Sword Art Online Jilid IV BAB VII (Bagian I)



Di halaman, terdapat lapisan salju tipis menyelimuti tanah, dan hembusan udara dingin yang menyelimuti tubuhku. Meskipun begitu, sisa-sisa rasa kantuk tidak meninggalkan pikiranku.

Aku menggelengkan kepalaku beberapa kali dan kemudian berjalan menuju wastafel yang berada di pojok halaman. Aku memutar keran air antik yang berwarna perak dan meletakkan tanganku diantara air yang mengalir.

Aku mencipratkan sedikit air dingin ke arah wajahku, dan wajahku langsung meringis  karena perasaan mati rasa yang kurasakan, Aku kagum karena airnya tidak membeku. Mengabaikan perasaan mati rasa itu, aku mencipratkan air ke wajahku sebanyak dua-tiga kali, kemudian meneguk air yang keluar dari keran.

Ketika Aku menyeka mukaku dengan handuk yang bergantungan di leherku, pintu sorong yang terhubung dengan serambi pun terbuka dan Suguha menuruni tangga dengan menggunakan jerseynya. Biasanya, dia sangat aktif di pagi hari, tapi hari ini tidak, dia hanya setengah terbangun dengan kepalanya yang bergoyang-goyang.

"Selamat pagi, Sugu."

Mendengar suaraku , Suguha dengan sempoyongan berjalan didepanku, berkedip, dan berkata :

"Selamat pagi, Onii-chan."

"Kamu kelihatan sangat mengantuk. Kapan kamu tidur kemarin?"

"Sekitar jam empat."

Lebih dari sedikit terkejut, aku menggelengkan kepalaku.

“Ini sama sekali tidak baik, anak kecil tidak boleh tetap bangun hingga larut malam. Apa yang Kamu lakukan tadi malam?”

“Mmm... Aku bermain internet...”

Jawabannya sedikit mengejutkanku. Jika itu adalah Suguha yang dulu, aku tidak bisa membayangkan dia begadang karena internet hingga larut malam. Dia... telah tumbuh cukup baik dalam dua tahun terakhir selama aku tidak ada disini, pikirku sejenak.

"Selama itu tidak berlebihan - tapi aku juga bukan seseorang yang punya hak untuk mengatakan itu..."

Suaraku terdengar samar-samar saat mengatakannya di bagian terakhir , dan tiba-tiba aku teringat sesuatu yang terjadi semalam , lalu aku berkata :

"Hei Suguha, berbaliklah"

"....?"

Masih hanya setengah sadar dan memiringkan kepalanya sesuai permintaan ku, Suguha berbalik. Aku meletakan tangan kananku dibawah keran dan membasahi tanganku, kemudian aku menarik ujung atas jerseynya dan meneteskan setengah lusin air yang bersuhu rendah hingga menetes ke punggungnya.

"Piaaaaaa ----!!"

Suguha melompat dan mengeluarkan teriakan yang bergema dengan hebat.

Suguha terus menerus cemberut selama pemanasan dan berolahraga, tapi aku berjanji akan mengajaknya ke sebuah restoran keluarga terdekat untuk makan sebuah parfait krim raspberry yang mahal, dan dia dengan mudah mengembalikan moodnya.

Hari ini, karena kami berdua ketiduran, pada saat kami selesai latihan dan bergantian mandi, waktu sudah menunjukan jam 9. Ibu kami, seperti biasa, masih tidur nyenyak di kamarnya, sehingga Suguha dan aku membuat sarapan bersama-sama.

Aku mencuci beberapa tomat dan memotongnya menjadi 6 bagian sama rata, sementara Suguha memotong selada, kemudian Suguha melihat ke arahku dan bertanya:

“Onii-chan, apakah ada yang ingin Kamu lakukan hari ini?”

“Begini, aku mempunyai sebuah janji yang harus aku tepati siang nanti, tapi aku berencana untuk pergi ke rumah sakit pagi ini.”

“Ohh, aku mengerti.”

Setelah aku menyadari situasi Asuna, mengunjungi rumah sakit setiap hari sudah menjadi kebiasaanku yang paling penting.

Di dunia nyata, aku hanya berumur 16 tahun, dan hanya sedikit yang bisa kulakukan untuk Asuna. Tidak, orang bisa berkata bahwa aku tidak dapat berbuat apa-apa sama sekali. Yang bisa kulakukan hanyalah memegang tangannya dan terus berdoa.

Foto-foto yang kuterima dari Agil muncul di pikiranku. Setelah menemukan petunjuk, aku melangkah menuju dunia imajiner Alfheim, dan setelah 2 hari, akhirnya aku tiba di dekat lokasi yang berada didalam foto, meskipun tidak ada bukti bahwa orang yang berada didalam foto adalah Asuna. Aku mungkin saja, mencari di arah yang salah.

Tetapi di dunia itu aku akan menemukan sesuatu - Aku yakin.

Sugou berharap Asuna akan tidur selamanya, dan ALfheim Online dikelola oleh perusahaan yang berada dibawah kekuasaan orang itu. Data karakter «Kirito» yang berada di dunia itu, dan kehadiran dari SAO mental care AI, «Yui»... Aku masih belum mengerti puzzle apa yang akan tercipta dari bagian-bagian itu.

Aku bertujuan untuk menerobos tantangan akhir dari dunia peri dan memanjat «World Tree» hari ini, sesegera mungkin setelah perbaikan server ALO selesai. Setiap kali aku berpikir tentang hal itu, punggungku selalu merinding. Sepertinya aku tidak bisa menunggu dengan tenang waktu perbaikan dengan hanya duduk diam di ruanganku, bertanya kepada diri sendiri apakah aku mengikuti jalan yang benar atau tidak.

