Sword Art Online Jilid IV Bab V (Bagian II)



Kirito, dengan kepalanya menunduk ke bawah, mengenakan ekspresi sedih di wajahnya.

Lyfa yang menatapnya dari samping dan tidak dapat menahan perasaan déjà vu, berpikir ia pernah melihat ekspresi ini sebelumnya. Lyfa menepis perasaan itu dan menggelengkan kepalanya berkali-kali.

"I, iya...saya juga meminta maaf...Kamu telah berjuang keras untuk menyelamatkan diriku dan rasku. 'ALO hanyalah sebuah game', kamu tidak akan mungkin berpikir seperti itu, saya pasti yang paling memahami itu..."

<<VRMMO-RPG>>, termasuk ALFheimOnline, adalah sebuah game bergenre baru--di suatu tempat kemungkinan mereka menguji pemain mereka. Akhir-akhir ini, Lyfa merasakan dengan kuat hal itu.

Pengujian, untuk melebih-lebihkannya, berarti bahwa ini kemungkinan adalah sbuah tantangan. Karena ini sebuah game, kamu tidak bisa selalu menang. Kadangkala perangkap dari ras bermusuhan akan menghentikanmu untuk maju ke depan, atau mereka hanya akan menyerangmu dari depan dan menghapusmu.

Pada saat itu, betapa seriusnya diri anda berjuang atau jika kamu bisa menahan dadamu dengan tinggi meskipun dalam kekalahan, game ini menguji hal itu. Di display panel datar (MMORPG Komputer), selain perintah gerakan, avatarmu tidak akan berubah sedikitpun; Kamu hanya akan mengetik kekalahanmu dengan cara apapun yang kamu inginkan. Sekarang, di keadaan FullDive, avatarmu dengan setia akan menghasilkan perasaan pemain. Bahkan memungkinkan untuk meneteskan air mata akibat malu.

Kebanyakan orang membenci menunjukkan perasaan mereka yang sebenarnya; Saat situasi berbalik melawan mereka sendiri, sebagian mencoba menetertawakannya, dengan cara log out saat akan dikalahkan. Bahkan Lyfa sendiri tidak ingin orang lain melihat wajahnya yang menangis kalau dia bisa.

Tetapi pemuda Spriggan misterius di depannya tidak ada hubungannya dengan proses berpikir yang disebutkan sebelumnya. Bahkan ketika terjebak oleh serangan yang memihak sisi Salamander di Koridor Ruger atau selama pertarungannya melawan Jendral Eugene dimana ia didorong mundur oleh pedang iblis, Kirito tidak pernah ragu-ragu menunjukkan amarah dan penyesalannya. Dia hanya melakukan apa yang harus dilakukannya, melewati hambatan di perjalanannya dan akhirnya menang. Ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh orang yang memandang rendah dunia ini sebagai <<hanyalah permainan>>.

"...Hei, kamu..."

'Sebelum kamu tiba di sini, game seperti apa yang kamu mainkan? Orang seperti apakah dirimu sebenarnya di dunia nyata?'

Dia ingin menanyai itu, tetapi menutupi bibirnya dengan ketat. Di VRMMOs, mengajukan pertanyaan tentang kehidupan nyata seseorang adalah sesuatu yang bahkan teman terdekatmu harus menahan diri dari itu.

Kirito memiringkan kepalanya ke arah Lyfa, dia hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum, diam-diam mengatakan 'tidak ada apa-apa'.

"...Jadi, kita sudah memutuskan sekarang. Saya bisa berada di sini selama dibutuhkan. Absensi sekolah sudah menjadi opsi tambahan bagiku."

Selesai mengatakan itu, Lyfa menawarkan tangan kanannya. 'Baiklah' Kirito sepertinya mengatakan sambil tertawa sebelum menyalami tangan Lyfa. Lyfa terus menerus menggelengkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah. Dia kemudian menyadari Yui, yang sedang duduk di bahu Kirito sambil tertawa senang, dan membuat Lyfa menjadi semakin malu. Saat ia melepaskan tangannya, bahkan ujung telinganya pun memanas, sehingga ia memalingkan wajahnya.

Tidak peduli dengan pertukaran ketiga orang di punggungnya, dewa jahat itu terus bergerak maju dengan cepat. Melihat ke kejauhan, Lyfa langsung lupa dengan perasaannya yang memanas di wajahnya dan alisnya mengkerut.

"Apa yang terjadi?"

Oleh suara Kirito, Lyfa mengulurkan tangan kanannya dan menunjuk ke kejauhan.

"Ingat apa yang saya katakan tentang pergi ke tangga terdekat di Barat atau Selatan? Anak ini tampaknya bergerak ke arah yang berlawanan...Lihat ke sana."

Di arah yang ditunjuk oleh Lyfa, siluet raksasa mulai muncul dari kegelapan. Membentuk busuran di langit-langit Jotunheimr, sebuah struktur besar berbentuk kerucut digantung. Seperti sebuah jaring, cabangnya merajut dan menenun bersama-sama untuk menahan es yang besar di tempatnya.

Dilihat dari efek kabur dari jarak ini, setidaknya sepuluh kilometer jauhnya. Tetapi bentuknya yang besar benar-benar mengganggu rasa jarak pemain. Beberapa poin bercahaya terjebak didalam es, memberikan ilusi mata raksasa yang berkedip dengan anggun.

"...Apa-apaan itu yang berkelok-kelok di dalam es itu...?"

"Saya hanya pernah melihatnya di sebuah foto...ini pasti akar-akarnya Pohon Dunia."

"Apa...?"

Lyfa menyipitkan matanya dan mengirimkan tatapan tajam ke profil Kirito, sebelum mengomnetar dia melanjutkan:

"Akar yang menembus melalui tanah ALFheim menggantung di atap Jotunheimr. Jadi bukannya membawa kita ke ujung sisi Jotunheimr, dewa-jahat ini membawa kita langsung ke pusatnya."

"Hmm...Pohon Dunia, tetapi itu kebetulan tujuan akhir kita...Jadi kalau kita memanjat akar-akarnya apakah kita bisa keluar dari sini?"

