Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 2 Bab 4 Rusa Hidung Merah Bagian II



Dengan pemain depan kedua, keseimbangan dari kelompok Black Cat itu meningkat drastis.

Tidak,bila salah satu dari mereka memiliki sebuah keraguan, mereka akan menemukan bahwa HP-ku tidak akan berkurang untuk suatu alasan yang aneh. Akan tetapi, teman-teman yang baik ini semua percaya kepadaku karena apa yang aku katakan, bahwa aku membuat mantel ini dari beberapa material langka—dan ini bukanlah sebuah kebohongan—dan mereka tidak pernah meragukanku.

Selama sebuah pertarungan kelompok, aku hanya bertugas dalam pertahanan, dan membiarkan anggota yang lain di belakangku untuk mengatasi para musuh dan mendapatkan experience point. Keita dan lainnya dengan cepat menaikkan level mereka, dan setelah aku bergabung selama seminggu, kami telah berlatih di tempat berburu satu lantai lebih tinggi dari yang sebelumnya.

Kami duduk berdekatan di dalam sebuah area aman di dalam dungeon. Keita sedang memakan bento yang dibuat oleh Sachi sementara dia dengan bersemangat memberitahukan kepadaku impiannya,

“Tentu saja, keselamatan dari teman-teman kami adalah yang terpenting. Tetapi…bila, bila kita hanya ingin selamat, kita hanya perlu mengunci diri kita di dalam kota sejak awal. Karena kami telah berlatih dan meningkatkan level kami seperti ini, kami berharap setidaknya berada di dalam grup penyelesai. Walaupun garis depannya masih jauh dari kami, kami hanya dapat menyerahkannya kepada guild-guild terkuat seperti Knights of the Blood atau Sacred Dragon Alliance untuk menaklukannya... eh, Kirito, apa bedanya antara mereka dan kita?"

“Eh…un, informasi. Mereka mempunyai informasi mengenai area mana yang merupakan tempat paling efektif untuk berlatih, bagaimana mendapatkan senjata terkuat di dalam permainan ini dan berbagai hal lain."

Itu adalah alasan mengapa aku berada di dalam regu penyerang, tetapi Keita kelihatannya tidak senang dengan jawaban ini.

“Itu... jelas adalah sebuah alasan. Tetapi aku merasa bahwa itu adalah semangat. Keinginan mereka untuk melindungi teman-teman mereka, semua pemainnya menjadi kuat. Itu karena kekuatan inilah sehingga mereka dapat menang di dalam pertempuran-pertempuran yang berbahaya dengan para bos. Kami adalah mereka yang dilindungi, tetapi perasaan kami tidak akan kalah dengan mereka. Jadi... aku merasa bahwa jika kita terus bekerja keras seperti ini, kita dapat mengejar mereka."

“Yah... kamu benar."

Walaupun aku mengatakan hal itu, aku merasa itu bukanlah karena alasan yang menakjubkan seperti itu. Alasan kenapa para grup penyelesai memiliki motivasi mereka adalah karena mereka selalu memiliki seorang pendekar pedang yang berada di atas ribuan pemain lainnya. Buktinya adalah bila mereka bertujuan untuk menyelesaikan SAO hanya untuk melindungi para pemain, para pemain kelas atas tersebut seharusnya telah menyediakan semua informasi dan perlengkapan yang mereka dapat kepada para pemain kelas menengah. Lalu mereka dapat meningkatkan level dari semua pemain, dan jumlah orang yang bergabung dengan grup-grup penyelesai akan bertambah.

Alasan mereka melakukan hal itu adalah karena mereka berharap untuk menjadi yang terkuat. Tentu saja, aku juga sama. Pada saat itu, aku akan menyelinap keluar dari tempat peristirahatan kami dan pergi ke garis depan untuk terus meningkatkan level-ku. Perbuatan ini terus menjauhkan perbedaan level antara aku dan para anggota dari Black Cats. Walaupun aku mengetahui bagaimana akhirnya, aku terus menerus mengkhianati mereka.

Tetapi pada saat itu, aku kurang lebih percaya bahwa bila level dari para anggota Black Cats meningkat, kami dapat bertarung di garis depan. Pada saat itu, aku rasa cita-cita dari Keita mungkin dapat mengubah sifat tertutup dari para grup penyelesai.

Sebenarnya, dapat dikatakan bahwa level dari para anggota Black Cats meningkat dengan kecepatan yang tidak normal. Area latihan yang kami gunakan adalah tempat yang sebelumnya aku selesaikan sebagai bagian dari garis depan. Aku tahu semua mengenai tempat itu, baik tempat-tempat berbahayanya atau tempat-tempat efektif untuk berlatih. Aku terus menerus memandu mereka tanpa mengkhawatirkan apa-apa, terus menerus memikirkan rencana paling efisien dalam berburu, menyebabkan level rata-rata anggota guild Black Cats untuk berada sangat jauh di atas level rata-rata pemain secara keseluruhan. Ketika aku bergabung, kami masih berada sepuluh lantai di bawah garis depan, tetapi celahnya dengan cepat menyempit menjadi lima. Kami terus menerus menambah kecepatan dan col, dan sepertinya kami segera akan memiliki cukup col untuk membeli sebuah rumah untuk guild.




Akan tetapi, ada satu masalah. Transformasi Sachi menjadi pendekar pedang berperisai tidak dapat diteruskan.

Tetapi hal itu tidak dapat dihindarkan. Ketika menghadapi monster-monster ganas pada jarak dekat, apa yang lebih penting daripada jumlah dalam level adalah keberanian untuk menahan rasa takut dan bertarung terus hingga akhir. Segera setelah SAO dimulai, banyak pemain meninggal karena mereka menjadi panik dan tenggelam dalam kekacauan. Bila aku benar-benar harus mengatakannya, Sachi termasuk seorang penakut yang kelihatannya tidak dapat berperan sebagai pemain depan.

Aku merasa tidak perlu bagi Sachi untuk mengganti tipe karena aku memiliki status yang jauh melebihi yang dibutuhkan untuk menjadi perisai mereka. Akan tetapi, anggota yang lainnya tidak merasa begitu. Setidaknya, mereka kelihatannya sedikit menyesal bahwa aku harus menjadi seorang pemain depan, yang akan sangat melelahkan. Walaupun dia tidak mengatakannya karena semangat dalam grup sangat baik, Sachi merasa bahwa tekanannya menjadi lebih kuat.

Pada suatu malam, Sachi tiba-tiba menghilang dari tempat peristirahatan.

Semuanya mengira alasan mereka tidak dapat menemukan lokasinya dari daftar anggota guild adalah karena dia sedang sendirian di dalam dungeon. Hal ini membuat para anggota dari Keita panik, dan mereka segera pergi keluar untuk mencari.

Akan tetapi, aku adalah satu-satunya yang bersikeras untuk mencari di luar dungeon. Alasanku adalah ada beberapa tempat yang tidak dapat dilacak. Tetapi kenyataannya, aku telah memiliki keahlian 'Melacak' tingkat tinggi yang membolehkanku mencari musuh. Tentu saja, aku tidak dapat menjelaskan hal ini kepada teman-temanku.

Sementara Keita dan lainnya berlari ke arah dungeon di lantai itu, aku pergi ke kamar Sachi, mengaktidkan fungsi pelacak, dan mengikuti langkah kaki berwarna hijau muda yang muncul.