Oleh karena itu, sebelum kembali ke dunia peri aku ingin melihat Asuna yang asli dan merasakan kehangatannya. Sugou mungkin telah memberitahuku untuk tidak kembali menjenguknya, tapi pada dasarnya dia tidak bisa melakukan apa-apa tentang hal ini.

Setelah potongan tomat, selada, dan selada air dicampur didalam mangkuk, aku membumbuhinya dan mengaduknya. Disampingku Suguha yang dari tadi diam mengangkat wajahnya dan membuka mulutnya untuk bertanya:

“Hei, Onii-chan, bolehkah aku pergi bersamamu ke rumah sakit?”

“Oh..?”

Aku sedikit bingung. Sejauh ini Suguha tidak pernah menyinggung hal-hal mengenai SAO. Aku telah memberitahunya mengenai Asuna sebelumnya, selain hal itu aku tidak pernah memberitahukan nama karakterku atau hal lainnya.

Tadi malam, terbanjiri rasa bingung setelah mengetahui pernikahan Asuna dengan Sugou, aku menangis dihadapan Suguha. Meskipun aku masih merasa sedikit canggung, aku mengangguk dengan tenang.

“Oh.. tentu saja. Asuna akan sangat senang.”

Setelah mendengarnya, Suguha tersenyum dan mengangguk. Aku tidak tahu kenapa, tapi sepertinya terlihat kesedihan dalam wajahnya yang tersenyum pada saat aku menatap matanya. Tetapi Suguha berbalik, mengambil mangkuk dan berjalan ke arah meja dapur.

Setelah itu dia tidak menunjukkan keanehan, dan aku pun segera melupakan senyumnya itu.

“Onii-chan, bagaimana mengenai sekolah?”

Suguha bertanya sambil duduk diseberang meja, dengan bersuara mengunyah sayur yang mentah dan renyah.

Itu adalah pertanyaan yang masuk akal. Aku berumur 14 tahun dan saat musim gugur kelas 2 sekolah menengah pertama, aku terperangkap didalam SAO. Setelah berhasil keluar selama dua tahun terjebak, aku sekarang berumur 16 tahun. Harusnya aku naik kelas ke kelas 2 sekolah menengah atas pada April tahun ini, tapi aku tidak mengikuti ujian masuk. Meskipun aku mengikuti ujian sekarang, sebagian besar dari ingatanku dicurahkan untuk mengingat data SAO yang sangat banyak. Untuk melupakan harga suatu barang dan pola serangan dari monster, setelah itu menghafalkan Sejarah dan Bahasa Inggris akan memakan waktu yang lama.

Pada saat itu, seseorang yang memakai jas berdasi serta berkacamata dari Departemen Dalam Negeri dan Komunikasi datang dan berbicara pada ku. Pada saat itu pikiranku dipenuhi dengan hal-hal yang berkaitan dengan Asuna, dan tidak terlalu banyak memperhatikan orang itu, meskipun begitu entah bagaimana aku ingat apa yang dia katakan.

“Sepertinya akan ada... rencana untuk menggunakan gedung sekolah yang ditinggalkan karena penggabungan dan reorganisasi, setelah itu mengubahnya menjadi sekolah sementara, yang berspesialisasi mengajar murid sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas yang kembali dari SAO. Semua murid akan diterima tanpa harus mengikuti ujian masuk dan dapat mengikuti ujian masuk universitas setelah lulus.”

“Oh, aku mengerti. Itu sebuah kabar baik... aku rasa …”

Suguha tersenyum, tapi kemudian dia mengerutkan dahinya, dan berkata dengan suara yang kecil:

“..Rasanya, seperti mendapat dukungan yang terlalu banyak...”

“Oh, Intuisimu bagus.”

Aku tersenyum lebar pada perkataan adik perempuanku.

“Aku pikir tujuan pemerintah hanya itu saja. Bagaimana pun juga kami telah menghabiskan waktu selama dua tahun didalam game kematian yang brutal. Para birokrat khawatir bagaimana kesehatan mental para player telah terpengaruhi. Jadi mereka mengumpulkan para player, dengan begitu mereka dapat mengelolanya di satu tempat, memberikan mereka ketenangan pikiran.”

“Bagaimana bisa...”

Wajah Suguha berubah karena jengkel, sehingga aku cepat-cepat menambahkan:

“Akan tetapi, aku harus berterima kasih kepada mereka untuk hal ini. Bahkan jika aku ingin mengikuti ujian masuk sekolah menengah atas biasa, aku harus menghafal selama setahun. Tentu saja, para player tidak diwajibkan untuk pergi ke sekolah sementara ini, kami dapat memilih belajar sendiri untuk menghadapi ujian jika kami mau.”

“Onii-chan bisa melakukannya, nilai-nilai Onii-chan kan bagus.”

“Itu adalah masa lalu, aku belum belajar selama 2 tahun.”

“Oleh karena itu aku akan mengajarimu!”

“Oh, jadi bisakah aku meminta bantuanmu dalam matematika dan pengolahan informasi?”

“Ugh....”

Sambil tersenyum ke Suguha, yang tampaknya kehilangan kata-kata, aku memasukan sepotong roti beroleskan mentega ke dalam mulutku.

Sebenarnya, aku tidak berada pada keadaan untuk memikirkan tentang sekolah ini. Masih ada situasi Asuna yang perlu dipertimbangkan, pada saat yang sama aku tidak punya perasaan nyata untuk menjadi pelajar.

Dalam dua bulan sejak kembali ke dunia nyata, aku sudah merasa tidak nyaman tanpa adanya dua pedang kesayanganku di punggungku. Aku mengerti bahwa ini adalah dunia nyata, tidak ada monster yang ingin menyerangku dan mengambil nyawaku, tapi aku masih merasa gelisah. Inti dariku, si «Swordsman Kirito», pergi kesekolah dan menghadiri kelas sebagai «Kirigaya Kazuto», masih terasa seperti sebuah ilusi.