"Saya belum pernah mendengar hal itu. Apalagi, lihat sana---akar-akarnya hanya menjulur sampai pertengahan langit-langit dan tanah. Itu berarti lebih dari 200 meter dari tanah. Karena kita tidak bisa terbang di sini, ketinggian itu tidak dapat dicapai."

"Begitu..."

Setelah mendesah kecil, Kirito akhirnya tertawa tidak berdaya.

"Nah, sekarang kita hanya perlu menyerahkan semuanya ke kumbang atau bathynomous giganteus[1] Entah kita akan disambut di Dragon Palace[2] atau kita akan menjadi sarapan mereka."

"Hei, tunggu dulu. Apa maksudmu dengan bathyno-apapun itu? Harusnya kan gajah atau ubur-ubur."

Ketika Lyfa mencemberut dan kembali bertanya, Kirito hanya mengangkat alisnya atas respon tak terduga itu.

"Oh, kamu tidak tahu? Namanya yang lain adalah isopod raksasa...Ia tinggal di lautan dalam, jadi tampaknya seperti Armadilidium vulgare[3] melihat ukurannya..."

Kirito membentangkan kedua tangannya hingga sekitar ukuran memeluk. Tubuh bagian atas Lyfa bergetar sambil mengubah topik.

"Saya mengerti, mari kita memberinya nama! Nama yang lucu!"

Dengan kepala bundar dan tubuh bagian bawahnya yang penuh dengan tentakel, nama seperti gajah, nama seperti gajah...Lyfa berpikir dengan keras.

"Yuuzou'...bukan...'Zooringen'...itu juga bukan...

"Kalau begitu, Tonkii."

Kirito tiba-tiba mengatakan, yang mendapatkan tatapan kosong dari Lyfa. Itu tentu saja nama yang lucu tetapi bagaimana caranya dia memikirkan itu? -Gajah Tonkii, nama itu terdengar akrab.

Jawabannya muncul tepat dua detik kemudian setelah ia mulai mengaduk-aduk ingatannya. Ketika ia masih kecil, ia memiliki buku bergambar, dan itulah nama gajah yang ada di buku tersebut. Di bukunya, pada akhir perang panjang dulu, diberikan sebuah perintah untuk membuang semua hewan ganas di kebun binatang. Sambil menangis, si penjaga kebun binatang menaruh racun di pakan hewan, tetapi Tonkii si gajah cerdas tidak memakannya; Ia mati kelaparan sambil menerima sorakan mengulang, itulah plot ceritanya. Setiap kali ibunya menceritakan bagian itu, dia tidak bisa menahan tangisannya.

"...Saya rasa nama itu tidak akan membawa kita keberuntungan."

Lyfa berbisik, Kirito juga menganggukkan kepalanya dengan ekspresi meminta maaf di wajahnya.

"Mungkin saja begitu, tetapi itulah hal pertama yang muncul di pikiranku."

"Oh, jadi kamu tahu buku bergambar itu juga. Yah, baiklah. Kita gunakan nama itu."

Lyfa menepuk tangannya, lalu menepuk rambut pendek di dekat kakinya.

"Hei, dewa-jahat, mulai sekarang kamu akan dipanggil sebagain Tonkii."

Tentu saja, monster ini tidak memberikan respon, tetapi ia tidak menolak sehingga mereka berasumsi nama itu diterima. Namun, Lyfa belum pernah mendengar anggota ras Caith Sith yang menguasai teknik menjinak yang bisa membuat dewa-jahat taat. Yui, yang duduk di bahu Kirito, juga melambaikan tangannya yang kecil mengikuti Lyfa, memanggil monster yang ratusan kali lebih besar dari dirinya.

"Tonkii-san, senang bertemu denganmu! Mohon bantuannya!"

Kali ini, seolah-olah mengerti itu dengan tidak sengaja, dewa-jahat itu membuka-tutup insang di sisi kepalanya.




Si ubur-ubur gajah, yang sekarang bernama Tonkii, terus bergerak ke arah utara mengikuti sungai beku.

Lebih dari satu dua kali, mereka nyaris menghindari pertempuran dengan dewa-jahat lainnya yang berkeliaran di daerah ini. Tetapi untuk alasan yang tidak diketahui, dewa-jahat lainnya hanya melihat dari pepohonon atau bukit mereka, lalu pergi.

Mereka mungkin berpikir Lyfa dan Kirito adalah milik Tonkii, tetapi kenapa raksasa berwajah tiga itu menyerang Tonkii awalnya? Mungkin ada satu ada dua dewa jahat yang sama jenis dengan Tonkii, tetapi kebanyakan dari mereka mempunyai bentuk berbeda dari Tonkii maupu si raksasa.

Lyfa berpaling ke sisinya, ingin mendapatkan pendapat Kirito, tetapi pemuda Spriggan itu memejamkan matanya dan tampaknya mengantuk lagi. Lyfa menyiapkan tinjunya lagi dan baru ingin melaksanakan tinjuannya, dimana tiba-tiba sebuah ide terlintas di pikirannya; dia mengambil satu kepalan salju yang telah terjatuh di punggung Tonkii.

Sebelum bola salju tersebut menghilang, Lyfa dengan cepat mendorongnya ke bawah kerah hitam Kirito dan memasukkannya ke dalam punggungnya.

"Dingin!!"

Dihantam langsung oleh efek dingin, Kirito menjerit sambil melompat. Setelah mengatakan 'Selamat pagi' ke Kirito, Lyfa menanyakan keraguannya yang sebelumnya ke Kirito. Pemuda Spriggan itu kelihatan mencela untuk sementara, tapi tidak lama setelah itu ia berbicara sambil berpikir.

"...Dengan kata lain, bahkan di antara dewa-jahat, yang berbentuk manusia dan mereka yang berbentuk binatang sering bertarung dengan teratur..."

"Mungkin...Tetapi kemungkinan jenis humanoid hanya menyerang dewa jahat jenis seperti Tonkii..."

