di wajah mereka.
“Apa kamu benar benar perwakilan dari aliansi Spriggan-Undine?”
Karena penasaran, Alicia bertanya, dengan ekor berayun ayun. Dengan tangan di pinggangnya, Kirito menjawab penuh percaya diri;
“Itu semua tentu saja bohongan. Sekedar menggertak, tapi diperlukan untuk negosiasi.”
“Wha....!”
Mulut mereka terbuka lebar, dan sampai kehabisan kata kata.
“.....Sungguh pria tak masuk akal. Dan menyombong dalam situasi semacam itu......”
“Saat kalian mengurus orang menyusahkan, kalian harus berani menaikkan taruhan.”
Kirito mengatakan itu dengan nada tak peduli. Tiba tiba, Alicia tersenyum, dan dengan senyum licik seekor kucing, maju beberapa langkah mendekati Kirito, dan dia menatap wajahnya dari jarak dekat.
“Kamu pembohong besar, kamu sebenarnya sangat kuat, tahu! Apa kamu tahu? Eugene mungkin adalah pemain terkuat dalam ALO. Dan kamu berhasil mengalahkannya secara telak, jadi kamu adalah senjata rahasia Spriggan kan?”
“Mana mungkin begitu? Aku hanya prajurit biasa yang tak punya tujuan.”
“Pfft, yahahaha!”
Jawaban arogan ini membuat Alicia tertawa, dan dia mengambil lengan kanan Kirito dan memeluknya ke dadanya. Memiringkan kepalanya, ia memberi Kirito tatapan seksi.
“Kamu bebas untuk datang ke wilayah Cait Sith sebagai pasukan bayaran. Aku bisa menawarimu makan tiga kali sehari dan tidur siang.”
“Wha.......”
Lyfa merasa bibirnya tercekat. Namun, sebelum dia mendapat kesempatan berbicara, suara lain seenaknya menginterupsi.
“Hei, Rue, jangan curang.”
Datanglah Sakuya, dengan suara lebih menggoda dari biasanya. Saat ini ia berdandan dalam pakaian tanpa lengan dan merebut lengan kiri Kirito.
“Dia sejak awal datang untuk menyelamatkan Sylph, itu artinya kami yang memiliki hak negosiasi. Kirito-kun, mari kita minum minum di Sylvian, sekedar untuk keramah tamahan, dan kita bisa mengurus hal hal pribadi setelah itu......”
Pili Pili. Wajah Lyfa mulai memerah karena amarah dan mulai berkedut tanpa kendali.
“Aah, jangan licik, Sakuya-chan. Aku menentang sikap godaanmu.”
“Kamu punya hak mengatakan itu? kamu terlalu dekat dengannya!”
Dua Raja yang sangat cantik tengah memeluk Kirito erat erat, dan wajah tak nyamannya berubah menjadi ekspresi merah karena rasa malu......
Selagi memikirkan itu, Lyfa menggenggam kerah baju Kirito dari belakang dan berteriak:
“Tidak! Kirito-kun adalah......”
Ketiganya menoleh untuk melihat Lyfa. Di saat yang sama, dia menyadari apa yang hendak dia katakan dan kembali pada realita.
“Itu, a...aku......”
Tak mampu mencari kata kata, Lyfa berada dalam kesunyian canggung, dan menyaksikan itu semua, Kirito tersenyum dan berkata:
“Kuhargai kebaikan hati kalian – maaf, aku berjanji untuk pergi dengannya ke wilayah pusat.”
“Oh.....ternyata begitu, sayang sekali ya.”
Sakuya yang biasanya tenang menyuarakan penyesalannya dengan jujur, dan mengalihkan tatapannya pada Lyfa.
“Kamu akan pergi ke Aarun, Lyfa? Apa itu piknik untuk hiburan, atau.....?”
“Aku sedang meninggalkan wilayah kita – menurutku begitu. Tapi, meski aku tak tahu kapan, aku pasti akan kembali ke Sylvain.”
“Begitu, maka syukurlah. Kamu harus kembali, tentu saja dengan dia.”
“Pastikan untuk mampir ke rumahku kalau sempat, dan aku akan bentangkan karpet merah.”