Sekarang ini, didalam hatiku, Sword Art Online belum benar-benar berakhir. Sampai Asuna kembali ke dunia ini, aku tidak bisa meletakan pedangku. Setelah aku mengembalikan Asuna ke dunia ini - maka semuanya baru bisa dimulai.




Membayar tiket dengan mengunakan ponselku, Suguha dan aku menaiki bus hari ini. Sebelumnya aku selalu bersepeda ke rumah sakit, tapi aku memutuskan untuk mengambil sedikit istirahat dari latihan stamina hari ini.

Melihat ke rumah sakit, mata Suguha melebar dan dia berkedip karena terkejut.

"Waaah, rumah sakitnya besar."

"Didalamnya juga luar biasa, mirip dengan hotel."

Melambaikan tangan kepada penjaga, Sugaha dan aku masuk melalui pintu gerbang depan. Setelah berjalan beberapa menit di jalan yang mengejutkan karena sangat panjang dengan berjalan kaki, kami berjalan kearah gedung yang besar, dan berwarna cokelat gelap. Karena Suguha memiliki "kesehatan yang baik sebagai anugerah", mengunjungi rumah sakit adalah hal yang sama sekali jarang baginya, sehingga ia melihat-lihat tempat disekitar situ. Aku harus menarik kerahnya untuk sampai ke meja resepsionis sehingga aku bisa meminta kartu ijin. Naik lift ke atas, kami keluar ke koridor dengan yang pengunjungnya sedikit.

"Disini...?"

"Ya."

Aku menganggukkan kepalaku, sambil memasukkan kartu ijin kedalam lubang di pintu. Melihat pelat besi yang terletak disamping pintu, Suguha bergumam:

“Yuuki... Asuna-san... nama karakternya adalah nama aslinya, jarang sekali melihat orang yang seperti itu.”

“Oh, Kamu tahu banyak. Sejauh yang aku tahu, Asuna adalah satu-satunya orang yang menggunakan nama aslinya...”

Selagi kami bicara, aku menggesekan kartu pada tempatnya. Lampu LED yang berwarna orange pun berubah menjadi biru, dan dengan suara unik pintu pun terbuka.

Aroma wangi yang kuat tercium dari bunga-bunga yang ada didalam. Dengan menahan suara nafasku, aku melangkah masuk ke kamar tidur putri yang tenang. Suguha berpegangan padaku saat kami berjalan masuk, aku dapat merasakan ketegangan yang dia rasakan.

Pada saat meraih tirai putih yang bergantungan, seperti biasa, aku mengucapkan doa pendek.

Kemudian menariknya kesamping dengan lembut hingga terbuka.


* * *


Seakan lupa untuk bernapas, Suguha menatap gadis yang tertidur di tempat tidur besar itu. Awalnya, dia berpikir gadis itu bukanlah manusia, melainkan seorang peri - ALF legendaris yang tinggal dipuncak World Tree. Gadis itu memiliki aura yang lain dari biasanya.

Kazuto berdiri diam sejenak, kemudian akhirnya menghela nafasnya dan berkata:

“Aku akan memperkenalkanmu, dia ini Asuna... wakil ketua dari «Knights of Blood», Asuna the «Flash», yang mempunyai kecepatan dan ketepatan melebihi aku...”

Setelah diam sejenak, Kirito menurunkan pandangannya kearah gadis itu dan berkata:

“Asuna, ini adikku, Suguha.”

Suguha melangkah maju, kemudian berbicara dengan gugup:

“...Senang bertemu denganmu, Asuna-san.”

Tentu saja gadis yang tertidur itu tidak menjawab.

Suguha memindahkan pandangannya ke arah penutup kepala berwarna biru yang Asuna pakai. Setelah sering melihat benda itu hampir tiap hari, dia menjadi benci benda yang bernama «Nerve Gear». Hanya 3 lampu hijau yang menunjukkan keberadaan gadis itu, kesadaran Asuna.

Pada saat Onii-chan terperangkap didalam game itu selama dua tahun, dia merasakan rasa sakit yang luar biasa, dan Kazuto pun merasakan hal yang sama. Hati Suguha pun gemetar seperti dedaunan pohon yang berada diatas permukaan air pada saat dia memikirkan hal itu.”

Jiwa gadis yang cantik dan seperti peri ini, terkurung di dunia antah-berantah. Hal ini terlalu kejam. Kami harus mengembalikannya secepat mungkin ke dunia ini, kembali ke sisi Kazuto, dan dia akan mendapatkan kembali senyumnya yang polos itu, pikir Suguha.

Tapi pada saat yang sama, Suguha berdiri disamping Kazuto; wajah Kazuto, dengan diam menatap gadis itu, hal ini adalah hal yang tidak ingin dilihatnya, jadi diam-diam Suguha menundukkan kepalanya. Meskipun hanya sedikit, dia menyesal datang ke tempat ini.

Ketika dia menawarkan diri untuk menemani Kazuto, dia berpikir dirinya dapat memastikan perasaannya pada hari ini.

Sejak ibunya, Midori, mengatakan hal yang sebenarnya, dia ingin meluruskan dua tahun yang berisi penyesalan dan hari-hari yang dipenuhi kerinduan yang dia alami. Apakah perasaan itu hanya kasih sayang terhadap Kazuto sebagai kakak laki-lakinya ataukah perasaan itu adalah perasaan jatuh cinta terhadap Kazuto sebagai seorang sepupu? Dia bertanya kepada dirinya sendiri, apa yang bisa diharapkan dari Kazuto.

Ingin selalu bersama-sama - seperti hubungan yang baik antar saudara kandung. Apakah hanya itu saja? Berlatih dan makan bersama, apakah ada hal lain yang dia inginkan melebihi itu, atau haruskah dia berkata bahwa tidak ada perasaan apa-apa didalam hatinya dan berhenti?