Area Jotunheimr baru ditambahkan bulan lalu sebagai bagian dari update penting, namun sebagian besar dari area itu masih belum dijelajahi karena tingginya tingkat kesulitan. Jika itu adalah semacam event, kemungkinan merekalah yang pertama untuk mengetahui eksistensi tersebut. Jika mereka hanya kelompok berburu normal yang melihat pertempuran Tonkii dengan raksasa, kemungkinan mereka hanya akan menontonnya dan setelah Tonkii tewas, mereka baru akan bertarung melawan raksasa---itulah hasil yang mereka duga.

"Yah, bagaimanapun juga hanya desainer dan Tonkii yang mengetahui bagaimana event ini akan berakhir, jadi mari kita kemana semua ini akan menuju."

Setelah mengatakan demikian, Kirito membaringkan dirinya kembali dan menggunakan tangannya sebagai bantal lalu menyilangkan kakinya. Yui terbang dari bahu Kirito dan mendarat di dadanya, lalu berbaring di posisi yang sama dengan pemuda berpakaian hitam itu. Sambil mendesah saat melihat betapa santainya mereka berdua, Lyfa memutuskan untuk membangunkan mereka dengan mantra sihir es jika mereka jatuh tertidur lagi. Melihat jam di tepi pandangannya, angka hijau pucat sudah melewati jam 3:00 pagi beberapa waktu yang lalu.

Sejauh ini, Lyfa tidak pernah berada di game melebihi jam 2:00 pagi dan apa yang berada di depannya adalah wilayah yang tidak diketahui. Lyfa dengan lembut membelai rambut-rambut pendek didekat kakinya, dengan perasaan campur aduk tentang game online yang dia mainkan sepanjang malam untuk pertama kalinya.

Dewa-jahat aneh ini, tanpa menyadari apa yang terjadi di punggungnya, tetap bergerak pada kecepatan yang sama...

Perjalanan mereka tiba-tiba berhenti di bukit yang tertutup es dan salju.

"Uwaa..."

Berpindah ke depan kepala Tonkii, Lyfa memandang ke depan dan dengan tidak sengaja tersentak kaget.

Itu sebuah lubang.

Skalanya tidak biasa. Sebuah lubang vertikal yang saking lebarnya sampai sisi jauhnya memudar menjadi kabut berwarna biru. Tebing terjal yang ditutupi salju tebal dan es yang dalam dimana terlihat tembus-pandang di atas dan dengan perlahan memudar menjadi warna biru muda, lalu dari warna biru menjadi biru nila dan menetap didalam pernis gelap yang makin menjauh jika dilihat. Tetapi, tidak peduli jika mata seseorang menatap, bagian pangkalnya diselimuti kegelapan yang dalam, membuatnya terlihat tanpa dasar.

"...Saya ingin tahu apa yang terjadi jika seseorang jatuh ke sana..."

Kirito berkata dengan suara yang tertekan. Yui, yang kembali ke bahunya, menjawab dengan suara yang serius:

"Bagian dasar struktur tidak didefinisikan di data peta yang bisa kuakses."

"Wow, jadi itu benar-benar jurang maut tanpa dasar."

Kirito dan Lyfa perlahan-lahan bergerak mundur, kembali ke atas punggung Tonkii. Sebelum itu, dewa-jahat itu bergerak lagi.

'- Tidak mungkin, apa ia ingin melempar kita he dalam lubang?!'

Lyfa menjerit di hatinya, tapi untungnya, dewa-jahat itu tampaknya tahu berterima-kasih. Ia melipat kedua-puluh kakinya dan memindahkan punggungnya horisontal sambil duduk.

Setelah beberapa detik, Tonkii akhirnya duduk di salju dengan suara jedukan keras. Yururu, ia berseru dengan suara rendah, lalu menarik masuk belalainya dan Tonkii benar-benar berhenti bergerak.

"..."

Kirito dan Lyfa melirik satu sama lain, lalu dengan hati-hati turun dari punggung Tonkii.

Setelah beberapa langkah, mereka berbalik untuk melihat ubur-ubur itu kembali, tetapi apa yang terbaring di sana bukan lagi gajah maupun ubur-ubur. Dengan tangan dan kepalanya diselipkan ke bawah tubuhnya, semua itu terlihat seperti sebuah bakpao raksasa yang diabadikan dalam salju.

"...Tonkii ini, sedang apa dia...."

Lyfa berjalan beberapa langkah maju untuk berdiri di samping Kirito, yang mengucapkan itu dengan takjub. Lyfa lalu mengetuk bulu abu-abu tebal tersebut.

"Hei, Tonkii, apa yang harus kita lakukan sekarang?!"

Tidak ada jawaban. Lyfa menepuk sisi dewa-jahat sedikit lebih keras dengan tangan kanannya dan merasakan adanya perubahan sedikit. Ketika Tonkii memberi mereka tumpangan, kulitnya seperti bantal urethane, tetapi sekarang berubah menjadi keras.

Tidak mungkin, apa dia meninggal ketika mencapai tujuannya? Sambil berpikir itu, Lyfa bergegas ke sisinya dan memaksa telinganya ke bawah bulunya. Sebuah suara bas 'boom boom, boom boom' yang samar dan periodik dapat didengarnya, Lyfa yang lega lalu melepaskan kepalanya dari sisi si dewa-jahat.

Dia masih hidup. Lyfa berpaling untuk melihat HP bar-nya yang telah pulih dari pertempuran dengan raksasa berwajah tiga dan sekarang telah pulih sampai penuh.

"Ini berarti...dia hanya tertidur? Ketika kita telah berjuang keras sepanjang malam?"

Lyfa cemberut, dia lalu memanjat ke punggung Tonki dan baru hendak menarik bulunya untuk balas dendam, ketika Kirito meninggikan suaranya dari belakang.

"Hei Lyfa, lihat ke atas, sungguh menakjubkan!"

"Apa...?"

Lyfa menoleh ke atas untuk melihat pemandangan, dan memang, itu adalah pemandangan yang menakjubkan.

Akar Pohon Dunia dan lilitan kerucut terbalik yang mereka lihat sebelumnya sekarang berada tepat di atas kepala mereka. Meskipun masih sulit diperkirakan, diameter dari es kerucut di atas kemungkinan sama dengan lubang yang melebar di bawah. Jika dilihat dengan cermat, ada kemungkinan untuk dapat melihat beberapa struktur di dalam es itu. Ruang transparan dan koridor yang diterangi api, menerangkan cahaya biru terang melalui es.

