Sword Art Online Jilid 3 Bab II (Bagian II)



Akhirnya, sihir api yang diluncurkan oleh Salamander mengenai Lyfa dan menghantam punggungnya.

“Whaaaa!!!”

Dia tentu tak bisa merasakan rasa sakit atau kepanasan, namun serangan itu memberi dampak hebat yang membuatnya kehilangan keseimbangan. Beruntungnya, selagi kabur dia tak lupa memasang seperangkat mantra pertahanan «Atribut Angin», sehingga bar HP-nya masih bertahan, namun wilayah Sylph masih sangat jauh.

Pada poin itu, Lyfa menyadari kalau kecepatan terbangnya menurun. Sial, aku mencapai batas penerbanganku! Sayapku akan kehilangan seluruh kekuatannya dalam beberapa detik lagi, dan aku takkan bisa terbang lagi sampai recharge.

“Ugh......”

Menggertakkan giginya, Lyfa melakukan penyelaman tangkas ke dalam hutan untuk kabur. Karena pihak musuh memiliki mage, bahkan bersembunyi dengan memakai sihir akan sangat sulit. Namun dia tak mau menyerah begitu saja dan kalah disini.

Lyfa menyelinap ke celah kanopi dan melewati cabang cabang pohon yang sempit sembari mendekati permukaan tanah. Ini sudah waktunya. Kecepatan terbangnya sudah hampir berhenti, tepat saat dia mencapai tanah. Saat dia bersiap mendarat, dia membalikkan tubuhnya perlahan, dan setelah membiarkan kakinya menyentuh tanah, dia melompat ke lubang sebuah pohon raksasa. Kemudian, sambil mengulurkan tangannya ke udara, dia bersiap meluncurkan sihir tipe stealth.

Sihir dalam ALO sangat mirip dengan film fantasi, dan bisa dideskripsikan sebagai lafal «Mantra». Agar sistem bisa mengidentifikasi sihir yang akan dipakai, lafal mantra harus mengikuti ritme dan pelafalan yang tepat. Kalau lafal mantra terganggu di tengah jalan, maka sihir akan gagal dan pemain harus mengulangi lagi dari awal.

Lyfa dengan cepat menyelesaikan lafal mantranya. Ia telah meluangkan banyak waktu untuk menghafal dan melatihnya, sehingga mengurangi waktu yang diperlukan untuk memakainya. Tak lama setelah mantra selesai, atmosfir hijau muda memancar dari kakinya dan perlahan mulai menutupi seluruh tempat persembunyiannya sampai menyelimuti seluruh tubuhnya. Ini adalah mantra pertahanan yang mencegah musuh mendeteksi keberadaanmu. Namun, itu bisa dipatahkan oleh pemain yang memiliki kemampuan «Scan» level tinggi atau mantra penetrasi. Lyfa menahan nafasnya untuk membuat dirinya sekecil mungkin.

Tak lama kemudian, Lyfa mendengar suara yang unik bagi Salamander yang terbang. Mendarat di ruang terbuka di balik pohon, suara berdentum armor logam berbunyi sepanjang area diikuti oleh teriakan.

“Sylph itu pasti ada disekitar sini, ayo cari!”

“Tidak, Sylph terspesialisasi dalam Stealth. Mari gunakan sihir.”

Setelah mengatakan itu, orang itu mulai melafalkan mantra. Lyfa hampir menyumpah nyumpah namun secara insting menutup mulutnya. Setelah beberapa detik, sesuatu muncul dengan berisik dari belakang.

Beberapa kadal merah kecil dengan mata merah memanjat sepanjang akar pohon raksasa. Ini adalah sihir penetrasi «Atribut Api»; belasan kadal muncul dari si pelafal mantra dan mencari dalam lingkaran yang menyebar dan memancarkan api saat mereka menemukan sesuatu, segera menunjukkan lokasi dari monster atau pemain lain.

Pergi sana, jangan datang kemari!

Tentu saja, kadal kadal itu tak punya pola gerakan khusus, mereka bergerak secara acak setelah dipanggil. Lyfa mati matian berharap supaya kadal itu pergi ke tempat lain, namun sia sia saja. Salah satu kadal menyentuh membran yang mengelilingi Lyfa, kemudian ia mengeluarkan decitan bernada tinggi dan membara dalam api.

“Kita dapatkan dia, ada disana!”

Mendengar suara armor logam perlahan mendekatinya, Lyfa melompat dari bayangan dan berbalik untuk mendarat di kakinya. Dia mencabut pedangnya dan dengan anggun memasang posisi bertarung, tiga salamander sudah mengarahkan tombak mereka padanya.