Kedua Raja meninggalkan Kirito, dan ekspresi mereka menjadi khidmat. Sakuya meletakkan tangan kanannya di dadanya dan memiringkan tubuhnya dengan anggun, Alicia membungkukkan kepalanya dan telinganya jatuh sedikit, keduanya berterima kasih pada Kirito dan Lyfa. Sakuya mengangkat kepalanya dan berkata:
“Aku ingin berterima kasih, Lyfa dan Kirito. Kalau kami dikalahkan, perbedaan diantara kami dan Salamander akan menjadi lepas kendali. Aku ingin mengungkapkan terima kasihku.......”
“Tidak, hal seperti itu......”
Melihat Kirito menggaruk kepalanya dengan wajah tak nyaman, Lyfa tiba tiba memikirkan sesuatu. Ia melangkah ke depan dan berkata:
“Jadi, Sakuya, Alicia. Alasan untuk aliansi ini, apa untuk menyerang World Tree?”
“Tentu, pasti, karena itulah tujuan utama kita. Kita akan menantang World Tree bersama; kalau kedua ras terlahir kembali sebagai ALF maka akan sangat bagus, tapi kalau tidak, ras yang berhasil akan bertanggung jawab memandu ras yang lain sepanjang Grand Quest selanjutnya. Itulah kerangka dari aliansi.”
“Mohon izinkan kami ambil bagian dalam penyerangan juga, sesegera mungkin.”
Alicia Rue dan Sakuya saling bertukar tatap.
“Aku tak keberatan kalau kalian menyertai kami, lebih tepatnya aku ingin kalian bergabung dengan kami. Tapi kami belum tahu tentang waktunya, tapi kenapa?”
“...”
Lyfa melirik Kirito. Pria Spriggan penuh teka teki itu menurunkan pandangannya untuk sesaat dan berkata:
“Alasan aku datang ke dunia ini adalah untuk mencapai puncak World Tree. Ada orang tertentu yang harus aku temui, dan ada kemungkinan kalau orang itu mungkin ada disana......”
“Seseorang? Apa maksud kamu Raja Peri Oberon?”
“Bukan, kupikir itu seseorang yang berbeda. Itu adalah seseorang yang tak bisa kuhubungi di dunia nyata, seorang yang harus kutemui apapun yang terjadi.”
“Oh, di puncak World Tree maksudnya seseorang di pihak manajemen? Sungguh cerita yang misterius, bukan begitu?”
Topik itu nampaknya sudah membuat Alicia Rue tertarik, karena ia mengatakan itu dengan mata berbinar, namun telinga dan ekornya segera jatuh.
“Namun.....untuk persiapan dan melengkapi perlengkapan seluruh anggota party akan memerlukan waktu.......tak bisa dilakukan dalam satu atau dua hari........”
“Begitu, itu benar.......bukan, tujuanku adalah mencapai dasar pohon untuk saat ini.......setelah itu aku akan memikirkan sesuatu.”
Kirito tertawa kecil dan, ‘Oh iya’ seolah teringat akan sesuatu, Kirito mengibaskan tangan kirinya. Dia dengan cepat memanipulasi jendela menu, dan mewujudkan sebuntel tas kulit besar.
“Ini mungkin bisa membantu pendanaan.”
Mengatakan itu, Kirito menyerahkan tas itu, menilai dari suaranya, sepertinya itu penuh berisi Yurudo. Alicia yang menerima tas sempat terhuyung sejenak sebelum buru buru memeluknya dengan kedua tangannya, ia melihat ke dalam tas dan matanya dalam sekejap terbelalak seolah tak percaya.
“Sa.....Sakuya-chan, ini.....”
“Hmm....?”
Sakuya membungkukkan kepalanya dengan tangannya memasuki tas. Dari dalam dia mengeluarkan sebuah koin besar dengan kemilau hijau putih.
“Waaahhh!”
Melihat ini, Lyfa juga berteriak dengan nada tak percaya. Kedua Raja terus menatap isi di dalam tas, sepertinya membeku di tempat mereka. Dua belas orang di belakang mereka mulai gaduh.
“......seratus ribu koin Yurudo Mithril......semua ini!?”
Bahkan bagi Sakuya, dia berbicara dengan nada kabur selagi menatap koin dengan keraguan. Masih tercengang dan menggeleng kepalanya, ia mengembalikan koin ke dalam tas.
“Uang sebanyak ini, hampir mustahil untuk mendapatkan semua ini tanpa melawan monster sekelas Dewa-Jahat di Jötunheimr.....Apa kamu yakin? Dengan uang sebanyak ini kamu bisa membangun istana di lokasi utama.”