"Sungguh luar biasa...jika ini semua bagian dari satu dungeon, tidak dapat diragukan lagi inilah yang terbesar di ALO."

Lyfa mendesah dan tanpa disadari menggapai ke arah itu. Namun, tentu saja ada jarak 200 meter atau lebih ke dasar es besar itu. Itu adalah jarak yang bahkan anggota ras Imp, yang bisa terbang di bawah tanah, tidak akan mampu menyeberang.

"Bagaimana bisa menyeberang ke sana..."

Lyfa tanya Kirito, tapi sebelum dia bisa menjawab, pixie kecil yang duduk di bahu pemuda berpakaian hitam ini berbicara dengan suara menusuk.

"Papa, ada pemain-pemain lain yang mendekat dari arah timur! Satu... tidak, dibelakangnya ada... dua puluh tiga!"

"...!!"

Lyfa menarik napas yang dalam.

Dua puluh empat orang. Ini jelas party yang dibentuk untuk berburu dewa-jahat.

Awalnya, merekalah yang ingin kita temui. Jika kita beritahu mereka situasi kita dan setuju untuk bergabung, kita dapat menggunakan dungeon dengan tangga dan keluar ke atas permukaan.

Namun, sekarang. Singkat kata, tujuan dari pemain-pemain ini mendekat di situasi ini adalah...

Lyfa menggigit bibirnya, menatap ke arah timur, dan beberapa detik kemudian mendengar suara gemerisik kaki samar yang bergerak melalui salju. Itu adalah suara yang agak sulit didengar jika tidak untuk pendengarannya yang tajam sebagai anggota dari ras Sylph. Lyfa tidak dapat melihat mereka, jadi kemungkinan mereka menggunakan sihir menyembunyikan diri.

Lyfa dengan cepat mengangkat tangannya, bersiap-siap untuk menggunakan sihir yang dapat memungkinkan dirinya untuk melihat mereka. Namun, ada jarak yang tidak lebih dari sepuluh meter mulai mendistorsi seperti lapisan air. Seorang pemain tunggal muncul.

Dia adalah seorang pria berkulit putih pucat dan berambut biru muda dengan bayangan kebiruan panjang. Tidak diragukan lagi, dia berasal dari ras Undine. Ukiran-ukiran di armor kulit abu-abunya menirui wujud sisik, dan sebuah busur kecil menggantung di bahunya.

Pria ini mungkin bertanggung jawab dengan tugas pengintaian dan menemukan posisi musuh, dengan kata lain seorang pengintai. Dilihat dari gerakannya yang lentur dan perlengkapan tingkat tinggiya, bisa dikatakan dia adalah pemain tingkat tinggi.

Dengan matanya yang mengkilat dengan tajam, pengintai ini melangkah maju dan mengatakan kata-kata yang paling ditakuti Lyfa.

"Hei kalian, dewa-jahat itu, apa akan kalian buru atau tidak?"

Tentu saja, orang ini mengacu pada Tonkii, yang meringkuk seperti bola disebelah Lyfa.

Saat Lyfa tidak menjawabnya, wajah pria itu mulai menajam, dan ia lanjut berkata.

"Kalau kamu akan membunuhnya, lakukan dengan cepat. Jika tidak, enyahlah dari sini, atau kamu akan terjebak dalam serangan jarak jauh kami."

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, suara jejakan-jejakan kaki mulai terdengar dari balik punggung pria tersebut. Sepertinya pasukan utama party tersebut telah tiba.

Jika mereka party yang dibentuk dengan gabungan ras-ras yang berbeda di zona netral, maka masih ada harapan...

Tetapi harapan Lyfa dengan cepat dikhianati setelah melihat lebih dari dua puluh pemain berjalan melintasi salju. Mereka semua memiliki kulit putih dan rambut biru yang sama. Dengan kata lain, mereka adalah tim Undine elit berburu dewa-jahat, kemungkinan dari <<Crescent Moon Bay>>, jauh di sebelah timur.

Seandainya itu adalah pasukan gabungan yang dibentuk oleh <<murtad>> yang telah meninggalkan teritori mereka masing-masing, mereka kemungkinan akan mengabaikan kombinasi dari Sylph dan Spriggan. Tetapi, jika mereka semua adalah anggota terhormat dari ras Undine, maka mereka tidak akan bertindak baik. Mereka juga dapat menumpuk "poin kehormatan" jika mereka membunuh grup gabungan antara Kirito dan Lyfa. Mereka kemungkinan akan menganggap mereka berdua permainan yang adil. Oleh karena itu, kita dapat bersyukur mereka hanya memperingatkan kita dengan repot-repot.

'-Tapi, untuk saat ini kita hanya harus bertindak keterlaluan. Kita tidak dapat membiarkan mereka membunuh teman kami, Tonkii.'

Lyfa berpikir dari lubuk hatinya, dan berdiri di antara Tonkii dan pengintai berambut biru lalu berkata dengan nada rendah:

"...Aku meminta dengan risiko berperilaku buruk. Dewa-jahat ini, biar kami yang urus."

Mendengar itu, pria tersebut dan batalion pemain-pemain di belakangnya memberikan senyuman ringan yang pahit.

"Di wilayah berburu tingkat bawah mungkin akan kami beri, tetapi mengatakan hal ini di Jotunheimer adalah hal yang lain lagi. 'Tempat ini milikku' dan 'Monster ini milikku' tidak ada artinya di sini. Kalau kamu datang ke sini, kamu harus menjadi veteran dan harus memahami ini."

Apa yang dikatakan orang ini sebetulnya benar. Memaksa hak atas wilayah atau monster, jika situasinya dibalik, maka Lyfa juga akan takjub. Tentu saja, prioritas diberikan ketika bertempur dengan monster, tetapi saat ini Tonkii hanya meringkuk dan Undine ingin menyerang, Lyfa tidak berhak ikut campur.