Langkah kaki kecil itu mengarah ke arah yang semua orang, termasuk aku, tidak diduga sama sekali. Dia menghilang ke dalam tempat pembuangan air yang termasuk jauh dari jalan utama. Aku menelengkan kepalaku dan berjalan masuk, dan melihat di pinggiran luar dari kegelapan tempat itu dimana tetesan air menetes, Sachi sedang duduk berjongkok dengan sebuah mantel yang baru saja dia dapat, yang memiliki fungsi tidak terlihat.

“…Sachi.”

Ketika aku mengatakan hal itu, dia menggelengkan rambut hitamnya yang sepanjang bahu dan melihat ke atas, menggumam kaget,

“Kirito…bagaimana kamu tahu aku aku ada di sini?"

Aku ragu-ragu mengenai bagaimana untuk menjawabnya, dan akhirnya berkata.

“Insting.”

“…Begitu."

Sachi tersenyum dan sekali lagi menyandarkan wajahnya kepada lututnya yang sedang dipeluknya. Aku mencoba sebaik mungkin untuk memikirkan kata-kata, dan mengatakan sesuatu yang kurang kreatif,

“…Semuanya khawatir mengenaimu. Mereka bahkan mengirim orang ke dungeon untuk mencarimu. Segeralah kembali."

Kali ini, terdapat keheningan panjang. Setelah satu atau dua menit, aku ingin mengatakan hal yang sama lagi, tetapi kali ini, suara yang lemah dari Sachi keluar sementara dia menurunkan kepalanya,

“Hei, Kirito, mari kita lari."

Aku bertanya secara naluriah,

“Lari... dari mana?"

“Dari kota ini, semuanya yang ada di Black Cats, para monster... dari SAO."

Aku tidak begitu akrab dengan para gadis—atau bahkan manusia umumnya sehingga aku tidak dapat menjawabnya dengan segera. Setelah berpikir panjang, aku dengan takut-takut bertanya,

“Apakah kamu... bermaksud untuk melakukan bunuh diri bersama?"

Setelah keheningan sesaat, Sachi tersenyum.

“Fufu…yah, seharusnya tidak masalah... tidak, maaf. Aku bberbohong. Bila aku memiliki keberanian untuk melakukan bunuh diri, aku tidak akan bersembunyi di dalam kota... jangan berdiri terus. Duduklah juga."

Aku tidak apa yang harus dilakukan, jadi aku duduk sedikit dekat di samping Sachi di lantai batu itu. Dari pintu keluar berbentuk setengah lingkaran dari tempat pembuangan air ini, aku dapat melihat cahaya kotanya yang sekecil bintang-bintang.

“…Aku takut akan kematian. Karena aku takut, aku bisa dibilang tidak dapat tidur selama ini."

Akhirnya, Sachi menggumam.

“Mengapa hal seperti ini terjadi? Mengapa kita tidak dapat keluar dari permainan ini? Mengapa kita dapat mati walaupun ini hanyalah sebuah permainan? Apa yang dapat didapat oleh Kayaba itu dengan melakukan hal ini? Apa arti dari hal ini...?"

Sebenarnya, aku dapat memberi sebuah jawaban untuk masing-masing dari kelima pertanyaan itu. Tetapi bahkan akupun tahu bahwa Sachi tidak mencari jawaban semacam itu. Aku berusaha sebaik yang aku bisa untuk berpikir dan berkata,

“Kemungkinan besar, tidak ada artinya... dan tidak ada yang dapat memperoleh keuntungan dari ini. Pada saat dunia menjadi seperti ini, semuanya kehilangan hal terpenting dari yang mereka miliki."

Aku menahan air mataku sementara aku mengatakan sebuah kebohongan besar kepada gadis ini. Hal itu karena aku berbohong kepada diriku sendiri untuk menjadi lebih kuat, dan merasakan kepuasan dari rahasia ini ketika aku memasuki kelompok dari para Black Cats. Bisa dibilang, aku jelas-jelas mendapatkan keuntungan bagi diriku.

Pada saat itu, aku seharusnya mengatakan semuanya kepada Sachi. Bila aku memiliki sepotong kecil saja kejujuran, aku seharusnya sudah menunjukkan egoismeku yang buruk ini keluar. Pada keadaan itu, Sachi mungkin dapat mengeluarkan sebagian dari tekanan yang ada pada dirinya, dan dia bahkan mungkin merasa agak tenang.

Akan tetapi, apa yang dapat aku katakan hanyalah sebuah kebohongan untuk lebih menguatkan diriku.

“…Kamu tidak akan mati."

“Mengapa kamu mengatakan hal itu?"

“…Bahkan dalam keadaan kita yang sekarang, Black Cats tetaplah sebuah guild yang kuat. Kita juga telah mencapai batas aman. Bila kamu tetap di dalam guild itu, kamu dapat terus hidup dengan aman. Juga, kamu tidak benar-benar perlu berganti menjadi seorang pendekar pedang."

Sachi mengangkat kepalanya dan menunjukkan kepadaku sebuah ekspresi kepercayaan. Akan tetapi, aku tidak dapat menatap langsung kepada kedua mata itu dan merendahkan kepalaku.

“…Benarkah? Aku dapat terus hidup hingga akhir? Kembali ke dunia nyata?"

“Ahh…kamu tidak akan mati. Kamu akan terus hidup hingga hari dimana permainan ini terselesaikan."

Kata-kata itu adalah kata-kata yang tidak meyakinkan dan tidak memiliki pengaruh apapun didalamnya. Walaupun begitu, Sachi bersandar kepadaku, menyandarkan wajahnya kepada bahu kiriku dan menangis untuk beberapa lama.




Setelah beberapa lama, aku mengirim pesan kepada Keita dan kawan-kawan dan membawa Sachi kembali ke tempat menginap kami. Sachi kembali ke ruangannya untuk beristirahat, dan aku menunggu di lantai pertama dari meja minum menunggu kembalinya Keita dan kawan-kawan. Aku memberitahu kepada mereka beberapa hal—Sachi membutuhkan waktu lebih lama untuk menjadi seorang pendekar pedang, dan bila mungkin, dia lebih baik terus menjadi seorang pendekar tombak. Juga, aku dapat terus menjadi pemain depan.

Keita dan lainnya bertanya-tanya mengenai apa yang terjadi antara Sachi dan aku, tetapi mereka dengan gembira menyetujui rencanaku. Aku menghela napas lega, tetapi ini tidak akan menyelesaikan masalah sesungguhnya.

Dari malam berikutnya dan seterusnya, Sachi akan datang untuk tidur di kamarku. Dia berkata bahwa bila terus bersamaku dan mendengar bahwa dia tidak akan mati, dia akan dapat tidur dengan tenang. Sekarang aku benar-benar tidak dapat menyelinap keluar pada malam hari untuk mendapat experience. Walaupun begitu, hal ini tidak berarti rasa bersalahku karena berbohong kepada Sachi dan lainnya menghilang.

Untuk alasan tertentu, ingatan mengenai hal itu terpadatkan seperti gumpalan salju, jadi aku tidak dapat mengingat banyak. Walaupun begitu satu hal yang pasti adalah Sachi dan aku tidak memiliki hubungan yang romantis. Kami tidak pernah tidur bersama di tempat tidur yang sama, tidak pernah berpelukan satu sama lain, berbicara mengenai cinta atau bahkan melihat satu sama lain.