“Mari jangan main main lagi sekarang.”

Orang di sebelah kanan melepas visor di helmnya. Dimana kegirangannya tertutup oleh helm, namun itu tak bisa menutup suara kerasnya.

Orang di tengah, si pemimpin, melanjutkan dengan suara tenang;

“Maaf, tapi ini adalah misi kami. Kalau kau serahkan uang dan itemmu, maka kami akan membiarkanmu pergi.”

“Ah, bunuh saja dia! Musuhnya perempuan jadi aku jadi makin semangat ah!”

Si pembicara adalah orang di sebelah kiri, yang juga mengangkat visornya sembari mengatakan itu. dia terlihat seolah teracuni dengan kekerasan, dengan tatapan mata terpaku pada Lyfa.

Berbicara dari bertahun tahun pengalaman bermain Game, «Pemain Pemburu Wanita» ini adalah cecunguk yang paling buruk. Sialnya, orang orang seperti mereka ada banyak. Rasa takut membuat punggung Lyfa bergidik. Kalau pemain tipe ini menyentuh tubuh pemain lain kecuali dalam pertarungan, sistem akan segera menyampaikan laporan pelecehan seksual. Ini bisa diterima karena korban jiwa adalah, di satu sisi, salah satu tujuan Game ini. Kalau dilihat dengan cara lain, pertumpahan darah adalah kebebasan para pemain. Beberapa pemain justru melakukannya secara ekstrim dan merasa sangat senang dengan «memburu» pemain pemain wanita dalam ALO.

Dalam operasi ALO normal hal semacam itu bisa benar benar terjadi. Rumor itu ternyata benar, dan saat ini terjadi dalam Game, dan Lyfa merinding oleh pikiran semacam itu.

Lyfa dengan tegap memposisikan kakinya, memakai kuda kuda dua pedang favoritnya. Memfokuskan kekuatan pada tatapan matanya, ia menatap ketiga Salamander.

“Aku setidaknya akan bawa salah satu dari kalian ke liang kubur. Kalau kalian tak takut pada «Death Penalty», datanglah padaku.”

Lyfa mengatakan itu dengan suara rendah. Salamander di kedua sisi nampak marah oleh pernyataannya dan mengangkat tombak mereka. Si pemimpin menenangkan mereka dengan mengangkat kedua tangannya dan berkata;

“Menyerahlah. Sayapmu sudah mencapai batas, kami masih bisa terbang saat ini.”

Memang, sesuai kata katanya. Dalam ALO, kalau pemain di tanah diserang oleh musuh di udara, kondisi mereka sangat tidak diuntungkan. Lebih jauh lagi, ini bukan hanya satu lawan yang bisa terbang, namun tiga. Namun Lyfa tak akan menyerah. Dia tak akan menyerahkan uang dan itemnya untuk ampunan.

“Dasar cewek keras kepala. Apa boleh buat, kau yang memintanya sendiri.”

Bahkan si pemimpin mengangkat bahunya, memposisikan tombaknya, dan terbang ke udara. Kedua Salamander lain mengambil controller mereka dan mengikuti.

Bahkan menghadapi tiga tombak di saat yang sama, Lyfa bersiap siap menyerang musuh terdekat. Dia memfokuskan kekuatannya pada pedangnya. Ketiga Salamander mengelilingi Lyfa dan dia bersiap siap menyerbu musuh, saat hal tak terduga terjadi.

Semak semak di belakang mereka tiba tiba mulai berguncang, dan sebuah bayangan melompat dan meluncur melewati sisi para Salamander, berputar di udara, dan setelah beberapa putaran kemudian terjatuh ke tanah dengan suara keras.

Oleh kejadian tak terduga ini, ketiga Salamander dan Lyfa membeku untuk sesaat kemudian menatap si bayangan itu.

“Arg, Ouch. Mungkin ini yang mereka sebut dengan ‘pendaratan darurat’.”

Suara tanpa ketegangan ini datang dari pemain laki laki berkulit agak hitam yang tengah berdiri. Rambut hitamnya berdiri seperti landak, dan mata lebarnya memberi kesan berandalan. Di punggungnya membentang sayap biru keabu abuan yang menandai dia sebagai anggota ras Spriggan.

Apa yang seorang Spriggan dengan wilayah jauh di sebelah timur lakukan disini? Selagi memikirkan itu, Lyfa mulai mengecek perlengkapannya. Jaket dan celana panjang hitam sederhana tanpa armor, dan pedang lecek – dilihat dari manapun, dia hanya memakai peralatan dasar. Seorang pemula datang jauh jauh ke dalam zona netral ini, apa yang dia pikirkan?