Hal itu sungguh menyakitkan. Saat Lyfa sedang menggigit bibirnya, sebuah bayangan melangkah maju. Itu adalah Kirito.

Lyfa tiba-tiba menghirup napas dengan dalam. Tidak mungkin, Kirito akan melakukan hal yang tidak masuk akal lagi, seperti saat ia menentang Jendral Eugene dan pasukan Salamandernya, itu - apa ia akan menentang mereka? Apa dia akan menghunuskan pedangnya melawan musuh sebanyak ini?

Ini akan menjadi pertarungan yang sia-sia. Ada dua puluh empat pemain di depan mereka, dan mereka pasti pemain-pemain veteran super, jika tidak, mereka tidak mungkin berada di Jotunheimer. Mereka berada di tingkat level yang sama sekali berbeda dibandingkan pasukan Salamder di Ruger corridor. Prajurit-prajurit berlapis baja berat dan penyihir-penyihir dengan tongkat menunjukkan perbedaan yang jelas.

Namun, tindakan yang dilakukan Kirito sungguh tidak terduga.

Spriggan berpakaian hitam ini, tanpa menyentuh pedangnya, berlutut di atas salju dan menundukkan kepalanya.

"Aku mohon padamu."

Suara yang keluar dari mulutnya sungguh-sungguh serius.

"...Meskipun kursornya berwarna kuning, dewa-jahat ini adalah rekan kami...Tidak, dia teman kami. Kami datang sejauh ini setelah ia hampir mati. Hingga akhir, kami ingin melakukan apa yang harus ia lakukan."

Dengan itu, Kirito menundukkan kepalanya lebih rendah lagi, pengintai berambut biru itu menutup matanya untuk beberapa detik.

Saat pengintai itu membuka matanya, dia mengeluarkan suara tawa yang besar. Suara tawa lainnya dengan cepat bergema dari pemain-pemain yang mendekat dari belakangnya.

"Hei...Hei, apa kamu benar-benar pemain? Kamu bukan NPC, kan?"

Dengan suara tertawa yang terakhir, si pengintai itu menyebarkan tangannya dan menggelengkan kepalanya. Lalu ia meraih bahunya dan mengambil busurnya yang didesain dengan elegan. Dia menarik panah perak dari tabung panahnya dan menekukkannya di busurnya.

"...Maaf, tapi kami tidak hanya bermain-main di wilayah ini. Beberapa saat yang lalu, kami semua dilenyapkan oleh dewa-jahat besar. Merupakan hal yang sulit mengumpulkan semua Remain Lights dan menghidupkan party kami. Ketika aku melihat mangsa mudah di depanku, aku ingin membunuhnya. Karena aku pria yang baik...Akan aku berikan waktu sepuluh detik untuk enyah dari sini. Saat waktu habis, kami tidak akan melihat kalian. Kelompok penyihir, mulai siapkan sihir pendukung."

Pria itu melambaikan tangannya, dan pemain-pemain di barisan belakang memulai sihir mereka. Satu demi satu, efek cahaya warna-warni mulai muncul, memberikan bermacam-macam peningkatan stat ke prajurit-prajurit di depannya.

"Sepuluh...Sembilan...Delapan..."

Tingkat kebisingan meningkat beberapa kali lipat dengan suara sihir ketika pengintai itu memulai hitungan mundurnya.

Lyfa mengepalkan tinjunya begitu keras hingga buku-buku jarinya berderak dan seluruh tubuhnya bergetar dengan kemarahan. Menghadap punggung Kirito, Lyfa berseru:

"...Mari kita mundur, Kirito."

"...Ok."

Kirito berbisik dengan kepalanya menghadap bawah, ia berbelok ke arah barat, dan bergerak sepanjang tepian jurang tanpa dasar. Lyfa juga berjalan dengannya, berdampingan. Si pengintai itu meneruskan hitungan mundurnya di belakang mereka.

"Tiga...Dua...Satu...Mulai serang."

Tanpa semangat juang, Lyfa mendengar instruksi yang tenang tersebut, lalu setelah itu...

Suara serangan sihir yang ganas tumpang tindih dengan suara logam yang bergema ketika para prajurit memulai serangan mereka.

Tepat di belakang mereka, suara suksesi ledakan-ledakan besar mengguncang tanah, yang lalu diikuti oleh semburan udara panas yang mengakibatkan rambut hijau ponytail Lyfa menguncir di depannya.

Kirito dan Lyfa lalu berbalik setelah mereka bergerak mundur sekitar 30 langkah.

Para delapan prajurit meneruskan serangannya untuk beberapa detik sebelum bergerak mundur beberapa langkah. Begitu para prajurit bergerak menjauh, tembakan serangan-serangan sihir kedua yang telah diselesaikan penyihir lalu dilepaskan bersama dengan tembakan-tembakan panah yang dilepaskan oleh beberapa pemanah.



Serangan sihir tersebut menyebabkan ledakan mengerikan yang menelan Tonkii secara menyeluruh, meskipun ia steinggi empat meter lebih. Dengan pilar api itu, kulit mengkilapnya menghangus, membakarnya. Dengan itu, sekitar sepuluh persen dari total HP Tonkii menghilang. Disamping suara kobaran api, mereka bisa mendengar suara gemuruh seperti seruling Yururuuu, Yururuuu.

Itu sudah pasti suara tangisan Tonkii. Tangisan itu bahkan lebih tipis dan tragis dibandingkan ketika ia ditindas oleh dewa-jahat raksasa berwajah tiga sebelumnya.

Tidak ingin melihat adegan itu lagi, Lyfa memalingkan wajahnya ke kiri.

Karena itu, adegan yang menusuk hatinya Lyfa mulai terlihat. Kirito berdiri dengan tangannya mengepal keras, dan dari saku dadanya, pixie kecil Yui, menunjukkan wajahnya dan mengepalkan tangannya dengan erat di atas tepi saku itu.

Wajahnya yang cantik meringis sedih, dari matanya yang gelap air mata mulai menetes satu demi satu. Melihat tahanan air mata pixie tersebut yang berusaha menahan jeritannya dengan bahu yang berguncang, Lyfa merasakan sesuatu yang panas mencair keluar dari matanya.