Hubungan kami lebih seperti kucing yang hilang yang saling menjilati luka yang lain. Sachi akan sedikit melupakan mengenai ketakutannya karena kata-kataku, dan aku akan bergantung kepadanya untuk melupakan rasa bersalahku karena aku adalah seorang beater.

Benar—Itu karena aku mengacuhkan masalah-masalah dari Sachi sehingga aku menemukan sisi ini dari insiden SAO yang telah berubah menjadi sebuah permainan kematian. Aku secara sistematis megnalahkan monster dengan level rendah yang aku kalahkan selama beta test, terus menaikkan level dan menjaganya dalam batas aman. Aku bukanlah seperti Heathcliff sang Paladin , tetapi di dalam ingatanku, life point-ku tidak pernah turun ke daerah berbahaya.

Aku bergantung kepada sumber daya yang luas yang aku dapat dengan mudah. Ketika aku mengetahui—bahwa ada banyak pemain yang takut akan kematian seperti ini, aku akhirnya menemukan sebuah cara untuk menghilangkan rasa bersalahku. Tentu saja, cara itu adalah untuk terus melindungi Sachi dan para anggota Black Cats.

Untuk kepuasanku sendiri, aku lupa bahwa aku menyembunyikan levelku sebelum memasuki guild ini, melupakan ingatan bahwa aku adalah yang pada akhirnya menjadi orang yang melindungi mereka, melatih mereka untuk menjadi sebuah guild tingkat atas. Setiap malam, aku akan berada di sisi tempat tidur, menenangkan Sachi yang meringkuk dalam kecemasan, mengatakan kepadanya 'kamu tidak akan mati, kamu tidak akan mati, kamu akan terus hidup' seperti sebuah mantra. Setelah aku mengatakan hal itu, Sachi akan menunjukkan sebuah senyum sedikit dari balik selimut, menatapku dan memasuki tidur yang ringan.







Akan tetapi, Sachi tetap meninggal pada akhirnya.

Kurang dari sebulan setelah malam itu di tempat pembuangan air, dia terbunuh secara kejam oleh seekor monster di depanku, dan seluruh tubuh dan jiwanya semuanya tersebar.

Pada hari itu, Keita ingin membeli sebuah rumah sebagai rumah untuk guild kami, membawa seluruh uang yang akhirnya kami kumpulkan dan pergi menemui para pemain yang bekerja di bidang penjualan bangunan. Sachi, aku dan ketiga anggota lainnya sedang tertawa sementara kita sedang melihat kolom barang bersama dari anggota guild yang tidak memiliki item satupun didalamnya sementara kita menunggu Keita untuk kembali. Tetapi setelah beberapa saat, pengguna gada Tetsuo itu berkata,

“mari pergi ke dungeon sebelum Keita kembali, mengisi kolomnya dan menakutinya."

Kelima dari kami memasuki dungeon yang tidak pernah kami masuki sebelumnya, sebuah dungeon yang berada hanya tiga lantai di bawah garis depan yang sekarang. Tentu saja, aku pernah bertarung di tempat itu sebelumnya, dan aku tahu bahwa tempat itu adalah sebuah tempat yang mudah untuk mendapatkan uang tetapi memiliki banyak sekali jebakan. Akan tetapi, aku tidak memberitahu mereka mengenai itu.

Di dalam dungeon, level kami masih berada di dalam area aman, jadi perburuan kami berjalan mulus. Setelah satu jam, kami mendapatkan sejumlah uang yang kami tentukan, dan ketika semuanya sedang bersiap untuk kembali dan membeli barang-barang, salah satu anggota yang merupakan seorang pencuri menemukan sebuah peti harta.

Pada saat itu, aku dengan keras berpendapat untuk mengacuhkannya. Tetapi ketika aku ditanyai mengenai alasannya, aku tidak dapat mengatakan bahwa tingkat kesulitan dari perangkapnya telah meningkat setingkat mulai dari lantai ini, dan hanya dapat berkata terbata-bata dan menekankan bahwa peti itu terlihat berbahaya.

Perangkap alarm-nya berbunyi dengan keras, dan para monster bergerak menuju ruangan seperti sebuah gelombang pasang. Segera sesudah mengetahui bahwa keadaannya sedang berbahaya, aku segera berkata kepada semuanya untuk menggunakan jalan keluar darurat untuk melarikan diri. Akan tetapi, ruangan itu didesain sebagai sebuah tempat dimana kristal tidak dapat digunakan—pada saat itu, semua orang, termasuk aku, pada akhirnya menjadi panik secara ringan maupun berat.

Yang pertama mati adalah pencuri itu yang mengaktifkan alarm-nya. Lalu, si pengguna gada Tetsuo, dan pendekar tombak pria di belakangnya.

Karena panik, aku terus menerus mengayunkan teknik pedang tingkat tinggi yang aku sembunyikan dan membunuh gelombang demi gelombang dari para monster. Tetapi mereka berjumlah terlalu banyak, dan aku tidak memiliki kesempatan untuk menghancurkan peti harta yang terus berbunyi.

Sementara HP dari Sachi benar-benar menghilang setelah dikelilingi oleh sekumpulan monster, dia meraihkan tangan kanannya kepadaku seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu. Kedua mata yang melebar itu masih menunjukkan sebuah warna terang yang menunjukkan bahwa dia mempercayaiku, sama seperti setiap malam, sehingga hal ini terasa sangat menghancurkan hatiku.




Aku tidak dapat mengingat bagaimana aku selamat. Setelah aku pulih, kumpulan monster dan keempat temanku tidak berada di dalam ruangan itu. Tetapi bahkan dalam situasi itu, HP bar-ku menurun hingga sekitar setengahnya.

Tidak dapat berpikir, aku dengan hampa kembali ke penginapan.

Keita, yang meletakkan kunci rumah guild yang benar-benar baru di atas meja dan menunggu kami kembali, mendengarkan ceritaku—bagaimana keempat dari mereka meninggal, bagaimana aku selamat, dan menatapku tanpa ekspresi. Dia berkata kepadaku mengenai bagaimana beater sepertiku tidak memiliki hak apapun untuk bergabung dengan mereka.

Dia berlari keluar dari kota di Aincrad, dan kemudian melompati pagar tanpa keraguan sementara aku mengikutinya dari belakang, menuju kedalam kehampaan tiada akhir.

Apa yang Keita katakan adalah kenyataannya. Hal itu tidak dapat diperdebatkan. Itu adalah kesombonganku yang membunuh keempat anggota dari Black Cats of the Full Moon—bukan, 5. Bila mereka tidak pernah bertemu denganku, mereka akan terus berada di daerah tengah yang aman, dan mereka tidak akan memicu apa yang ternyata adalah sebuah perangkap.

Untuk bertahan hidup di dalam SAO, apa yang kita butuhkan bukanlah refleks ataupun jumlah secara angka dalam level, tetapi informasi yang memadai. Aku menaikkan level mereka dengan efisiensi yang tinggi tetapi tidak memberitahukan kepada mereka informasi. Itu adalah sebuah tragedi yang aku sebabkan dengan kedua tanganku, dan aku sendirilah yang membunuh Sachi yang telah aku janjikan untuk aku lindungi.