Dilihat dari manapun juga, dia hanya pemain pemula. Lyfa tak ingin dia melihat adegan pertarungan kejam ini, tanpa berpikir dia memanggilnya.

“Apa yang kamu lakukan? Lekas kabur sana!”

Namun si pria hitam itu tak bergerak. Apa dia tak tahu kalau pemain dari ras berbeda itu diperbolehkan, dan bahkan dianjurkan, untuk saling membunuh? Setelah meletakkan sesuatu di saku dadanya dengan tangan kanannya, dia melihat Lyfa dan kemudian pada para Salamander yang melayang layang lalu berkata.

“Tiga tentara mengeroyok seorang gadis, bukankah itu sudah kelewatan?”

“Bicara apa kau?”

Pidatonya membuat marah dua Salamander di belakangnya. Mereka bergerak untuk mengepung si pria ini dari depan dan belakang, mengelilinginya selagi masih di udara. Mereka menurunkan tombak mereka dan bersiap siap menyerbu.

“Sial.”

Lyfa ingin maju dan menolongnya, namun dia tak bisa bergerak sembarangan karena pemimpin mereka masih berada di langit di depannya.

“Idiot, berani betul kau datang kemari sesantai itu!? Oke, sesuai kemauanmu, kami akan bersenang senang menghabisimu!”

Pria itu berdiri di depan para Salamander yang armornya sudah agak rusak sambil menurunkan visor mereka. Seiring kedua Salamander itu menurunkan tombak mereka untuk menyerbu, sayap mereka menciptakan cahaya ruby brilian. Salamander di depan memulai serangannya dimana yang lain tengah menunggu beberapa detik lebih lama, berniat mengambil kesempatan dari perbedaan waktu untuk membunuh pria itu saat dia mengelak dari serangan pertama.

Itu bukan sesuatu yang bisa diladeni seorang pemula. Aku tak ingin melihat momen saat tubuhnya ditembus tombak, pikir Lyfa. Dia menggigit bibirnya dan hendak membuang wajahnya, namun sebelum itu.

Aku masih tak bisa percaya apa yang terjadi.

Dengan tangan kanannya masih menutupi saku, dia dengan santai mengeluarkan tangan kirinya dan menangkap pucuk tombak yang mengincar nyawanya. Cahaya dan suara berdentum sepanjang udara yang menandai aktivasi skill: «Guard». Lyfa tak bisa mempercayai penglihatannya, rasa kaget memaksa matanya terbuka lebar dan rahangnya jatuh. Pria itu menggunakan momentum Salamander untuk melemparnya ke arah rekannya yang mendekat dari belakang.

“Woo ah ah ah ah ah ah ah.”

Teriakan lepas dari kedua Salamander saat kedua bertubrukan dan jatuh ke tanah dalam suara gemerincing logam.

Pria itu berputar sedikit, dan sambil memegang gagang pedangnya melempar tatapan bingung pada Lyfa.

“Orang orang ini, apa tak masalah kalau aku mencincang mereka?”

“Tentu saja tidak, itulah yang hendak mereka rencanakan padamu beberapa saat yang lalu.”

Lyfa menjawab dengan nada kekaguman.

“Begitu, oke, aku permisi sejenak.”

Pria itu mencabut pedang leceknya dengan tangan kanannya, dan membiarkannya menggantung sangat dekat ke tanah. Setelah mengatakan hal yang cukup nekat, Lyfa menduga dia akan segera menyerang, namun dia tak bergerak. Kemudian, dia memajukan kaki kirinya ke depan, membenahi pusat gravitasinya, dan mendadak......

Boom! Pria itu lenyap di saat yang sama dengan dentuman suara keras. Sonic boom!? Lyfa sudah bertarung dengan banyak musuh, namun dia belum pernah melihat serangan semacam itu. Matanya bahkan tak bisa mengikuti pergerakan si pria. Saat ia buru buru menolehkan kepalanya ke kanan, pria itu berhenti bergerak dengan tubuh mendekati tanah di tempat yang jauh dari dia mulai menyerang. Ia menyelesaikan tekniknya dengan mengayunkan pedangnya ke arah sarung pedangnya.

Diantara kedua Salamander, salah satu dari mereka terselimuti oleh End Frame saat dia mencoba berdiri. Tubuhnya dengan cepat berubah menjadi abu dan lenyap ke arah empat mata angin, hanya menyisakan Remain Light.