“Aku tak keberatan. Itu sudah tak lagi penting untukku.”
Kirito sepertinya sama sekali tak peduli dengan uang itu dan mengangguk.
Sakuya dan Alicia sekali lagi menatap isi tas, melepaskan desahan, dan mengangkat kepala mereka.
“......Dengan sebanyak ini, kupikir kita sudah mendekati jumlah yang ditargetkan.”
“Kita akan segera siapkan perlengkapan dan akan menghubungimu saat kami sudah siap.”
“Akan kuserahkan padamu.”
Sakuya membuka jendela menu, dan Alicia menaruh tas di dalamnya.
“Hanya berpikir tentang berkeliaran di daratan ini dengan uang sebanyak ini membuatku bergidik.......mari kembali ke wilayah Cait Sith secepat mungkin sebelum para Salamander berubah pikiran.”
“Itu benar. Kita akan lanjutkan konferensi saat kita kembali.”
Kedua Raja mengangguk satu sama lain dan memberi tanda pada para pengikut mereka. Meja panjang dan sejumlah kursi dibersihkan dengan cepat.
“Kami berhutang banyak pada kalian. Kami berjanji akan berjuang yang terbaik untuk mewujudkan impian kalian, Kirito dan Lyfa.”
“Aku senang bisa ikut membantu.”
“Kami akan menunggu kontak dari kalian.”
Sakuya dan Alicia menjabat tangan mereka masing masing dengan Kirito dan Lyfa.
“Terima kasih! Kita akan bertemu lagi!”
Alicia sekali lagi menampakkan senyuman nakal, mengayunkan ekornya di dekat Kirito dan mengecup pipinya. Ia meninggalkan Kirito yang gugup dan berbalik ke arah Lyfa – Apa yang dia lakukan? – dan memberinya kedipan cepat. Ia kemudian membentangkan sayap kuning pucatnya lebar lebar.
Kedua Raja melambaikan tangan mereka dan terbang lurus ke atas, dengan garis cahaya mereka bergerak ke arah langit merah barat. Enam orang dari tiap tiap ras mulai berbaris dalam V yang indah, formasi seperti angsa liar, dan mengikuti.
Lyfa dan Kirito menyaksikan mereka sampai sosok mereka lenyap kedalam cahaya mentari senja.
Suara bisikan angin dan daun yang melambai lambai adalah pengingat bahwa pertarungan sengit telah terjadi di tempat itu. Pertarungan dengan mempertaruhkan takdir ketiga ras sepertinya tak lebih dari ilusi. Lyfa merasa agak dingin, dan bersandar pada Kirito.
“......semua orang sudah pergi sekarang.”
“Ya, akhirnya berakhir sudah.....”
Perpecahan dengan Sigurd dan serangkaian peristiwa yang mengikutinya, Lyfa merasa seolah waktu berjalan sangat lama. Bukan hanya tujuh atau delapan jam yang sudah berlalu.
“Entah kenapa.....”
Bersama dengan Kirito, ini adalah dunia nyata sejati, dia merasa kalau dirinya yang bersayap adalah dirinya sebenarnya – pikir Lyfa/Suguha, namun tak bisa mengungkapkannya dalam kata kata. Justru, ia menekan tubuhnya ke dada Kirito, dan mencoba merasakan detak jantungnya, kemudian.......
“Kenapa kamu, kubilang jangan selingkuh, Papa!”
“Waa.”
Yui melompat keluar dari saku dada Kirito dan berbicara dengan suara tak senang. Lyfa buru buru mengambil jarak diantara dia dan Kirito.
“Kenapa begitu tiba tiba......”
Yui beterbangan disekitar Kirito yang gugup beberapa kali setelah dia mengatakan itu, kemudian duduk di bahunya dan wajah imutnya cemberut.
“Kedua Raja yang lengket padamu tadi sepertinya membuat jantungmu berdegup kencang!”
“Aku-.....aku kan laki laki, jadi apa boleh buat!”
Lyfa merasa lega karena Yui tak membicarakan tentang dia, namun dia merasakan keraguan jadi dia bertanya pada Yui.
“Hei, Yui-chan, apa aku tak apa apa?”
“Lyfa-san sepertinya tak apa apa.”
“Ke, kenapa......”