Sejak Kazuto kembali dua bulan yang lalu, itu adalah pertanyaan yang dia telah tanyakan kepada dirinya berulang-ulang kali.

Dia pikir jawabannya akan muncul jika dia menemui wanita yang menempati hati Kazuto.

Saat ini, dia berdiri ditengah kesunyian yang menghuni ruangan berwarna keemasan itu, dan menyadari rasa takut yang ada didalam hatinya. Dia sangat takut untuk menemukan jawaban yang dicarinya.

Tanpa menatap wajah Kazuto, dia membuka mulutnya dan ingin berkata: ‘Aku akan keluar ke koridor, jadi aku tidak akan mengganggumu.’ tapi Kazuto tiba-tiba berjalan dan Suguha kehilangan kesempatan. Kazuto kemudian duduk disebuah kursi yang berada disamping tempat tidur. Pastinya, Kazuto berada didalam jarak pandang Asuna.






Kazuto memegang tangan Asuna yang terjatuh keluar dari bawah seperai putih dengan kedua tangannya, dan dengan diam menatap wajah gadis yang tertidur itu. Setelah Suguha melihat wajah Kazuto tersebut...

“Ugh...”

Rasa sakit yang hebat menusuk dalam hatinya.

Mata apa itu, pikir Suguha. Itu adalah mata seorang penjelajah yang mencari pasangan yang ditakdirkan untuknya... Tidak peduli berapa lama waktu yang diperlukan dikehidupan ini atau dikehidupan selanjutnya, tidak peduli berapa kali dia ber-renkarnasi. Mata yang dipenuhi oleh cahaya yang lembut dan tenang, dengan perasaan cinta yang kuat terkandung didalamnya. Bahkan warnanya terlihat berbeda dari biasanya.

Pada saat, itu Suguha tahu apa yang sungguh-sungguh diinginkan hatinya, dan pada saat yang sama, ia mengerti bahwa dirinya tidak akan dapat mencapainya.

Dia tidak ingat apa yang dibicarakannya dengan Kazuto pada perjalanan pulang.

Ketika dia sadar, dia sudah berbaring diatas tempat tidurnya, melihat poster berwarna biru langit di langit-langit kamar

Telepon genggam yang berada diheadboardnya  mengeluarkan suara . Bukannya mengeluarkan suara ringtone, yang keluar adalah suara alarm yand disetelnya sebelum tidur tadi malam. Waktu menunjukkan sekarang jam 3 siang, perbaikan server telah selesai, dan pintu menuju dunia itu terbuka sekali lagi.

Dia tidak ingin meneteskan air matanya di dunia nyata. Jika dia menangis, sebaliknya itu berarti dia tidak bisa menyerah, pikirnya.

Dia akan membiarkan dirinya menangis sedikit di dunia peri. Setelah itu, sebagai Lyfa yang periang, dia akan mendapatkan tawanya kembali.

Suguha mematikan alarmnya dan kemudian mengambil Amusphere yang terletak disamping telepon genggamnya. dia mengenakannya, kemudian berbaring diatas tempat tidur, menutup mata, dan membiarkan jiwanya terbang.

Si gadis Sylph terbangun di sebuah penginapan yang berada ditepi luar Ibukota Alfheim, «Aarun».

Tadi malam - tepatnya beberapa jam setelah hari berganti. Lyfa baru saja berhasil melarikan diri dari dunia bawah tanah, Jötunheimr. Terdapat pahatan tangga panjang yang terbuat dari akar World Tree. Dengan menaiki tangga tersebut, mereka akhirnya mencapai jalan di Aarun yang sudah mereka tunggu-tunggu. Beberapa detik setelah menapakkan kaki di Aarun, lubang besar yang ada dibelakang mereka tertutup dan tidak bisa dikatakan bahwa lubang itu benar-benar ada , bahkan lubang itu tidak bisa dibuka dari sini.

Setelah itu, mereka langsung mendaftarkan diri di penginapan pertama yang mereka temukan, dan, menggosok kedua matanya, Lyfa langsung tertidur setelah menjatuhkan dirinya keatas tempat tidur . Meskipun mereka hanya mampu untuk menyewa satu kamar saja.

Lyfa bangun dan kemudian duduk di pinggir tempat tidur. Suara bising perkotaan, bau udara yang tercium, bahkan warna kulitnya sendiri, semuanya telah berubah, satu-satunya hal yang tidak berubah adalah rasa sakit yang menusuk hatinya. Seakan berubah bentuk, rasa sakit itu berkumpul di sudut matanya dan menetes keluar sebagai air mata.

Beberapa lusin detik kemudian, muncul bayangan lain yang disertai dengan efek suara yang keren. Lyfa perlahan-lahan mengangkat kepalanya.

Anak laki-laki yang memakai pakaian serba gelap itu melihat Lyfa dengan heran, dan langsung berbicara dengan suara lembut.

“Ada apa... Lyfa?”

Dia sangat mirip dengan Kazuto, dengan senyum yang lembut bagaikan angin sepoi-sepoi pada malam hari. Melihat wajahnya, air mata Lyfa menetes menuruni wajahnya kemudian menjadi sebutir cahaya yang menari di tengah udara. Kemudian Lyfa memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata:

“Kirito-kun... aku... aku ditolak dalam percintaan.”

Mata Kirito yang gelap menatap lurus kearah Lyfa. Cukup dewasa dalam penampilannya, Lyfa tergoda untuk menceritakan semuanya pada anak laki-laki yang misterius ini, tapi kemudian mengertakkan giginya dan mengurungkan niatnya.

“M... Maaf, mengatakan hal-hal aneh kepada orang yang baru saja aku temui. Ini melanggar aturan kan?, membawa permasalahan dunia nyata kesini...”