Terlalu cepat!

Lyfa merinding. Tindakan dan serangan itu jauh melebihi apapun yang dia pernah lihat, pada dimensi yang sama sekali berbeda. Tubuhnya bergetar oleh ketakutan oleh apa yang baru saja terjadi.

Di dunia ini, hanya satu hal yang mengendalikan seberapa cepat kau bergerak: kecepatan yang sinyal otakmu terima dari sistem «Full Dive» dan bereaksi pada mereka. Amushpere mengirim sinyal ke pusat gerakan di otak, kemudian otak memproses sinyal sinyal ini dan menghasilkan sinyal yang mengendalikan fungsi motorik tubuh. Sinyal sinyal ini kemudian ditangkap oleh sistem Amusphere. Semakin cepat si otak pemain dalam melakukan itu, makin cepatlah pemain itu dapat bergerak dalam Game. Refleks bawaan adalah salah satu hal yang menentukan seberapa cepat itu bisa terjadi namun kecepatan juga meningkat dengan pengalaman, jadi semakin lama pemain itu bermain maka semakin cepatlah dia bisa bergerak.

Ini bukan menyombong, namun kecepatan Lyfa adalah peringkat lima besar dari semua Sylph. Kecepatannya telah ditempa dengan melatih refleksnya selama bertahun tahun dan terasah dengan setahun bermain ALO. Dia sangat percaya diri kalau siapapun yang jadi lawannya, dari segi kecepatan dia takkan kalah oleh siapapun juga.

Lyfa dan si pemimpin Salamander hanya bisa terbengong bengong saat pria itu berdiri dan menoleh pada mereka, sekali lagi dengan anggun menyarungkan pedangnya ke posisi semula.

Salamander lain, yang serangannya dielakkan, nampaknya masih tak paham apa yang baru terjadi. Dia masih bergerak ke arah berlawanan sambil mencoba mencari pria itu yang telah lenyap di hadapannya.

Pria itu sekali lagi menyerang tanpa ampun, menyerbu ke arah Salamander yang masih kebingungan. Aku pasti takkan melewatkannya lagi kali ini, pikir Lyfa sambil berkonsentrasi pada pergerakan pria itu dengan mata terbuka lebar lebar.

Gerakan dasarnya tidak terlalu cepat, namun ia seperti melenggok. Namun, itu hanya sampai saat dia mengambil langkah pertama serangannya dan........

Atmosfir menjadi berkabut dan nampaknya bergoncang dengan bising. Aku sepertinya bisa melihatnya kali ini. Seperti menonton film yang dipercepat, mata Lyfa berhasil menangkap sebagian besar namun tidak semua gerakannya. Pedang pria itu melompat dari posisinya yang lebih rendah dan memotong si Salamander menjadi dua. Bahkan kilatan yang tercipta oleh gerakannya sama sekali tak bisa menyusulnya. Pria itu bergerak beberapa meter kedepan, dan berhenti dengan pedang diangkat tinggi tinggi. Sekali lagi percikan api berkobar, menandakan kematian Salamander kedua.



Lyfa begitu terpukau oleh kecepatan itu sampai dia menyadari betapa besar daya rusak yang ditimbulkan oleh serangan pria itu. Bar HP kedua Salamander, yang sebelumnya hampir penuh, saat ini lenyap sama sekali. Singkatnya, serangan pria itu sama mengerikan dengan kecepatannya.

Rumus serangan ALO tidaklah rumit. Hal itu bergantung pada empat hal: kekuatan senjata itu sendiri, dimana bagian tubuh lawan yang terkena, kecepatan serangan, dan armor yang dikenakan oleh lawan. Pada kondisi ini, kekuatan senjata pria itu rendah, dimana armor yang dikenakan oleh Salamander memiliki level cukup tinggi. Kekuatan serangannya datang dari akurasi dan kecepatan menakjubkan dari pria itu.

Pria itu kembali ke posisi santainya semula dan menengadah ke arah pemimpin Salamander yang masih melayang di udara. Dengan pedang bersandar di bahunya, pria itu membuka mulutnya dan berujar:

“Jadi, apa kamu mau bertarung juga?”

Kata kata pria itu sama sekali tak berisi ketegangan. Bahkan si Salamander harus tersenyum.

“Tidak, aku tak punya kesempatan menang, lupakan saja. Akan kuberikan itemku padamu kalau kau memintanya. Skill sihirku mendekati 900, dan «Death Penalty» akan membuat semua usaha kerasku terbuang sia sia.”