Mengenai apakah dia ingin untuk mengutukku dengan kejam pada saat terakhirnya, aku harus menahannya. Alasan mengapa aku terus menerus mencari mengenai revival item yang dirumorkan adalah hanya untuk mendengar kata-kata itu.


Selama empat hari yang tersisa sebelum Natal, levelku naik sekali lagi, menjadi 70.

Selama masa ini, aku tidak tidur sedikitpun. Ini adalah harganya. Kadang-kadang aku merasakan sakit kepala yang menusuk, seakan-akan aku tertusuk oleh paku, tetapi aku merasa bahwa bahkan bila aku berbaring, aku tidak akan dapat tertidur.

Semenjak perjumpaan itu, guild Fuurinkazan dari Klein tidak pernah berada ke lembah semut ini lagi. Aku terus menerus mengantri dengan guild-guild lainnya, memburu semut-semut mekanis itu sendirian. Ekspresi wajah dari para pemain yang melihat mataku juga pada alhirnya berubah dari mengejek menjadi jijik. Walaupun masih ada beberapa pemain yang merespon sapaanku, segera setelah siapapun memasuki lapangan pandangku, wajahnya akan segera berpaling dariku.

Diantara sekelompok pemain yang targetnya adalah hadiah Natal itu, pertanyaan terbesarnya adalah dimana pohon fir raksasa dimana «Nicholas the Renegade» akan muncul di bawahnya—mengenai pertanyaan ini, aku memanfaatkan waktu menunggu di lembah semut itu, dan mendapatkan sebuah jawaban yang hampir pasti.

Aku telah pergi ke semua koordinat yang aku beli dari berbagai usaha inteligen, tetapi walaupun dari luarnya mereka tampak seperti pohon Natal, tetapi mereka ternyata bukanlah pohon fir, tetapi pohon pinus. Daunnya yang seperti duri yang ada di pohon pinus tidak sama. Bagian depan dari daun fir berbentuk oval tipis dan memanjang. Karena di dunia nyata aku telah melihat kedua tipe pohon ini di halaman belakangku, aku mengetahuinya.

Beberapa bulan yang lalu, aku berada di area latihan di lantai tiga puluh tiga dimana terdapat sebuah dungeon yang mentransfer pemain secara acak yang dinamakan "Lost Forest", dan di sebuah ujung tertentu dari hutan itu aku menemukan sebuah pohon raksasa yang berlekuk. Aku merasa bahwa terdapat beberapa arti tersembunyi dari bentuknya, mungkin tempat mulai dari sebuah tugas yang tidak diketahui jadi aku dengan teliti menyelidikinya, tetapi tidak menemukan apa-apa. Bila aku meninjau ulang, pohon raksasa itu adalah sebuah pohon fir. Pada malam Natal– yaitu, malam ini, sebuah monster spesial bernama «Nicholas the Renegade» akan muncuk di bawah pohon itu.

Aku mendengarkan suara yang menandakan bahwa aku sekarang level 70 tanpa perasaan apapun, dan setelah gerombolan semut di dekatku sudah dibereskan, aku mengambil dari tasku sebuah teleport crystal. Tanpa menyapa para pemain yang sedang mengantri, aku langsung pergi ke lantai di garis depan dimana aku menginap, di jalan utama lantai ke-empat-puluh-sembilan.

Aku mengangkat kepalaku untuk melihat menara jam di gerbang alun-alun kota, untuk melihat bahwa masih ada tiga jam sebelum tengah malam. Mungkin karena mereka ingin menghabiskan malam natal bersama, di dalam alun-alun penuh dengan pasangan pemain. Aku dengan cepat melewati mereka untuk kembali ke tempatku menginap.

Berlari ke ruanganku sendiri, aku segera membuka tempat penyimpanan yang dipasang di dalam ruangan, mengambil dari item window yang muncul semua kristal pemulihan, detoksifikasi dan potion dan semacamnya. Walaupun ini semua sudah berjumlah besar dalam perhitungan neraca keuanganku, aku tidak akan merasa kasihan bahkan bila mereka semua terpakai.

Segera sesudah aku mengambil sebuah pedang satu-tangan dari koleksiku, menegaskan kembali durabilitasnya, aku mengambil pedang di punggungku yang sebelumnya aku gunakan untuk melawan semut-semut itu dan menukarnya. Lalu aku juga menukar mantel kulit dan pelindungku dan semuanya yang aku pakai dengan item baru. Ketika aku telah selesai, aku baru saja akan menutup window-nya ketika aku melihat inventory-ku dan menghentikan tanganku.

Di sana, sebagai tambahan dari milik «Sendiri» yang tertulis disana, inventory page milikku, terdapat label lain yang tertulis dengan nama «Sachi».

Ini adalah hasil dari hubungan yang sangat baik antara dua pemain, tetapi tidak berlanjut ke dalam «Pernikahan» —pemain seperti mereka menentukkan item window bersama mereka. Hal ini berbeda dengan bagaimana semua item di dalam pernikahan digunakan bersama dimana hanya item yang ditaruh di dalam window yang berbeda ini yang digunakan bersama.

Sachi, yang tidak pernah meminta untuk pengakuan cinta atau untuk berpegangan tangan sebelumnya, meminta pada tak lama sebelum kematiannya untuk membuat window ini. Ketika aku bertanya mengenai alasannya, dia memberikan sebuah jawaban yang sulit diterima, yaitu untuk dengan mudah bertukar healing potion dan item yang serupa—bila ini adalah maksudnya, disana dengan jelas terdapat sebuah window di dalam guild yang terbuka yang dapat digunakan untuk itu. Tetapi meskipun demikian aku setuju, dan mengatur window ini untuk berbagi hanya antara Sachi dan aku.

Walaupun Sachi meninggal, window ini masih ada. Tentu saja, daftar temannya akan tetap memiliki nama Sachi, tetapi namanya akan berwarna abu-abu karena dia tidak dapat dihubungi. Dan beberapa healing potion yang tersisa di dalam inventory yang digunakan bersama, ini juga tidak akan digunakan. Setelah setengah tahun, walaupun halaman guildnya terhapus tanpa perasaan apapun, aku tidak dapat menghilangkan label dengan nama Sachi di dalamnya. Tentu saja—alasannya bukan karena aku percaya bahwa dia dapat dihidupkan kembali—Aku hanya tidak dapat memaafkan diriku sendiri yang akan dapat merasa lebih baik setelah menghapus namanya.

Aku baru pulih dan menutup window-nya setelah melihat nama Sachi selama sepuluh menit. Sekarang adalah dua jam sebelum tengah malam.

Sementara aku berjalan keluar dari ruangan dan menuju ke arah transfer gate, aku terus berpikir mengenai ekspresi wajah Sachi pada saat terakhirnya, apa yang dia pikirkan, dan, apa yang sebenarnya dia ingin katakan.

Berpindah ke gerbang yang ada di lantai ke-lima-puluh-lima, aku datang ke alun-alun yang benar-benar berbeda dengan kota yang sebelumnya ataupun di garis depan, sebuah alun-alun yang sangat sepi. Mungkin karena masih ada jarak antara tempat ini dengan daerah pertempuran utama dari pemain tingkat menengah, area jalan utamanya secara sederhana tidak cukup berharga untuk dipakai jalan-jalan. Tetapi tetap saja, aku tetap menarik kerah dari mantelku keatas untuk menghindari mata dari beberapa pemain yang ada di area, dengan cepat meninggalkan jalan.