Kata Lyfa dengan cepat, mencoba untuk mempertahankan senyum diwajahnya. Namun, air mata yang mengalir turun diwajahnya tidak mau berhenti sama sekali.

Kirito dengan lembut mengulurkan tangannya, dan meletakkan tangannya yang bersarung tangan tipis diatas kepala Lyfa. Dua kali, tiga kali dia menggerakkan tangannya dengan lembut.

“Di sisi lain, ataupun disini, pada saat-saat susah, ada baiknya kita menangis. Hanya karena dunia ini adalah sebuah game, bukan berarti ada peraturan yang melarangmu untuk mengekspresikan emosimu.”

Di dalam dunia ilusi ini, selalu terdapat kekakuan saat melakukan suatu tindakan ataupun saat berbicara. Namun, suara Kirito yang berirama lembut, dan pergerakan tangannya yang menepuk kepala Lyfa sangat mulus. Hal ini perlahan-lahan menyelimuti saraf sensoriknya tanpa dihalangi apapun.

“Kirito-kun...”

Lyfa berbisik, kemudian Lyfa menyandarkan kepalanya pada dada pemuda yang duduk disampingya. Ketika air matanya jatuh ke baju Kirito, air mata itu berhamburan menjadi cahaya.

‘- Aku mencintai Onii-chan’

Jauh didalam hatinya, terdengar sebuah bisikan, seakan-akan ingin memastikan hal itu. Namun, bisikan itu berlanjut.

‘- Perasaan ini tidak boleh terlintas keluar dari bibirku. Perasaan ini harus dikunci dalam-dalam didalam hatiku. Sehingga suatu hari nanti perasaan ini akan terlupakan.’

Bahkan, jika mereka berdua adalah saudara sepupu, Kazuto dan Suguha dibesarkan sebagai kakak dan adik. Jika dia menunjukkan perasaannya maka Kazuto, Ayah, dan Ibunya akan merasa bingung dan kesusahan. Yang lebih penting lagi, satu-satunya wanita yang menempati hati Kazuto adalah gadis cantik itu..

Aku harus melupakan semuanya.

Merubah dirinya menjadi Lyfa, sambil menyandarkan kepalanya pada dada pemuda yang misterius itu, suatu hari dia pasti dapat melupakan hal itu, pikirnya.

Bertahan dalam keadaan itu pada waktu yang lama, Kirito terus-menerus mengelus kepala Lyfa tanpa berkata apa-apa.

Mendengar suara lonceng yang berasal jauh dari arah jendela, Lyfa mengangkat kepalanya dan menatap wajah Kirito. Kali ini dia dapat mengeluarkan senyumnya yang biasa. Tanpa dia sadari, air matanya sudah berhenti menetes.

“...Aku baik-baik saja sekarang. Terima kasih, Kirito-kun, Kamu sangat baik.”

Mendengarnya, Kirito menggaruk-garuk kepalanya, dan terlihat sangat malu.

“Banyak orang yang berkata sebaliknya. Apakah Kamu ingin log out untuk hari ini? Aku berpikir untuk melakukan sesuatu meskipun hanya sendirian.”

“Tidak, aku telah sampai sejauh ini, jadi aku akan menemanimu sampai akhir.”

Lyfa meloncat dari tempat tidur dan berdiri. berputar kebelakang, menatap Kirito dan menjulurkan tangan kanannya.”

“Ayo kita pergi!”

Sambil tersenyum, Kirito menganggukkan kepalanya dan menggenggam tangan Lyfa. Setelah berdiri, dia melihat kearah langit-langit, seakan melupakan sesuatu.

“Yui, apakah Kamu disini?”

Sebelum kalimat itu selesai diucapakan, cahaya disekitar mulai berkumpul, dan figur seorang peri yang kecil muncul ditengah-tengah mereka. Sambil mengusap mata dengan tangan kanannya, dia menguap.

“Fuwaa~~ Selamat pagi Papa, Lyfa-san.”

Peri itu kemudian mendarat di pundak Kirito. Sambil melihat wajahnya, Lyfa membalas sapaan peri kecil itu dan kemudian bertanya.

“Selamat pagi, Yui-chan. Aku heran sejak kemarin... apakah peri-peri navigasi membutuhkan tidur pada waktu malam?”

“Sama sekali tidak, aku tidak melakukannya. Pada saat Papa tidak berada disini, sinyal inputnya akan terputus. Jadi aku mengambil kesempatan itu untuk memverifikasi dan mengorganisir data yang telah terakumulasi. Kamu bisa bilang itu adalah tindakan yang mirip dengan tidur bagi manusia.”

“Tapi baru saja, Kamu menguap...”

“Bukankah itu adalah hal yang dilakukan manusia pada saat mereka memulai harinya? Untuk Papa, biasanya sekitar 8 detik...”

“Kamu tidak perlu mengatakan hal-hal yang aneh.”

Kirito menyentilkan jari telunjuknya pada dahi Yui, kemudian memunculkan Navigation Window , dan mempersenjatai diri dengan pedang besar(Greatsword) yang dibawa di punggungnya.

“Ayo kita pergi sekarang!”

“Yeah!”

Lyfa mengangguk, dan meletakkan katana miliknya dipinggang.

Kedua orang itu kemudian keluar dari penginapan, matahari pagi sudah sepenuhnya terlihat di langit. Para NPC yang menjalankan bisnis seperti menjual armor dan item-item lainnya, sudah membuka tokonya, sementara itu tempat-tempat malam seperti rumah minum, toko item yang aneh atau unik, dan industri-industri lain yang perlu dipertanyakan kejelasannya memliki tanda ‘Closed’ atau ‘Tutup’ di depannya.