“Kau sungguh orang jujur.”

Pria itu tertawa dengan santai, dan mengalihkan tatapannya pada Lyfa.

“Kamu disana, nona muda, kamu mau apa? Kalau kamu mau melawannya, aku takkan mengganggumu.”

Seenaknya datang membuat kekacauan dan membuat begitu banyak kekisruhan, kemudian seenaknya mengatakan hal semacam itu, Lyfa sampai ingin tertawa. Dia adalah tipe yang bisa datang ke medan tempur dan mementahkan semangat bertarung semua orang.

“Aku ini hebat. Lain kali aku akan menang, Tuan Salamander.”

“Jujur saja, melawanmu satu lawan satu, kupikir aku takkan bisa menang.”

Setelah itu, si Salamander membentangkan sayapnya dan terbang pergi, menyisakan jejak cahaya merah. Kemudian, meninggalkan pepohonan yang berguncang sebagai jalurnya, ia lenyap sangat jauh ke langit gelap. Yang tersisa hanya Lyfa dan pria berpakaian hitam di tengah hutan dengan dua Remain Light. Tak lama kemudian, dua Remain Light itu juga lenyap.

Saat dia melihat si pria, Lyfa kembali tegang.

“Jadi, aku harus apa? Haruskah aku berterima kasih? Haruskah aku kabur? Atau haruskah kita bertarung?”

Dia mengayunkan pedangnya sekali dari kanan ke kiri dan meletakkannya kembali dengan suara pedang yang disarungkan.

“Ah, bagiku ini seperti Ksatria Keadilan yang menyelamatkan Sang Tuan Putri dari penjahat.”

Pria itu tertawa dengan seringai.

“Kemudian karena tersentuh, sang Tuan Putri yang menangis memberinya pelukan.”

“Apa kamu idiot?”

Lyfa tanpa sadar meneriakinya, dengan wajah tersipu.

“Aku lebih baik bertarung melawanmu.”

“Ha ha, bercanda bercanda.”

Sambil melihat si pria yang tertawa riang, Lyfa menggertakkan giginya dalam amarah. Dia tengah berpikir cara untuk membalasnya, saat tiba tiba sebuah suara datang entah dari mana.

“Itu benar, aku nggak bisa membiarkan itu.”

Itu adalah suara gadis muda. Melihat ke sekeliling dengan siaga, Lyfa tak melihat apa apa yang bergerak dalam bayangan. Pada poin ini, pria itu kelihatan gugup dan berkata:

“Ah, hei, aku sudah menyuruhmu supaya jangan keluar.”

Lyfa menoleh untuk melihat saku dada si pria karena sesuatu yang bersinar nampak melompat dari dalamnya. Itu adalah makhluk kecil, yang kemudian melayang di sekitar wajah si pria dan membuat suara berdengung kecil.

“Hanya mama dan aku yang boleh mendekati papa.”

“Pa, papa?”

Lyfa mendekat beberapa langkah, dan mendapati sebuah makhluk seukuran telapak tangan. Itu adalah pixie navigasi yang bisa dipanggil dari jendela bantuan. Namun, kalau memang begitu, pixie seharusnya hanya bisa menjawab pertanyaan dasar tentang Game.

Lyfa lupa untuk waspada pada pria itu, dan tatapannya terpaku pada si pixie mungil.....

“Oh, jangan jangan ini........”

Si pria dengan gugup melingkarkan tangannya di sekitar pixie dan merangkulnya erat erat, dengan senyum terpaksa muncul di wajahnya. Lyfa melihat pixie di tangan pria itu dan bertanya:

“Hei, bukankah itu «Private Pixie»?”

“Eh?”

“Itu adalah promosi spesial saat Game ini pertama diluncurkan, ada semacam lotere dan pemenangnya akan menerima Private Pixie. Ini pertamakali aku melihatnya.”

“Ah, aku woo goo!”

Pixie itu mulai mengatakan sesuatu, namun terinterupsi ketika si pria menempatkan jari di mulutnya.

“Ya, ya, kira kira begitu. Aku cukup beruntung dengan lotere.”

“Begitu, fuu......”

Lyfa menatap si pria Spriggan itu sekali lagi, dan menelitinya dari atas sampai bawah.

“A.....ada apa ya?”

“Kamu orang aneh. Kamu jelas jelas memulai Game saat pertamakali diluncurkan, namun kamu masih memakai perlengkapan dasar, tapi anehnya kamu sangat kuat.”