Tidak ingin menghabiskan waktu melawan musuh yang lemah, aku mulai berlari setelah memeriksa bahwa tidak ada yang mengejarku dari belakang. Dengan level yang berhasil aku dapat selama satu bulan terakhir, agility-ku meningkat banyak, dan kedua kakiku yang menapak salju terasa seringan bulu. Rasa sakit yang menusuk yang datang dari pelipisku tidak pernah menghilang, tetapi hal itu menyebabkan pikiranku tidak dapat tidur sama sekali.

Setelah sekitar 10 menit berlari, aku tiba di pintu masuk dari forest maze. Dungeon yang ada di medan ini terpisah menjadi berbagai poligon berujung 4, dan karena setiap areanya saling berhubungan, dapat dikatakan tidak mungkin untuk dapat menembusnya tanpa peta.

Setelah membuka peta, aku menatap ke arah area yang ditandai dan yang telah aku lalui. Setelah mengingat jalurnya di dalam pikiranku, aku berangkat sendirian ke hutan yang sunyi itu.

Setelah dua pertarungan yang tidak dapat aku hindari, aku memasuki area di depan semua pohon yang berada di sekitar sasaran tanpa kesulitan apapun. Masih ada lebih dari tiga puluh menit tersisa.

Lalu, aku akan bertarung dengan monster bos sendirian yang mungkin akan mengambil nyawaku—sebuah kemungkinan yang tinggi untuk itu. Aku tidak dapat merasakan rasa takut apapun didalamku. Sebaliknya, mungkin ini adalah apa yang aku harapkan. Untuk mati di dalam pertarungan untuk menghidupkan kembali Sachi mungkin adalah satu-satunya jalan aku dapat menerima kematian—

Aku tidak ingin mengatakan sesuatu yang heroik seperti aku mencari tempat peristirahatanku. Aku menyebabkan Sachi dan keempat temanku yang lain untuk mati tanpa arti, dan aku tidak memiliki hal apapun untuk mencari sebuah kematian yang berarti.

Apa gunanya melakukan hal ini? Sachi sebelumnya bertanya kepadaku. Dan aku menjawabnya, tidak ada gunanya.

Sekarang ini, aku akhirnya dapat mengubah kata-kata itu menjadi sebuah kenyataan. Sachi meninggal tanpa arti di dalam permainan kematian SAO ini yang tanpa arti yang dibuat oleh orang jenius yang gila Kayaba Akihiko itu. Dengan itu, aku akan mati di sebuah tempat yang tidak akan diketahui orang lain, tidak diingat oleh siapapun, dan untuk meninggal tanpa arti seperti itu.

Bila, aku mengalahkan bosnya dan hidup, revival item itu akan berubah dari sebuah rumor menjadi sebuah kenyataan. Itu adalah apa yang aku pikirkan. Jiwa Sachi akan kembali dari jalan kematian atau Sungai Styx, dan kemudian aku akhirnya dapat mendengar kata-kata terakhirnya. Akhirnya—pada akhirnya, biarkan aku menunggu untuk saat ini...

Tepat ketika aku sudah siap untuk melangkah ke depan dan selesai menjalani beberapa meter terakhir, beberapa pemain muncul dari warp point di belakangku. Aku melompat mundur karena kaget sementara aku memegang pangkal pedang yang ada di belakangku.

Apa yang muncul adalah sebuah grup yang terdiri dari 10 orang, dan berdiri tepat di depan mereka adalah seorang samurai dengan pelindung ringan, sebuah katana di pinggangnya, dan sebuah ikat kepala—Klein.

Anggota utama dari guild Fuurinkazan masing-masing terlihat gelisah sementara mereka bergerak mendekat ke arahku dari warp point yang ada di belakang mereka. Aku terus melihat wajah Klein dan mengeluarkan sebuah suara yang serak.

“…Apakah kamu mengikutiku?"

Klein memegang rambutnya yang menjadi tegak karena bandanna itu dan mengangguk.

“Yah.Kami memiliki seseorang dengan keahlian melacak yang baik."

“Mengapa aku?"

“Karena aku membeli informasi bahwa kamu membeli semua koordinat pohon, dan untuk alasan keamanan, aku berangkat untuk melihat dari gerbang penjaga di lantai ke-49, tetapi mengetahui bahwa kamu sedang bergerak ke arah lantai dimana tidak ada informasi sama sekali. Aku merasa bahwa kemampuan bertarungmu dan insting pemainmu sangat kuat, lebih kuat dari grup penyelesai... bahkan lebih dari Heathcliff. Jadi, Kirito, kamu tidak boleh mati di tempat seperti ini."

Klein mengulurkan tangan kanannya, menunjukkan jarinya kepadaku dan berteriak,

“MENYERAHLAH MENGENAI SERANGAN SOLO YANG GEGABAH ITU DAN BERKELOMPOKLAH BERSAMA KAMI! BIARKAN ORANG YANG MENDAPAT REVIVAL ITEM DROP ITU YANG MENYIMPANNA, OKE!?"

“…Bila begitu..."

Aku tidak dapat percaya bahwa Klein mengatakan hal itu kepadaku karena dia melihatku sebagai seorang teman, bahwa dia mengkhawatirkanku.

“Bila begitu, tidak ada gunanya... Aku harus menyerang seorang diri..."

Aku menggenggam erat pangkal pedangku, dan pikiranku terbakar oleh kegilaan dan entah bagaimana tanpa sadar berpikir.

—Mari bunuh saja semuanya.

Di masa lalu, ketika permainan kematian ini dimulai, aku meninggalkan Klein, pemula ini yang tidak tahu apa-apa, dan pergi ke kota berikutnya. Aku menyesali hal ini untuk waktu yang lama, dan lega karena Klein dapat terus hidup dengan cara seperti itu.

Pada saat itu, aku benar-benar bertanya-tanya, apakah aku harus mencapai tujuanku bahkan bila aku harus membunuh satu dari teman-temanku yang sedikit ini dan jatuh sebagai seorang pemain merah? Hatiku dengan lemah berteriak bahwa hal ini tidak ada gunanya, tetapi terpukul mundur secara mutlak oleh sebuah raungan yang sangat keras.

Aku benar-benar percaya bahwa bila aku sedikit saja menghunus pedangku kemudian, aku tidak akan dapat menghentikan diriku sendiri mulai dari saat itu. Dan Klein sedang melihatku dengan sedih sementara tangan kananku gemetar dan terus berusaha menolaknya.

Pada saat itu, sebuah grup ketiga pengganggu datang.

Juga, grup ini bukanlah sebuah grup yang hanya beranggotakan 10 orang, tetapi sekitar tiga kalu kelompoknya. Aku menatap dengan kosong kepada kelompok besar itu dan menggumam kepada Klein, yang berbalik dengan sikap terkejut yang serupa,

“Kelihatannya kalian juga diikuti, Klein."

“…Ahh, kelihatannya begitu..."

Di perbatasan yang kelihatannya sekitar 50 meter jauhnya, terdapat orang-orang yang baru saja aku lihat di bukit semut, dengan diam menatap kepada Fuurinkazan dan aku. Pendekar pedang Fuurinkazan yang berdiri disebelah Klein menyondongkan diri ke sebelah wajah pemimpinnya dan berbisik,

“Mereka adalah orang-orang dari «Divine Dragon Alliance», sekelompok orang yang dapat menjadi pemain oranye hanya untuk menyerang flag boss."