'-Seandainya saja pasukan Undine ini hanyalah kelompok PK yang kejam!'

Kemudian Lyfa dapat membenci mereka. Jadi Lyfa dapat bersumpah untuk membalas dendam untuk Tonkii yang sekarat.

Tetapi saat ini mereka hanya melaksanakan hak mereka sebagai pemain dari game MMO. Membunuh monster untuk mendapatkan uang dan pengalaman adalah alasan pertama untuk bermain, hal itu dimulai dari meja permainan game RPG bertahun-tahun lalu, yang akhirnya berkembang menjadi jenis permainan FullDive. Baik sopan santun maupun peraturan ALfheim tidak dapat mengizinkan Lyfa untuk berbicara melawan Undines.

Namun, meskipun Tonkii seekor monster, karena ia menjadi rekan dan teman perjalanan, perilaku seperti apa yang tidak membiarkanmu melindunginya? 'Anak ini adalah teman jadi jangan membunuhnya', kalau kita tidak dapat mengatakannya, apa arti dari peraturan jadinya?

Lyfa percaya bahkan di dunia ini ada <<jiwa kebebasan>>. Lyfa percaya bahwa hal itu memungkinkan emosi untuk muncul di sini, dimana kita bahkan tidak akan menunjukkannya di dunia nyata. Namun, karena pemain-pemain meningkatkan status mereka, mengenakan perlengkapan yang langka dan lebih kuat, pangkat mereka naik, tetapi pada saat yang sama, sayap mereka terikat oleh rantai. Pada suatu waktu, bahkan mereka Undine awalnya hanyalah pemain pemula yang tidak tahu mana kiri dan mana kanan. Saat mereka melihat monster non-aktif di suatu wilayah, beberapa dari mereka mungkin berpikir monster tesebut imut dan tidak ingin membunuhnya.

Dengan serangan beruntun yang terus terdengar, Lyfa berdiri tanpa terhibur. Ketika suara serangan-serangan tersebut mulai mengeras, tangisan Tonkii, yang berbanding balik, menjadi semakin lemah. HP Tonkii telah menghilang sebanyak 50% lebih. Ada waktu dua menit - tidak, hanya tersisa enam puluh detik.

"...Kirito-kun."

"Lyfa."

Mereka berdua berbicara hampir bersamaan.

Lyfa memandangkan matanya untuk melihat ke arah mata hitam si Spriggan dan berkata:

"...Aku akan membantunya."

"Aku juga."

'Tujuanmu adalah Aarun, jadi kaburlah', Lyfa menelan kembali kata-katanya dan mengangguk. Jika mereka berdua menginterupsi, maka mereka berdua akan tewas dalam waktu sepuluh detik atau kurang. Tidak ada makna yang berarti di balik tindakan mereka.

Tetapi, sama seperti Kirito, kepercayaan Lyfa tidak akan membiarkannya untuk duduk di pinggir dan tidak melakukan apa-apa. Mereka berdua telah menyelamatkan Tonkii dari sang raksasa berwajah tiga dan Tonkii menyelamatkan mereka sebagai balasannya. Meskipun dewa-jahat tidak lebih hanya sekelompok kode yang terpendam di sudut server, mereka telah menjadi teman, dan bahkan mereka memberinya nama, tidak mungkin mereka hanya akan berdiri di sana dan melihatnya dibunuh, jika tidak, tidak ada artinya mereka bermain VRMMO.

"...Kamu tahu, hari ini saya akan membantumu dalam perjalanan dari Sylvian ke Aarun lagi."

Lyfa berkata dengan cepat, Kirito mengangguk dan menaruh tangannya ke gagang pedangnya.

"Terima kasih...Yui, sembunyilah dengan baik."

"Ya...Papa, Lyfa-san...semoga berhasil!"

Yui bersembunyi di dalam saku Kirito, wajahnya bebas dari air mata. Kirito dan Lyfa menghunuskan pedangnya bersamaan. Dari suara besi yang tajam, seorang penyihir Undine mengubah pandangannya ke samping dengan tampang bingung.

Kita akan menyerang penyihir dengan pertahanan yang rendah dulu. Dikonfirmasi dengan kontak mata, mereka berdua bergegas maju dengan kecepatan penuh. Salju tersebar tinggi ketika udara bergetar dari kekuatan jalur lintasan mereka.

Lyfa juga bergegas maju sampai batas kecepatannya, lalu mengayunkan katananya ke bawah dengan kedua tangannya ketika ia mencapai target serangannya.

"Eyaa!!"

Katana tersebut mengiris kebawah dengan momentum yang sengit. Bagaikan petir hijau, katana tersebut menggigit bahu lengan penyihir yang berada di tepi bek kiri.

Jubah biru muda yang dikenakannya merupakan perlengkapan yang cukup langka, dan HP-nya baru berkurang sekitar 30%. Saat ia hendak mengayun tongkatnya ke atas, sebuah kilatan hitam menghantam tubuhnya secara horisontal. Beberapa saat kemudian, efek suara ledakan keras menggelegar. HP penyihir tersebut lalu berkurang 40% akibat serangan Kirito yang secepat dewa dengan menggunakan greatswordnya.

Tanpa menunjukkan belas kasihan, Lyfa tanpa henti meneruskan serangannya ke pemain yang mengambang dengan diam di udara. Dengan setiap serangan, HP penyihir itu berkurang sampai pukulan terakhir yang mengakibatkan HP-nya menjadi nol.

Kemudian, didalam kolom air biru avatar penyihir itu menghilang. Yang tersisa hanyalah Remain Light, dan mengusirnya, Lyfa berbalik menghadap musuh berikutnya.

Pada titik ini, penyihir-penyihir lainnya yang sedang menfokuskan serangannya ke Tonkii dengan serangan sihir jarak jauh akhirnya sadar ada yang salah. Dengan ekspresi tercengang, salah satu dari mereka mulai berteriak.

"...Apa kamu serius?"

"Nah, apa...menurutmu!"

Berteriak menanggapi itu, Lyfa menendang salju.