“Ah ini, sebenarnya, akun ini kubuat sejak dulu sekali, namun baru kumainkan akhir akhir ini. Selama itu aku memainkan VRMMO lain untuk waktu yang panjang.”

“Sungguh?”

Lyfa berpikir kalau itu sangat masuk akal. Kalau dia familiar dengan Amusphere karena dia telah memainkan Game lain, maka sangat masuk akal untuk bisa mencapai kecepatan segila itu.

“Selain itu, kamu jelas jelas adalah ras Spriggan, tapi kenapa kamu ada disini? Wilayah rasmu ada jauh di timur kan?”

“Aku......aku kesasar.”

“Kesasar?”

Oleh jawaban payahnya, Lyfa berteriak tanpa sadar.

“Bahkan orang yang tak punya indera jarak itu ada batasnya.......kamu terlalu aneh!”

Tawa meledak dari bagian bawah dadanya saat dia melihat ekspresi aneh pria itu. Setelah beberapa saat, Lyfa meletakkan pedang yang masih di tangannya kembali ke sarungnya dan berkata.

“Oke, yang jelas, aku harus berterima kasih padamu. Terima kasih sudah menolongku, aku Lyfa.”

“Aku Kirito. Dan anak ini adalah Yui.”

Saat pria itu membuka tangannya, pixie terbang keluar dengan pipi membulat dalam ekspresi cemberut. Dia membungkuk pada Lyfa kemudian terbang ke bahu Kirito dan duduk.

Lyfa sedikit kaget saat menyadari kalau dia ingin berbicara pada pria bernama Kirito ini. Tidak aneh baginya untuk mencari teman di dunia ini, karena dia tak pernah dengan sengaja menghindari para pemain lain. Ia tak kelihatan seperti orang jahat, pikir Lyfa, seraya berkata:

“Jadi, apa yang akan kamu lakukan setelah ini?”

“Itu, aku nggak ada rencana apa apa.”

“Ini.....ah. Baiklah, aku akan mentraktirmu minum buat ucapan terima kasih, mau?”

Setelah mendengar ini, pria muda bernama Kirito tertawa dengan senyum di wajahnya. Lyfa menatap senyumnya dan menyadari kalau itu adalah senyuman tulus. Orang orang yang bisa tertawa dengan begitu terbuka dan menampakkan emosi semacam itu dalam dunia VR sangatlah jarang.

“Itu membuatku senang, aku sebenarnya sedang mencari seseorang yang bisa memberitahuku banyak hal.”

“Banyak hal?”

“Hal hal tentang dunia ini.......khususnya.....”

Dia menghentikan senyumnya dan tatapan matanya berpindah ke arah timur laut.

“Pohon yang disana.”

“World Tree? Tentu, biarpun aku kelihatan begini, aku sebenarnya pemain veteran. Begini, biarpun tempatnya agak jauh, ada desa netral di sebelah utara, mari terbang kesana.”

“Bukankah kota Sylvain itu lebih dekat?”

Lyfa sedikit kaget dan menatap wajah Kirito sebelum menjawab......

“Meskipun itu benar........apa kamu memang nggak tahu apa apa? Kota itu adalah wilayah Sylph.”

“Memangnya apa masalahnya?”

Mendengar Kirito mengatakan itu, Lyfa hampir kehabisan kata kata.

“.....Masalahnya.....dengarkan baik baik. Karena itu adalah wilayah Sylph, kamu takkan bisa menyerang di dalam kota, namun Sylph manapun akan bisa menyerangmu.”

“Ah, begitu. Namun orang orang takkan menyerangku kalau aku bersama Lyfa-san, kan? Aku benar benar ingin melihat negara para Sylph, kudengar tempat itu sangat indah.”

“Panggil saja aku Lyfa. Kamu memang orang aneh. Oke......aku nggak keberatan mencoba, tapi aku nggak bisa menjamin keselamatanmu.”

Lyfa mengguncang bahunya dan membalas. Tapi, mengunjungi ibukota Sylph tercintanya bukanlah hal buruk. Karena para Spriggan jarang terlihat disekitar sini, membawanya denganku mungkin akan memicu sedikit kisruh, pikir Lyfa dengan pikiran penuh ketidaknyamanan.

“Baiklah, kita akan terbang ke Sylvain. Soalnya kita tak punya banyak waktu.”

Ujar Lyfa sambil mengecek jendela untuk melihat waktu di dunia nyata. Saat ini jam empat sore. Dia tak bisa berada dalam “dunia” ini lebih lama lagi.