Aku sering juga mendengar nama itu. Nama mereka sama terkenalnya dengan Knights of the Blood, guild terbesar diantara grup penyelesai. Masing-masing dari mereka seharusnya berada di bawahku dalam level, tetapi aku tidak percaya dapat mengalahkan orang sebanyak itu.

Tetapi—mungkin hasil akhirnya akan sama.

Tiba-tiba aku merasa bahwa entah aku dibunuh oleh monster bos atau sebuah guild, itu semuanya adalah sias-sia. Tetapi, setidaknya itu adalah sebuah pilihan yang lebih baik daripada bertarung melawan Klein, bukan?

Aku memutuskan untuk menghunus pedang dari punggungku. Aku bahkan malas untuk berpikir. Aku hanya perlu menjadi seperti robot dan terfokus untuk mengayunkan pedangku, menghancurkan semua yang ada di depanku hingga aku hancur.

Akan tetapi, teriakkan Klein menyebabkan tanganku terhenti.

“TERKUTUK! PARA BAJINGAN ITU!"

Pengguna katana itu menghunus senjata di pinggangnya lebih cepat dari aku dan menggeram kepadaku dari belakang.

“Pergi kesana, Kirito! Serahkan hal ini kepadaku! Pergi kalahkan bos-nya! Tetapi aku tidak akan membolehkanmu untuk mati! Aku tidak akan memaafkanmu bila kamu berani untuk mati di depanku! Tidak akan pernah!"

“…”

Tidak ada banyak waktu yang tersisa. Aku membalikkan punggungku kepada Klein dan memasuki warp point terakhir tanpa berkata terima kasih.




Pohon-pohon fir yang besar itu, lokasi yang aku ingat, dan lekukan dari ingatan-ingatanku, mereka semua berada di situ membisu. Kelihatannya tidak ada area bersisi 4 dengan pepohonan lainnya karena datarannya bercahaya dengan salju yang putih murni, dan kelihatan seperti tanahtandus dimana semua kehidupan telah sirna.

Sementara timer yang berada di ujung mataku mencapai angka nol, sebuah alarm terdengar entah dari mana, dan aku menengadahkan kepalaku dan melihat di atas puncak pohon.

Langit yang hitam kelam, atau bisa dibilang, dari dasar dari lantai atas sebagai latar belakang, garis-garis cahaya itu terus menerus mendekat. Melihat lebih dekat ke arah hgaris-garis itu, aku menemukan bahwa itu adlah seekor monster berbentuk aneh yang menarik sebuah kereta luncur raksasa.

Ketika kereta itu mencapai puncak pepohonan, sebuah bayangan hitam terbang turun dari kereta luncurnya, dan aku mundur beberapa langkah.

Apa yang mendarat dengan keras dan menyebarkan salju adalah seekor monster yang 3 kali ukuranku. Monster itu masih memiliki penampilan seperti manusia, tetapi kedua lengannya sangat panjang, dan karena tubuhnya membungkuk ke depan, kedua lengannya hampir menyentuh tanah. Kedua mata merah kecilnya bercahaya di bawah tonjolan yang abnormal dari kening bayangan itu. Bagian bawah dari wajahnya penuh dengan janggut ikal berwarna abu-abu, dan panjangnya mencapai pinggang.

Anehnya, monster ini memakai sebuah kemeja berwarna merah dan putih, sebuah topi berbentuk kerucut yang berwarna sama, membawa sebuah kapak di tangan kanannya, dan sekantong besar penuh barang-barang di tangan kirinya. Orang yang mendesain monster ini mungkin ingin membuat sekelompok besar pemain untuk takut tetapi terhibur ketika mereka melihat versi yang sangat jelek dari seorang bos Sinterklas. Tetapi untukku yang melawan «Nicholas the Renegade» ini seorang diri, penampilan dari bosnya tidak penting.

Nicholas mungkin akan memulai kata-kata untuk misi ini sementara dia bersiap menggerakkan janggutnya yang bertautan.

“Diam!"

Sementara aku menggumamkan hal ini, aku menghunus pedangku, dan kaki kananku menjejak keras lapisan tebal salju.


Sudah lebih dari satu tahun smenjak aku mulai bermain SAO, tetapi ini adalah pertama kalinya HP bar-ku memasuki zona merah.

Setelah poligon dari target yang terkalahkan itu pecah, dia hanya meninggalkan sebuah kantong. Tidak ada satupun restoration crystal yang tersisa dalam inventory-ku, aku tidak pernah berada sedekat ini dengan kematian sebelumnya. Walaupun aku selamat, tidak ada kegembiraan ataupun ketenangan di dalam hatiku. Sebaliknya, aku merasakan sebuah emosi yang lebih dekat dengan kekecewaan. Mengapa aku selamat?

Sementara aku menyarungkan pedangku kembali, kantong itu bercahaya dan kemudian menghilang. Semua item yang dijatuhkan oleh target seharusnya masuk ke dalam inventory-ku. Menarik napas dalam, aku menaikkan tanganku yang gemetaran dan memanggil inventory window.

Inventory window itu memiliki banyak tabel yang akan membuat jengkel kebanyakan pemain. Senjata dan pelindung, Perhiasan/Ore, Kristal, dan bahkan Bahan makanan, aku mencari di dalam window yang dipenuhi dengan tabel item untuk mencari sebuah item.

Beberapa detik kemudian, item yang aku cari memasuki lapangan pandangku.

Item itu dinamakan «Divine Stone of Returning Soul».

Jantungku mulai berdetak sangat kencang, hal ini terasa seakan-akan darah baru mulai mengalir ke dalam bagian dari hatiku yang telah mati rasa selama beberapa hari terakhir - beberapa bulan terakhir.

Da... Dapatkah aku menghidupkan Sachi kembali? Bila hal ini dapat dilakukan, tidakkah ini berarti bahwa, Keita, Tetsuo, dan jiwa dari setiap pemain yang telah kehilangan nyawa mereka di dalam SAO semenjak permulaan belum di hancurkan...?

Ini mungkin adalah satu-satunya kesempatanku untuk bertemu Sachi kembali. Hanya memikirkan hal itu membuat jantungku berhenti berdetak sesaat. Tidak peduli kutukan atau sumpah serapah macam apa yang mungkin dilemparkan kepadaku atau konsekuensi apapun yang mungkin terjadi karena semua kebohonganku, kali ini aku akan memeluknya dengan erat dengan kedua lenganku dan melihat kepada sepasang mata berwarna kehitaman itu dan mengatakan kata-kata yang ada di lubuk hatiku. Aku sebenarnya tidak berkata bahwa kamu tidak akan pernah mati, tetapi mengenai akulah yang akan melindungimu. Untuk memenuhi janji itu, aku akan bekerja jeras untuk membuat diriku menjadi lebih kuat.

Setelah beberapa usaha gagal untuk memilih batu yang ada di window itu karena tanganku yang gemetaran, aku akhirnya berhasil mematerialisasikan «Divine Stone of Returning Soul» itu. Mengambang di atas inventory window adalah sebuah batu permata seukuran telur yang begitu indahnya sehingga tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.

"Sachi.......Sachi....."

Memanggil namanya, aku menyentuh batu permata itu, lalu memilih help menu yang ada pada window, penjelasan singkat muncul di atas panel dengan model cetakan huruf yang kukenal.