Mereka memang pasukan elit Undine, reaksi mereka sangatlah cepat. Mereka menghentikan mantra sihir jarak jauhnya dan beralih ke serangan sihir kecepatan tinggi jarak dekat. Namun, kecepatan Lyfa dan Kirito sedikit lebih tinggi. Di posisi yang menggunakan penyihir kedua sebagai perisai, mereka meneruskan serangan-serangan menyilang. Para Penyihir tetap melepaskan serangan sihir mereka, tetapi kebanyakan yang terjadi adalah pakaiann mereka tergores saat mereka menggunakan serangan sihir yang bergerak lurus.

Lyfa mengerutkan keningnya saat melihat satu atau dua sihir jenis homing yang tercampur dalam serangan mereka menghantam. Membunuh penyihir yang kedua, Lyfa berbalik untuk melihat Kirito yang telah bergegas maju ke target berikutnya. Dengan ayunan pedangnya, Kirito meretakkan tanah pijakannya, menyebabkan salju tersebar ke segala arah.

Tiba-tiba, terdengar sebuah suara ketika sebuah panah perak tenggelam ke bahu kiri Kirito. Berbalik melihat si pemimpin pengintai, yang berdiri di jarak lumayan jauh, dengan wajah datar bersiap memanah tembakan kedua. Membuka mulutnya, ia memerintah dengan keras:

"Tim prajurit, mundur! Tim penyihir sedang diserang!"

Panah kedua ditembak ke arah dada Lyfa, jejak perak membuntuti bagaikan meteor. Terlalu cepat untuk menghindar, Lyfa menghalangnya dengan tangan kirinya. Thunk! Dengan suara benturan, HP Lyfa berkurang lebih dari sepuluh persen. Sementara Lyfa sedang terhuyung-huyung oleh serangan itu, aliran air tekanan tinggi yang lebih mirip laser menembus kaki kanannya. Tentu saja, Lyfa tidak merasakan kesakitan, tetapi wajahnya mengiris dengan perasaan kaku yang tidak menyenangkan.

Saat Kirito bertempur melawan musuh yang ketiga, yang sudah kehilangan lebih dari setengah dari HP-nya, Kirito dilalap tornado es. Lyfa mendekat, bersiap-siap untuk menggunakan sihir pemulihan, tetapi ia menemukan para penyihir berkumpul menyiapkan serangan sihir skala besar. Selain itu, para prajurit yang tadinya sedang menyerang Tonkii datang bergegas dengan wajah bertampang setan.

'-Sejauh ini sajakah kita pergi?'

Hampir lima puluh detik telah berlalu sejak pertempuran dimulai, dan mereka berdua telah bertempur cukup baik mengingat jumlah musuh. Dengan ini, tanpa diragukan lagi Tonkii akan memaafkan mereka berdua.

Lyfa menutup matanya dan meletakkan kepalanya di dada Kirito, menunggu momen saat pedang, panah atau sihir meniup HP mereka pergi.

Namun, sebelum suara serangan itu muncul, terdengar suara seruling tangisan yang sepuluh dari ribuan kali lebih keras. Udara yang sangat dingin mulai menggigil, suara itu bergema dari bukit salju dari jarak lumayan jauh, suara itu milik Tonkii, tetapi berbeda total dari tangisan lemahnya yang sebelumnya.

Tidak mungkin, apa Tonkii akhirnya mati? Lyfa berpikir sambil memalingkan wajahnya yang merintih kesakitan ke arah puncak bukit itu.

Tubuh oval itu terukir bekas-bekas luka, tetapi salah satu terutama lebih panjang dan dalam dibandingkan lainnya. Lyfa melihat sambil retakan tersebut memanjang sampai kedua ujung terhubung.

"Oh..."

Lyfa berbisik. Dia kira akan melihat darah hitam dewa-jahat memancar keluar dari celah tubuhnya.

Tetapi-

Yang memancar keluar adalah cahaya silau putih murni.

Cahaya putih itu melesat keluar dengan resonansi nyaring yang menyelimuti para prajurit, penyihir dan pengintai, tanpa meninggalkan satupun Undine. Aura sihir pendukung dari sekitar tubuh mereka menjadi asap dan menghilang dan efek serangan sihir menguap.

...Dispel Field!

Sebuah kemampuan khusus yang hanya dimiliki oleh bos monster tingkat tinggi. Untuk kemampuan dewa-jahat tingkat rendah, kemampuan itu terlalu kuat. Tanpa memahami apa yang terjadi, Lyfa, Kirito dan kedua puluh dua Undine hanya terpaku di tempat untuk sesaat.

Dengan semua mata terkumpul, cahaya yang menyelimuti Tonkii diam-diam tersebar. Tidak, bukan hanya itu. Hanya cangkangnya yang keras dan tebal menggebrak keluar. Sumber cahaya terus memanjang seperti menara spiral.

Ujung spiral cahaya bergerak dan Lyfa mengerti.

Bahwa sumber cahaya itu, strip-strip putih murni, adalah delapan sayap bersinar yang meluas radial, empat di setiap sisinya.

"...Tonkii..."

Seperti mendengar suara Lyfa, wajah bagaikan gajah itu terangkat menjauh dari sayap-sayapnya. Belalainya yang panjang terangkat tinggi dan telinganya berkibar menyebar dengan luas-

Yurururuuu. Suara keras itu terdengar lagi dari si dewa-jahat yang tidak lagi berupa ubur-ubur. Dengan kibasan kedelapan sayapnya, ia melonjak ke langit.

Tubuhnya yang sebelumnya bundar sekarang telah menjadi halus dan langsing. Dari 20 tentakel yang juga sebelumnya menjuntai dari perutnya, sekarang tidak lagi berupa antena dengan cakar, tetapi lebih seperti rambatan tanaman. HP-nya, yang tadinya menurun sekitar 10%, telah pulih sepenuhnya.

Setelah mencapai ketinggian sekitar sepuluh meter, Tonkii melayang sejenak, dan tiba-tiba tanpa peringatan warnanya berubah sampai ia memancarkan cahaya biru.

"Ah...Itu buruk..."