Dalam waktu dunia nyata, waktu menunjukkan jam 3 PM lebih sedikit pada hari kerja. Setelah waktu perbaikan mingguan, monster-monster dan item-item yang ada direset kemudian dimunculkan kembali, jadi jumlah pemain yang ada jauh lebih banyak dari yang diperkirakan.

Meskipun pagi ini dia mengantuk sehingga tidak melihat-lihat ke sekitarnya, tapi sekarang, dia menjadi segar setelah terkejut melihat banyaknya jumlah player yang ada di jalan.

Disana ada Gnome berbadan kekar dan besar yang ditutupi armor terbuat dari logam tertentu, yang membawa kapak tempur dipunggungnya. Ada seorang Puca dengan badan kecil yang hanya setinggi pinggang Lyfa pada saat dia berdiri, memegang harpa perak ditangannya. Ada juga seorang Imp yang memiliki kulit berwarna ungu gelap, memakai armor yang terbuat dari kulit, sedang berjalan dan berbicara dengan karakter-karakter yang berbeda ras. Pada sebuah kursi batu didekat sana, seorang pemuda berambut biru dari ras Undine dan seorang gadis muda berambut merah dari ras Salamander, sedang memandang satu sama lain dengan intim, sementara seorang Caith Sith melintas dengan membawa seekor serigala besar disampingnya.

Tidak disangka-sangka, berbeda dengan pemandangan Sylvain yang seba hijau, pemandangan disini sangat cerah dan penuh warna, penuh dengan kehidupan yang membuat hati gembira. Entah bagaimana Lyfa melupakan rasa sakit yang berada didalam hatinya dan kemudian tersenyum.

Bahkan pasangan Spriggan-Sylph akan terlihat cocok disini - kemudian Lyfa cepat-cepat menghilangkan pikiran itu. Setelah itu memusatkan perhatiannya kembali pada jalan tersebut.

“Wow..”

Tapi, tiba-tiba muncul pemandangan yang luar biasa.

Aarun adalah pusat kota di ALfheim, dan di tengah kota itu berdiri sebuah struktur berbentuk kerucut yang sangat besar. Melihat Aarun bagaikan panorama, struktur itu mempunyai bentuk menyerupai cincin-cincin yang konsentris, saat ini mereka masih jauh dari tengah Aarun.

Ada banyak struktur yang tidak terbuat dari batu berwarna abu-abu berdiri tinggi dipermukaan jalan-jalan Aarun. Malahan, banyak silinder-silinder besar berwarna hijau-lumut yang bertumpuk keatas. Diameternya dapat menyamai bangunan dua lantai.

Silinder-silinder itu sebenarnya adalah akar dari World Tree. Dari Jötunheimr yang jauh dibawah, mereka menembus tanah yang tebal, tumbuh berliku dan berbelit-belit, menjadi besar dan bertemu diatas Aarun. Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa Aarun mencerminkan es yang menggantung di atap gua Jötunheimr.

Lyfa melihat lebih tinggi. Pada saat itu dia merasakan gairah petualangan yang menuruni punggungnya.

Mulai dari akar-akarnya, kata-kata tidak dapat mendeskripsikan seberapa besar batang pohon yang menjulang tinggi ke langit itu. Diselimuti oleh lumut dan tanaman lainnya, batang pohon berwarna hijau keemasan yang menjulang tinggi ke langit itu seakan bercampur dan menjadi pudar di langit yang biru. Disekitar batang pohon itu, terdapat kabut putih yang menyelubunginya. Itu bukanlah kabut, melainkan awan. Awan-awan itu menandakan batas terbang yang dapat dicapai, tetapi batang pohon tersebut menjulang tinggi melewatinya.

Tepat dibawah bagian dimana batang pohon tersebut memudar karena menyatu dengan langit, entah bagaimana rasanya kamu bisa menggapai dahan yang menjulur keluar. Daun-daun yang tipis dan lebar menutupi lapisan luarnya hingga ketempat Lyfa sebagaimana mereka menghadangi langit. Melihat ukurannya yang sangat besar, puncak dari World Tree mungkin saja sudah melewati lapisan atmosfer ALfheim dan mencapai ruang angkasa - tentunya jika hal itu benar-benar ada - dan selebihnya.

“Itu adalah... The World Tree...”

Bisik Kirito dengan kagum.

“Ya... Luar Biasa...”

“Bukankah ada kota diatas pohon itu...”

“Raja peri Oberon dan peri cahaya ALF tinggal disana, dan ras pertama yang berhasil bertemu dengan sang raja akan menjadi ALF... Itulah yang telah dikatakan.”

“...”

Kirito memandangi pohon itu dengan diam, kemudian bertanya dengan ekspresi serius:

“Pohon itu, bisa kah Kamu memanjatnya dari luar?”

“Area disekitar batangnya adalah area terlarang, jadi tidak mungkin kita bisa memanjatnya. Bahkan dengan terbang pun kita tidak bisa mencapainya, Kamu akan membentur batas terbang yang ditentukan sebelum Kamu bisa mencapai puncaknya.”

“Aku pernah mendengar ada sekelompok orang yang terbang dengan cara menaiki pundak player lain pernah melewati batas itu...”

“Oh, cerita itu.”

Lyfa tertawa dan melanjutkan perkataanya:

“Mereka hampir berhasil mendekati dahan yang paling rendah. Para GameMaster sangat panik, dan akhirnya segera diperbaiki. Sekarang, sedikit diatas awan-awan itu, terdapat sebuah tembok.”

“...Ah begitu... tidak usah dihiraukan, ayo kita pergi ke dasar pohon ini.”

“Baiklah. Aku mengerti”

Setelah keduanya mengangguk, mereka mulai berjalan menyusuri jalan utama.