[Item ini dapat digunakan melalui shortcut menu dari pemain atau memegang item yang telah dimaterialisasikan dan berteriak «Revive .. (Nama Pemain)», efeknya hanya bekerja dan menghidupkan kembali pemain dalam kerangka waktu antara kematian dari pemain hingga menghilangnya efek cahaya item. (kurang lebih 10 detik)]




Kurang lebih 10 detik.

Ucapan ini yang sepertinya ditambahkan secara sengaja, dengan jelas dan kejam mengumumkan bahwa Sachi tidak akan pernah dapat dihidupkan kembali.

Kurang lebih 10 detik. Ini adalah waktu antara ketika HP seorang pemain jatuh menjadi nol, dan tubuhnya terpecah menjadi berbagai poligon, hingga Nerve Gear mengirimkan sinyal elektronik untuk memanggang otak pemainnya di dunia nyata. Aku tidak dapat menahan diriku untuk membayangkan apa yang pasti dirasakan oleh Sachi selama jeda waktu 10 detik yang pendek itu, dari tubuhnya yang menghilang hingga Nerve Gear memanggang otak dari pemiliknya. Hal itu pasti sangat menyakitkan baginya. DI dalam jeda waktu 10 detik ini, apa yang dia pikirkan? Aku berulang-ulang mengutuk diriku sendiri.....

"Ugg..Ahhhhhh. Ahhhhhhhhhhhhhhhh..."

Aku mengeluarkan sebuah teriakan yang seperti binatang.

Menggenggam Divine Stone of Returning Soul yang mengambang di atas inventory tab itu, aku melemparkannya dengan sekuat tenagaku ke tanah yang bersalju itu.

"Ahh... Ahhhhhhhhhhhhhhhhhh!"

Aku menginjak-injak kristal itu dengan penuh kemarahan dengan sepatuku sementara berteriak. Akan tetapi, kristal itu terus bersinar dengan mantap tanpa terpengaruh oleh penginjakan ini, bahkan tidak ada satu goresan pun, terlebih lagi retakan apapun pada kristal itu. Aku berteriak dengan sekuat tenagaku, menyekopkan kedua tanganku ke tanah dan menggunakan jemariku aku menggenggam salju yang terkumpul itu, pada akhirnya aku terus meneruskan teriakkanku sementara aku berguling di salju.

Tidak ada artinya, semuanya tidak ada artinya. Tidak peduli bila Sachi meninggal sementara dia sedang ketakutan dan kesakitan, atau diriku menantang target spesial pada masa Natal, TIDAK, hidup di dunia ini atau fakta bahwa 10,000 pemain terperangkap disini benar-benar tidak mempunyai arti. Aku akhirnya menyadarinya sekarang, ini adalah satu-satunya kebenaran yang ada disini.

Aku tidak tahu berapa lama aku melakukan hal ini, tidak peduli bagaimana aku berteriak, bagaimana aku berseru, aku tidak memiliki keinginan apapun untuk menangis. Itu karena tubuh buatanku ini tidak memiliki fungsi itu? AKhirnya, dengan lelah aku berdiri, mengambil holy crystal yang terkubur di dalam salju itu dan bergerak menuju portal yang mengarahkanku ke area sebelumnya dari dungeon ini.

Hanya ada Klein dan anggota dari «Fuurinkazan» yang tersisa di hutan. Para anggota dari «Divine Dragon Alliance» tidak dapat terlihat dimanapun. Sementara aku berjalan ke arah pengguna katana yang sedang duduk di tanah, aku memeriksa untuk mengetahui bahwa jumlah mereka tidak berkurang.

Jelas bahwa Klein adalah satu-satunya yang kelelahan, tetapi tidak selelah aku. Aku hanya dapat menebak bahwa dia bernegoisasi dengan para anggota Divine Dragon Alliance dan bertarung dalam sebuah duel. Akan tetapi, hatiku tidak merasa bersyukur.

Pengguna katana itu melihatku datang mendekat, dan ekspresi wajahnya menunjukkan sebuah kelegaaan. Akan tetapi, bibirnya menjadi kaku setelah melihat ekspresi wajahku.

"...........Kirito............"

Aku menjatuhkan holy crystal itu di lutut Klein yang memanggil namaku dengan suara yang rendah dan kasar.

"Ini adalah revival item itu, tetapi ini tidak dapat digunakan kepada orang yang telah lama mati. Ambillah dan selamatkan orang berikutnya yang mati di depanmu."

Sementara aku bersiap untuk mengarah ke pintu keluar setelah mengatakan hal itu, Klein menggenggam mantelku.

"Kirito... Kirito......"

Hal ini mengejutkanku untuk melihatnya dengan air mata yang mengalir turun ke pipinya yang berjanggut.

"Kirito... Kamu... Kamu harus selamat.... Bahkan bila semua orang yang lain menghilang... Kamu harus selamat hingga akhir....."

Aku menarik lengan mantelku dari tangan Klein, yang terus menangis sementara dia mengulang kata-katanya untukku agar terus hidup.

Selamat tinggal.

Setelah mengatakan hal itu, aku berjalan keluar dari hutan seperti orang yang tersesat.




Pada saat aku sadar mengenai sekelilingku, aku telah kembali berada di ruanganku di dalam sebuah penginapan di lantai ke- 49 tanpa ingatan apapun mengenai bagaimana aku dapat kembali kesini.

Waktunya sekarang adalah sekitar jam 3 pagi.

Aku mulai berpikir mengenai apa yang harus aku lakukan mulai saat ini hingga ke depan. Selama satu bulan terakhir, revival item itu adalah motivasi untukku untuk terus hidup. Walaupun item itu benar ada, itu bukanlah item yang aku inginkan.

Setelah berpikir untuk beberapa lama, aku memutuskan untuk pergi keluar dan bertarung dengan bos dari lantai ini ketika fajar sudah menyingsing. Bila aku mengalahkan bos itu, aku akan meneruskannya denngan mengalahkan bos dari lantai ke-50, lalu kemudian aku akan meneruskannya ke bos lantai ke-51.

Aku tidak dapat memikirkan akhir lainnya untuk pelawak bodoh ini. Setelah membuat keputusan ini, perasaanku mulai tenang, dan aku hanya duduk di kursi seperti itu. Tidak melihat apapun, tidak memikirkan mengenai apapun, tetapi menunggu untuk datangnya pagi.

Cahaya bulan yang bersinar turun melalui jendela mulai berubah posisi sedikit demi sedikit, dan akhirnya, cahaya itu digantikan oleh cahaya kelabu dari fajar. Aku tidak tahu berapa jam aku tidak tidur, tetapi terasa enak untuk pagi terakhir setelah malam terburuk.

Sementara jam di dinding berdetik menuju jam 7 pagi, aku bersiap untuk banghit dari kursi, dan sebuah alarm yang aneh berbunyi di telingaku.

Melihat sekeliling, aku tidak dapat menemukan sesuatu yang dapat menjadi sumber dari suaranya. Akhirnya, di sudut penglihatanku, aku menemukan sebuah sinyal ungu penunjuk dari main window yang berkedip, dan aku menggerakkan jemariku.