Lyfa, yang kemampuan terbangnya sudah selesai di-recharge, membentangkan sayapnya yang mulai bersinar dan bergetar dengan lembut. Kirito memiringkan kepalanya ke sisi, terlihat bingung, dan bertanya:

“Lyfa, mungkinkah kamu bisa terbang tanpa controller bantuan?”

“Ah, iya. Kamu?”

“Aku baru berlatih cara memakainya belum lama ini.”

Kirito, menggerakkan tangan kirinya untuk membuat posisi memegang sesuatu.

“Begitu, ada trik untuk «Voluntary Flight». Orang orang yang bisa melakukannya pasti akan segera mampu, mari kita coba. Jangan keluarkan controller kemudian kemudia berbaliklah, jadi punggungmu menghadap ke arahku.”

“Seperti ini?”

Kirito membalik tubuhnya dalam setengah lingkaran, punggungnya tak terlalu lebar, Lyfa mengulurkan jari telunjuknya untuk menyentuh sedikit bagian di atas bilah bahunya. Pixie di bahunya melihat dengan tertarik.

“Tempat yang kusentuh, ingatlah baik baik.”

“Oke.”

“Ini mungkin disebut Voluntary Flight, tapi itu bukan hanya terbang dengan imajinasi. Yang kamu harus lakukan adalah belajar menumbuhkan tulang dan otot virtual yang menjadi sayapmu, kemudian latihlah cara menggerakkannya.”

“Tulang......dan otot virtual.....”

Kirito mengulangi itu dalam suara ambigu. Sambil mengatakan itu, bilah bahunya mulai berkedut. Dari tempat yang Lyfa sentuh, sayap abu abu bergerak melalui bajunya. Awalnya mereka bergerak dengan kaku, namun kemudian menjadi lebih tersinkronisasi dan semua sayapnya mulai bergerak seirama.

“Oh, iya, seperti itu. Pertama gerakkan bahumu dan ototmu untuk memahami perasaan gerakan sayap.”

Usai Lyfa mengatakan itu, otot di punggung Kirito mulai berkontraksi dengan cepat. Dengan itu, sayapnya mulai bergetar dan Lyfa bisa mendengar suara dengungnya.

“Itu dia! Sekarang, lebih kuat lagi!”

“Um um um.”

Lyfa, merentangkan tangannya sepanjang mungkin dan meletakkan tangannya di punggung Kirito sampai sayapnya menghasilkan kepakan yang sesuai. Pada saat itu, Lyfa tiba tiba mendorong punggung Kirito sekuat tenaganya.

“Whoa!?”

Saat berada di udara, Spriggan itu meluncur kencang seperti roket.

“Oh.....Oh....Oh.....Wow!”

Tubuh Kirito menjadi makin kecil dan makin kecil, teriakannya dengan cepat menjadi terlalu jauh untuk didengar. Dengan suara gesekan daun daun, ia dengan cepat lenyap dibalik puncak pohon yang jauh.

“.........”

Lyfa bertukar tatap dengan si pixie yang telah jatuh dari bahu Kirito.

“Oh tidak.”

“Papa.....”

Mereka lepas landas di saat yang sama, dan buru buru mengejar Kirito. Setelah mereka meninggalkan lautan pepohonan, mereka dengan teliti mencarinya di langit malam, dan akhirnya menemukan ia tengah meluncur ke kanan dengan tak stabil sambil menciptakan bayangan di bulan emas.

“Ohohohohohoh.......wawawawawa.........siapa saja hentikan akuuuuuuu!”

Teriakan menyedihkan mematahkan kesunyian malam dan menggema sepanjang langit tanpa batas.

“.....Puu...”

Lyfa dan Yui saling menatap, dan mereka tak kuasa menahan tawa.

“Pfft....huh......hahahah...!”

“Maaf Papa, kamu lucu sekali~~~”

Sambil melayang berdampingan di udara, mereka tertawa sambil memegangi perut. Saat mereka hampir berhenti, mereka mendengar teriakan Kirito, dan tertawa semakin keras.

Lyfa tak bisa mengingat terakhir kali dia bisa tertawa sekeras itu. Ini pasti yang pertama kalinya sejak dia datang ke dunia ini.

Setelah tertawa cukup lama, Lyfa melesat dan menggenggam kerah baju Kirito supaya dia berhenti terbang dan selesai mengajarinya trik melakukan Voluntary Flight. Bagi pemula, Kirito adalah pembelajar yang cepat. Setelah pelajaran selama 10 menit atau entah berapa lama, Kirito akhirnya bisa terbang dengan bebas.

“Oh.......ini........hebat!”

Kirito berteriak selagi terbang berputar dan meluncur.