Setelah beberapa menit mereka berbelok-belok, maju dan mundur melewati kerumunan player yang terdiri dari macam-macam ras, mereka akhirnya sampai ke tangga batu berukuran besar yang menuju sebuah gerbang yang besar pula. Pusat kota Aarun, yang menjadi pusat dunia terletak dibalik gerbang itu. Menjulang tinggi ke langit, World Tree terlihat bagaikan dinding dari segala arah.

Ketika menghadapi suasana itu, mereka mulai menaiki tangga tersebut. Pada saat mereka akan melewati gerbang....

Yui tiba-tiba mengeluarkan kepalanya dari saku dada baju Kirito, dan dengan wajah yang serius melihat kearah langit.

“Oh, hei... ada apa?”

Kirito berbisik untuk menghindari perhatian player-player disekitarnya. Lyfa juga menatap wajah peri kecil itu. Namun, Yui tetap terdiam dengan mata yang terbuka lebar menatap kearah puncak World Tree. Setelah beberapa detik, dia mengeluarkan suara dari mulutnya.

“Mama... Mama ada disana.”

“Apa...”

Ekspresi Kirito tiba-tiba menjadi kaku.

“Benarkah!?”

“Tidak diragukan lagi! ID player ini adalah kepunyaan Mama... Koordinatnya tepat diatas sana.”

Kirito, yang mendengarkan kata-kata itu, melihat kearah langit dengan mata yang berapi-api. Wajahnya menjadi pucat dan dia menggertakkan giginya sampai-sampai Kamu bisa mendengar suara gertakan giginya--

Tiba-tiba, Kirito mengembangkan sayapnya. Tiba-tiba sayapnya berpijar pada saat Ia meregangkan sayapnya yang berwarna abu-abu gelap itu, Bang!! Dengan suara angin yang bagaikan ledakan itu, Kirito menghilang dari permukaan tanah.

“Tu... Tunggu, Kirito-kun!!”

Lyfa buru-buru berteriak, tapi anak laki-laki yang berpakaian hitam itu terus terbang keatas dengan kecepatan yang luar biasa. Tidak percaya dengan apa yang terjadi, Lyfa mengembangkan sayapnya dan menendang tanah tempat dia berpijak.

Terbang lurus keatas, sama seperti terbang lurus kebawah, adalah kemampuan yang dikuasai oleh Lyfa, tapi dia tidak dapat menyusul Kirito karena Ia terbang seperti roket pendorong, sosok berwarna hitam itu semakin mengecil dan akhirnya terlihat seperti titik dihadapan Lyfa.

Terbang melewati menara-menara yang berdiri di Aarun dan tidak terhitung jumlahnya lagi, butuh beberapa detik untuk keluar dari Aarun. Dari teras-teras menara, terlihat beberapa player yang ingin mencari tahu apa yang sedang terjadi, Kirito terbang melewati hidung mereka dan terus terbang mengarah ke atas.

Bangunan-bangunan itu akhirnya tidak terlihat lagi, tergantikan oleh batang hijau-keemasan World Tree yang bagaikan tebing. Terbang sejajar dengan batang pohon itu, Kirito bagaikan peluru hitam yang meluncur di langit. Ketika Kirito terus mendekati awan yang ada didepannya, Lyfa mengikutinya dan berteriak sambil menahan tekanan angin yang dirasakannya.

“Hati-hati, Kirito-kun!! Pembatasnya ada di depanmu!!”

Tapi suara Lyfa tidak mencapai telinganya. Ia seperti panah yang menghubungkan surga dan bumi, bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi yang cukup untuk membuat lubang di dunia virtual.

Apa yang membuatnya sampai bertindak sejauh ini? Siapakah orang yang berada di puncak World Tree yang sangat penting baginya?

Yui memanggil orang itu «Mama». Seorang wanita -? Seseorang yang dapat membuat Kirito mencarinya sampai seperti ini -?

Pada saat dia memikirkannya, muncul rasa sakit yang tak asing di dalam hati Lyfa. Rasa sakit ini mirip dengan rasa sakit yang Kazuto sebabkan padanya, namun terasa palsu.

Konsentrasinya terganggu oleh rasa binggung, kecepatan terbangnya perlahan-lahan turun. Menyingkirkan kebingungannya, Lyfa memfokuskan konsentrasinya pada sayapnya.

Beberapa detik setelah Kirito, Lyfa memasuki lautan awan. Pandangannya dipenuhi oleh warna putih yang sangat banyak. Dia pernah mendengarnya sebelum ini, tepat diatas awan-awan itu terdapat area terlarang yang tidak bisa dimasuki, Lyfa memperlambat terbangnya saat melewati awan-awan itu.

Tanpa sebuah peringatan, dunia yang berwarna biru tua terbentang di depannya. Berbeda dengan pemandangan yang terlihat dari atas tanah, langit yang berwarna biru itu terbentang tanpa ujung ke segala arah. Diatasnya, World Tree dan dahannya memberikan kesan seperti tiang yang menunjang surga. Kirito mempercepat laju terbangnya ketika ia mencoba meraih satu diantara dahan-dahan yang ada.

Tiba-tiba, tubuhnya diselimuti oleh cahaya berwarna-warni bak pelangi.

Setelah beberapa detik, udara disekitarnya terguncang dengan benturan yang memiliki suara mirip dengan suara petir. Kirito menabrakkan dirinya pada pembatas yang tidak terlihat itu, dan bagaikan angsa berwarna hitam yang ditembak menggunakan senapan, dia terpental dan melayang di udara dengan lemah.

“Kirito-kun!!’

Lyfa berteriak, dan dengan terburu-buru terbang menuju Kirito. Jika kamu terjatuh dari ketinggian ini, HealthPointmu (HP) akan habis, dan efeknya akan terbawa ke dunia nyata setelah log out.