Apa yang bercahaya adalah item window bersama antara Sachi dan aku. Disana terdapat sebuah item dengan penggunaan terbatas. Aku menggulung turun halamannya dalam keadaan bingung, dan menemukan pesan dalam record crystal yang diaktivasikan dengan timer.

Aku mengeluarkan kristalnya, menutup windownya dan meletakkan kristal itu di meja.

Setelah memilih kristal yang bersinar itu, aku mendengar suara Sachi yang kurindukan.










Kirito, Selamat Natal.




Pada saat kamu mendengar pesan ini, aku mungkin sudah mati. Hal itu karena bila aku masih hidup, aku telah memutuskan untuk mengambil kristal ini dari inventory bersama pada malam Natal dan membiarkanmu mendengar apa yang ingin aku katakan secara langsung.




Bahwa... Biarkan aku menjelaskan alasan mengapa aku merekam pesan ini.




Aku, mungkin, tidak akan dapat bertahan hidup untuk waktu yang lama. Tentu saja, ini bukan karena aku meragukan kemampuan dari Kirito dan guild «Black Cats of the Full Moon». Karena Kirito sangat kuat dan anggota lainnya juga menjadi semakin kuat setiap harinya.




Bagaimana aku menjelaskannya..... Teman perempuan yang sangat dekat denganku dari guild yang lain kehilangan nyawanya. Karena dia adalah seorang yang penakut sepertiku, dia hanya berburu di area aman tetapi karena nasib buruknya, dia terbunu oleh para mob pada jalan kembali ke kota. Setelah itu aku memikirkan mengenai berbagai hal dan aku akhirnya mencapai sebuah kesimpulan. Untuk terus hidup di dunia ini, tidak peduli sekuat apa teman seperjalananmu, bila kau tidak mempunyai semangat untuk hidup atau tekad untuk selamat tidak peduli apa yang terjadi, kematian jelas menunggu.




Untukku... Sejujurnya, mulai saat aku melangkah ke tempat latihan pemula aku telah dan masih tetap sangat takut. Sebenarnya, aku tidak pernah berniat untuk meninggalkan Starting City. Walaupun aku sangat dekat dengan para anggota dari Black Cats of the Full Moon di dunia nyata dan aku menikmati waktu yang kami habiskan bersama, tetapi aku benci pergi ke dalam pertarungan. AKu mungkin akan mati pada akhirnya bila aku terus memiliki sikap seperti ini di dalam pertarungan. Ini tidak disebabkan oleh siapapun, masalahnya ada pada diriku sendiri.




Sejak malam itu, kamu terus memberitahukanku bahwa itu tidak apa-apa setiap malam dan bahwa aku tidak akan mati. Itulah mengapa bila aku entah mengapa mati, kamu pasti akan menyalahkan dirimu sendiri untuk itu dan tidak akan memaafkan dirimu sendiri. Ini juga adalah alasan mengapa aku berpikir untuk merekam pesan ini. Aku ingin mengatakannya kepada Kirito, ini bukanlah salahmu. Bila ada masalah, itu adalah karena diriku. Tanggal dari pesan ini diatur untuk hari Natal berikutnya, karena aku aku akan setidaknya berusaha untuk tetap hidup hingga saat itu, berharap untuk berjalan di jalanan yang bersalju bersamamu.




Sebenarnya.... Aku tahu seberapa kuat Kirito sebenarnya. Suatu hari, ketika aku bangun dari tempat tidur Kirito, aku tanpa sengaja melihat levelmu dari status window-mu yang terbuka dari belakangmu.




Bahkan setelah berpikir panjang dan keras, aku masih tidak dapat menemukan alasan apapun mengenai kenapa Kirito-kun menyembunyikan level-nya yang sebenarnya dan membentuk kelompok dengan kami. Tetapi aku tidak mengatakan hal ini keapda anggota kelompok yang lain, karena aku percaya bahwa suatu hari kamu akan mengatakan langsung kepada kami alasannya.... Aku gembira ketika aku mengetahui bahwa kamu sangat kuat. Setelah mengetahui hal itu, aku mulai dapat tidur dengan tenang selama aku berada di sisimu. Mungkin untukmu, bersama denganku mungkin memiliki suatu arti bagimu, hal ini juga membuatku sangat senang. Bila ini memang benar, disana benar-benar ada artinya bagiku untuk datang ke lantai yang lebih tinggi bahkan bagi orang yang penakut sepertiku.




Itu... Sebenarnya, apa yang ingin aku katakan adalah, bahkan bila aku mati, kamu harus terus berusaha untuk bertahan hidup. Teruslah hidup, lihatlah dunia ini hingga akhirnya, tolong bantu aku menemukan alasan mengapa dunia ini dibuat, arti dari orang yang penakut sepertiku di dunia ini, pentingnya pertemuan kita. Itu adalah harapanku.




Ah... Kelihatannya masih ada beberapa waktu yang tersisa. Kristal ini dapat merekam banyak hal. Hmmm, lalu, karena Natal adalah suatu saat yang spesial, aku akan menyanyikan sebuah nyanyian Natal. Aku memang lumayan percaya diri dengan suaraku. Aku rasa aku akan menyanyikan Rudolph, sang rusa berhidung merah. Sebenarnya aku lebih memilih menyanyikan lagu lain seperti Winter Wonderlan, dan White Christmas yang lebih banyak diketahui, tetapi sayangnya aku hanya dapat menyanyikan lirik dari lagu ini.




Mengapa aku hanya mengingat lirik dari Rudolph, sang rusa berhidung merah? Malam sebelumnya, Kirito berkata sesuatu kepadaku, "Tidak peduli siapa dirimu, kamu pasti akan membuat sebuah perubahan di dalam kehidupan seseorang." Mengatakan kepadaku bahwa bahkan bila itu aku, masih ada tempat untukku berada. Setelah aku mendengar kata-kata itu, aku menjadi amat sangat senang dan mengingat lagu ini. Aku tidak tahu mengapa tetapi mungkin itu karena aku menganggap diriku sendiri sebagai Rudolph dan kamu sebagai Sinterklas.... bila aku harus mengatakannya, kamu terasa seperti seorang ayah. Ayahku meninggalkanku ketika aku masih sangat muda, karena itulah setiap malam ketika aku tidur disampingmu, aku terus bertanya-tanya bila itu adalah perasaan yang akan diberikan oleh seorang ayah. Ah, baiklah, aku akan mulai menyanyi.










Rudolph, sang rusa berhidung-merah

mempunyai sebuah hidung yang sangat terang.

Semua rusa yang lainnya

dahulu tertawa dan memanggilnya dengan berbagai nama.

Lalu pada suatu malam Natal

Santa datang berkata:

"Rudolph dengan hidungmu yang begitu terang, maukah kamu memandu kereta luncurku malam ini? "

Rudolph yang selalu menangis, mulai tersenyum malam itu.




...... Untukku, kamu akan selalu seperti sebuah bintang terang yang bersinar dan membimbingku dari ujung lain dari sebuah lorong yang gelap. Selamat-tinggal, Kirito. Aku sangat beruntung untuk dapat bertemu denganmu dan berada bersamamu.

Terima kasih.

Selamat tinggal.

Penulis : Rulli Rhamananda ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 2 Bab 4 Rusa Hidung Merah Bagian II ini dipublish oleh Rulli Rhamananda pada hari Sabtu, 17 November 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 2 Bab 4 Rusa Hidung Merah Bagian II
 

0 komentar:

Posting Komentar