“Ya, itu benar!”

Lyfa menjawab dengan tersenyum.

“Bagaimana bilangnya ya, ini menyenangkan! Aku ingin terbang selamanya......”

“Itu benar!”

Lyfa juga senang, dia terbang dengan sayap bergetar di orbit yang sama dengan Kirito, dan terbang berdampingan.

“Nggak adil......aku juga!”

Yui mengejar dan mengambil posisi terbang diantara keduanya.

“Kamu harus berlatih meminimalkan pergerakan punggung bawah dan tulang belikatmu sebisa mungkin. Kamu takkan bisa mengayunkan pedangmu dengan baik dalam pertempuran udara kalau kamu membuat terlalu banyak gerakan tidak perlu. Baiklah, mari terbang ke Sylvain seperti ini. Ikut denganku.”

Lyfa melakukan belokan tajam untuk mencari arah penerbangan mereka yang benar, kemudia mulai melesat sepanjang hutan. Dia mulai merasa cemas kalau dia terlalu cepat bagi penerbang pemula Kirito, sehingga dia menurunkan kecepatannya hanya untuk mendapati kalau Kirito sudah menyusulnya. Ia menatap Kirito dan mendengarnya berkata:

“Kita bisa melaju lebih cepat kalau kamu mau.”

“Ho ho.”

Senyum Lyfa menjadi seperti predator saat dia melipat sayapnya dengan sudut tajam dan mulai mempercepat lajunya. Kirito mendengar suara yang dihasilkan oleh kekuatan sayapnya dan berakselerasi untuk bisa mengejarnya. Tekanan angin yang menghajar tubuhnya meningkat, dan kecepatan dari angin membuat pendengarannya agak kabur.

Yang mengejutkan, Lyfa sudah mencapai 70% kecepatan maksimumnya dan Kirito masih bisa menyusul di sisinya. Kebanyakan orang, saat mereka mencoba mencapai kecepatan top yang dipasang oleh sistem mendapati kecepatan mereka semakin menurun, mungkin karena semacam tekanan psikologikal. Kalau Kirito mampu melawan tekanan semacam ini pada penerbangan pertamanya......dia pasti memiliki kekuatan mental diluar kewajaran.

Lyfa menutup mulutnya, dan mulai berakselerasi pada kecepatan maksimum. Dia belum pernah terbang pada kecepatan seperti ini sebelumnya, lantaran semua rekan rekan timnya tak ada yang bisa menyaingi kecepatannya.

Saat ini pepohonan di bawahnya nampak bagai aliran arus deras dan dengan cepat lenyap dibelakang mereka. Getaran dari sayap Sylphnya, membuat suara yang mirip dengan suara bernada tinggi dari instrumen bersenar, bercampur dengan sayap Spriggan Kirito, yang terdengar seperti instrumen tiup, keduanya membentuk duet yang indah.

“Ah....terlalu.....cepat! Nggak bisa mengejar!”

Yui berteriak, kemudian menyerbu ke dalam saku baju Kirito. Kirito dan Lyfa saling bertukar tatap dan tertawa.

Saat ia menyadari, hutan telah berakhir di belakangnya, dan titik titik cahaya bermunculan. Cahaya tercerah datang dari menara pusat. Itu adalah simbol ibukota Sylph Sylvian, yakni “Tower of The Wind”. Kota semakin dekat, dan di jalanan utama, ada sejumlah besar pemain yang datang dan pergi.

“Oh, aku melihatnya!”

Kirito berbicara sambil melawan arus angin.

“Kita mendarat di basis menara di tengah, oh!”

Lyfa tiba tiba menyadari sesuatu dan senyum di wajahnya menjadi kecut.

“Kirito-kun, apa kamu tahu cara mendarat?”

“.........”

Kirito berkata dengan wajah meringis.

“Entahlah.”

“Aduh........”

Pada saat ini, separuh bidang pandang Lyfa sudah dikuasai oleh menara raksasa.

“Maaf, sudah terlambat, semoga berhasil!”

Dengan senyum meminta maaf, dia mulai memperlambat kecepatannya untuk mendarat. Lyfa membentangkan sayapnya untuk mengerem maksimal dan meletakkan kakinya di depannya dan memulai proses pendaratan.

Penulis : Rulli Rhamananda ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sword Art Online Jilid 3 Bab II (Bagian II) ini dipublish oleh Rulli Rhamananda pada hari Senin, 19 November 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sword Art Online Jilid 3 Bab II (Bagian II)
 

0 komentar:

Posting Komentar