“Soalnya, Lyfa sepertinya nggak memberikan perasaan seorang wanita....”
Tanggapan cuek ini, datang dari Kirito.
“Tung.....ap.....Apa maksudmu dengan itu!?”
Dia tak bisa mengabaikan kata kata itu, tangan Lyfa tanpa sadar berpindah ke gagang katananya.
“B...bukan, maksudku.....seperti lebih mudah didekati......itu arti yang bagus, ya.”
Senyuman merekah di wajah Kirito dengan sedikit tergelak.
“Daripada mencemaskan soal itu, lebih baik segera terbang ke Aarun! Matahari mau terbenam!”
“Ah, hei, tunggu!”
Lyfa membentangkan sayapnya dan menendang tanah.
Kirito berakselerasi menuju ke World Tree, dan Lyfa mengejarnya dengan mengepakkan sayapnya pada kekuatan penuh dan melirik sebentar ke belakang. Melewati pegunungan besar itu, adalah bentang luas hutan kuno dan wilayah Sylph yang familiar. Namun, dia tak bisa berlama lama karena bintang mulai bermunculan di langit senja biru tua.
* * *
Matahari yang sepertinya akan masih terus menggantung di puncak langit, perlahan mulai turun, mewarnai cakrawala menjadi merah cerah dari matahari terbenam.
Sekarang, karena terakhir kali Oberon mengunjungi Asuna, setidaknya sudah lima jam yang lalu, sehingga dia berdiri. Saat ini mungkin sudah tengah malam di dunia nyata. Dia berdoa memohon agar tidak dipantau dan berdiri di atas keramik.
Sepuluh langkah ke depan dan dia tiba di gerbang emas. Ia hanya bisa merasa terkejut karena dia sudah dikekang dalam tempat kecil ini selama lebih dari dua bulan.
‘Namun – itu semua berakhir hari ini’
Sembari memikirkan itu, Asuna merentangkan tangan kanannya ke papan input password disamping pintu. Lima jam lalu, dia telah menggunakan cermin untuk melihat urutan angka angka yang diperlukan untuk membuka pintu saat Oberon pergi, dan mengingatnya. Sekarang, satu demi satu dia mengucapkannya dan mengingat ulang urutannya. Kapanpun dia menekan satu tombol kecil, sentuhan itu menciptakan bunyi klik, dan gelombang kecemasan melewati tubuhnya yang terus menerus gemetar.
“....3...2...9...”
Dengan berdoa, ia memasukkan angka terakhir, dengan suara logam yang keras, pintu terbelah membuka. Asuna tanpa sadar membengkokkan lengan kanannya dan meremas tinjunya erat erat. Saat dia menyadari kalau dia memasang salah satu postur favorit Kirito, gelak tawa muncul dari mulutnya.
“Kirito-kun! Aku juga akan berjuang!”
Asuna membisikkan itu sambil mendorong pintu terbuka. Dibalik itu, cabang lain, yang lebih meliuk dari yang menyokong sangkar, membentuk jalan kecil yang terhubung ke batang pohon raksasa. Ia meninggalkan sangkar, satu langkah, dua langkah, pintu secara otomatis menutup di belakangnya, membuat suara klik tenang. Asuna menyibakkan rambutnya, mengangkat dadanya dengan kepastian, dan berjalan ke arah dunia berbeda yang ia yakini akan temukan di depan sana.
Beberapa menit kemudian, dia melirik balik untuk mendapati sangkar emas itu sudah tertutup oleh dedaunan hijau yang saling bertumpukan, dan tak lagi terlihat.
Asuna berhenti di tengah cabang pohon panjang dari World Tree, dan menghela nafas. Ia merasa sudah berjalan beberapa ratus meter. Pohon itu memang luar biasa besar.
Bagi Oberon yang tak sabaran, terminal sistem log out seharusnya tak terlalu jauh dari sangkar; namun sepertinya ia salah menduga. Kalau Oberon memakai jendela tipe SAO atau kendali aktivasi suara, maka akan cukup sulit untuk mengakses sistem.
Meskipun demikian, aku tak bisa kembali ke tempat itu. aku harus pergi sejauh yang kubisa.
Aku pasti akan bertahan hidup dan kembali ke dunia nyata. Untuk menemui dia sekali lagi.
Asuna mengukir harapan ini di hatinya dan terus melangkah maju.
0 komentar:
Posting Komentar