Tapi sebelum dia berhasil menangkap Kirito, Kirito kembali sadar. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dua-tiga kali, kemudian mencoba untuk melewati pembatas itu sekali lagi. Ia terhalang oleh pembatas itu lagi, kemudian hamburan cahaya muncul di sekitarnya, dan usahanya hancur seketika.

Akhirnya, Lyfa terbang ke ketinggian yang sama dengan Kirito dan meraih tangannya, kemudian berteriak:

“Hentikan, Kirito-kun!! Tidak mungkin bagi kita untuk pergi keatas sana!!”

Tapi, kedua mata Kirito bercahaya bagaikan terkena sihir, Ia tetap mencoba untuk maju.

“Aku harus pergi kesana... Aku harus pergi kesana tidak peduli apa pun yang terjadi!!”

Dia memfokuskan diri pada satu titik, dimana dahan World Tree tumbuh bagaikan membelah langit. Meskipun terlihat lebih jelas daripada saat melihatnya dari permukaan tanah, dahan itu tampaknya masih cukup jauh, dilihat dari detailnya yang rendah.

Pada saat itu, Yui terbang keluar dari saku dada baju Kirito. Memancarkan partikel cahaya yang berkilauan, Ia terbang menuju dahan itu.

Oh iya, mungkin peri navigasi dapat... pikir Lyfa secara mendadak, tetapi pembatas itu tidak memperbolehkan badan kecil Yui untuk lewat. Bagaikan gelombang pada permukaan air, cahaya tujuh-warna itu mendorong Yui kebelakang.

Tetapi, Yui tidak terlihat seperti program, Ia tampak hampir putus asa sambil mendorong tangannya ke pembatas itu, kemudian Ia membuka mulutnya.

“Mungkin mode peringatan suara dapat melewati pembatas ini...! Mama! Ini aku!! Mama!!”


* * *


“...!!”

Tiba-tiba, Asuna mengangkat kepalanya yang diistirahatkan diatas meja pada saat Ia mendengar suara triakan yang samar-samar.

Kemudian melihat kesekitarnya dengan terburu-buru, tapi tidak ada siapapun didalam sangkar emas itu. Bahkan burung kecil biru yang terkadang datang untuk bermain pun tidak ada. Yang ada hanyalah banyangan yang diciptakan oleh matahari dari jeruji-jeruji sangkar itu.

Mengabaikan hal itu seakan ilusi, Asuna meletakkan kembali tangannya diatas meja.

“...Mama...!!”

Kali ini dia benar-benar mendengarnya. Asuna menjatuhkan kursinya dan berdiri.

Itu adalah suara milik seorang gadis kecil. Suara yang lemah itu bagaikan lonceng perak yang beresonansi dengan kuat terhadap ingatan yang sangat jauh.

“Yu... Yui-chan, Kamu kah itu...!?”

Asuna berkata dengan suara yang samar, kemudian dengan cepat berjalan menuju jeruji sangkarnya. Setelah menggenggam jeruji-jeruji besi itu dengan kedua tangannya, dia melihat kesekitar dengan panik.

“Mama... Aku disini...!!”

Suara itu sepertinya terdengar langsung didalam pikiran Asuna, tidak memberikan petunjuk dari mana asalnya. Tapi Ia dapat merasakannya. Suara itu berasal dari bawah, tidak peduli seberapa banyak ia mencarinya, lautan awan berwarna putih yang mengelilingi pohon besar itu menghalangi pandangannya, tetapi tanpa keraguan lagi, suara itu berasal dari bawah.

“Aku... Aku disini...!!”

Asuna berteriak sekencang yang dia bisa.

“Aku disini...!! Yui-chan...!!”

Jika Yui, «anak perempuan» yang dia temukan di dunia itu ada disini, maka «dia» pasti ada disini juga.

“...Kirito-kun --!!” Dia tidak tahu apakah suaranya dapat mencapai Kirito. Asuna melihat-lihat apa saja yang ada di dalam sangkar burung itu. Pasti ada sesuatu yang dapat digunakannya untuk membuat Kirito sadar akan keberadaan dirinya selain suaranya.

Sebuah benda, tapi semua benda diruangan ini terkunci oleh informasi posisinya masing-masing, tidak ada dari benda-benda tersebut yang dapat dikeluarkan dari sangkar ini, dia mengetahui hal itu. Lama sebelumnya, dia pernah menggunakan cangkir teh dan sebuah bantal kecil untuk mengirimkan pesan kepada para player dibawah, tapi hal itu tidak berhasil. Asuna dengan cemas memegang jeruji sangkar emas itu.

Tidak -

Ada. Hanya satu benda itu saja. Sebuah benda yang sebelumnya tidak ada ditempat ini. Sebuah benda yang lain dari yang lainya.

Asuna berlari ke tempat tidur, dan kemudian menarik benda tersebut dari bawah bantal. Benda itu adalah kartu kunci kecil berwarna perak. Dia kembali ke jeruji sangkar burung itu. Dia mengulurkan tangan kanannya yang memegang kartu dengan ketakutan. Jika sama seperti sebelumnya, maka ia akan dihalangi oleh pembatas itu.

“...!!”

Tangan kanannya mencapai bagian luar sangkar tanpa adanya perlawanan dari sistem. Kartu perak itu bersinar terang karena sinar matahari yang dipantulkannya.

‘...Kirito-kun... Tolong sadari hal ini!!”

Sambil berdoa, Asuna tidak ragu-ragu untuk membuka tangannya. Kartu itu menari di udara dengan tenang, dan jatuh menuju lautan awan dibawah dan berkelap-kelipkan cahaya.

Penulis : Rulli Rhamananda ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sword Art Online Jilid IV BAB VII (Bagian I) ini dipublish oleh Rulli Rhamananda pada hari Kamis, 22 November 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sword Art Online Jilid IV BAB VII (Bagian I)
 

0 komentar:

Posting Komentar