Kirito berbisik, tiba-tiba ia memutar balik untuk menangkap Lyfa dan menyeretnya ke bawah lantai salju.

Sesaat setelah itu, Tonkii merilish petir berukuran luar biasa dari masing-masing kakinya, satu demi satu.

Tanpa memiliki waktu untuk bahkan menjerit, para Undine disambar dan meledak dengan suaranya. Beberapa penyihir dan pemanah hancur berkeping-keping dalam satu hit, tetapi para prajurit tampaknya masih bertahan.

"Mundur ke dasar bukit! Tutupi formasi pertempuran untuk pemulihan dan dukungan!"

Sang pemimpin pengintai, melihat tidak adanya kesempatan untuk memulihkan anggotanya, berteriak. Dari kurang dari dua puluh orang yang selamat, semuanya berlari menuruni lereng bersama-sama. Para prajurit membangun dinding perisai sementara para penyihir yang tersisa melantunkan sihir di belakangnya.

Namun, Tonkii perlahan-lahan meluncur mengejar melalui udara, kali ini diselimuti oleh cahaya putih murni.

Kuaa... suara menggema saat cincin-cincin cahaya menghujan turun, melumpuhkan setiap kekuatan sihir. Juga, semua lantunan sihir yang belum lengkap berubah menjadi asap dan menghilang.

"Sialan!"

Pemimpin pengintai berteriak akhirnya setelah kehilangan ketenangannya. Ia mengangkat tangannya ke arah langit. Panah-panah asap meledak, menciptakan tabir perlindungan asap, menyembunyikan semua Undine.

"Mundur, mundur!"

Sementara perintah sedang diteriaki, para pasukan Undine melarikan diri dalam garis lurus, terlihat dengan jelas dari tempat Lyfa berdiri. Mereka kabur dengan sangat cepat, dan dengan segera mereka tidak terlihat di atas punggung bukit dari kejauhan.

Tentu saja untuk Tonkii yang sekarang bisa terbang, menyusul para pemain yang mencoba melarikan di tanah adalah hal yang mudah. Tetapi ia hanya mengeluarkan lolongan kemenangan, lalu mengepakkan keempat sayapnya di satu sisi untuk mengubah haluan.

Setelah itu ia terbang perlahan-lahan sampai ia melayang tepat di atas kepala Lyfa dan Kirito. Dari kepala sang gajah yang sekarang putih, tiga pasang mata bergeser melihat bawah ke mereka.

"...Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Kirito mengatakan sesuatu yang Lyfa pernah dengar sebelumnya.

Tonkii hanya memanjangkan belalainya menjawab. Hidungnya menggeliat dan melilit Lyfa dan Kirito, mengangkat mereka berdua tanpa penjelasan. 'Sesuai dugaanku!' Sementara berpikir itu, mereka berdua dijatuhkan ke punggung Tonkii dan mendarat dengan pantat mereka bersamaan dengan suara don.

Mereka berdua saling memandang satu sama lain dan menyarungkan pedang mereka. Lyfa mulai membelai bulu putih Tonkii. Mungkin itu hanya imajinasinya, tetapi bulunya sekarang tampak lebih panjang dan lebih halus gemulai dibandingkan sebelumnya.

"...Setelah semua kejadian itu, benar-benar hal yang baik kamu masih hidup, Tonkii."

Lyfa berkata, setelah itu Yui menjulurkan kepalanya keluar dari saku Kirito dan menepukkan tangannya, lalu berkata:

"Aku juga sungguh senang! Hidup berarti hal-hal baik akan terjadi!"

"Itu bakal menyenangkan..."

Kirito berkata sambil melihat ke atas dan ke bawah.

Setelah ini, Tonkii kemungkinan akan pergi ke suatu tempat. Di depan mereka terdapat lubang besar di tengah Jötunheimr - jika itu adalah tujuannya Tonkii, maka situasi akan menjadi lebih membingungkan. Untungnya, setelah berteriak, Tonkii terbang ke atas, ke arah akar Pohon Dunia.

Setiap kali ia mengepakkan sayapnya yang bagaikan gelombang, rambutnya menyelimuti tubuhnya, sang dewa-jahat mulai terbang ke atas melalui udara. Ia terbang naik menspiral, sampai Lyfa mampu melihat seluruh wilayah Jotunheimr.

"Wow..."

Lyfa hanya bisa berseru kagum. Dia mulai melirik dunia es yang indah dan mematikan ini.

Di area ini, penerbangan tidak memungkinkan, sehingga untuk melihat pemandangan ini di ketinggian ini hanya sesuatu yang pernah dilihat oleh Lyfa dan Kirito. Lyfa tanpa sadar membuka menu jendelanya dan mengeluarkan item untuk mengambil foto, tetapi setelah ia berpikir-pikir, ia berhenti. Pandangan perspektif dapat dipertahankan melalui screenshot, tetapi suasana hati tidak dapat direkam. Kesedihan dan kegembiraan, kemurungan dan perasaan bebas semuanya bercampur-aduk membentuk perasaan yang ajaib.

Apakah Tonkii tahu bagaimana perasaan Lyfa atau tidak, ia melambatkan kecepatan terbangnya sedikit dan memutar kecil, lalu sekali lagi memperkuat kekuatan sayapnya.

Tiba-tiba dari atas, sebuah objek memasuki visinya dari jarak dekat. Lyfa tidak dapat menebak apa itu.

Kerucut es biru transparan terbalik. Es itu dililiti oleh jala-jala hitam seperti tabung, akar Pohon Dunia.

Menurut efek jarak dekat, panjang dari es besar itu kira-kira dua ratus meter atau lebih. Seperti yang mereka spekulasikan di tanah sebelumnya, es itu dibagi menjadi beberapa bagian didalamnya, membentuk suatu dungeon es.

Tanpa bersuara, Lyfa membuka matanya lebar-lebar, dengan hati-hati menginspeksinya. Tiba-tiba, di bagian bawah es itu - didalam ujung tajamnya, kilatan cahaya keemasan menarik perhatiannya.

Tidak peduli ia berkonsentrasi sebanyak apapun, ia tidak dapat menebak apa itu. Lyfa tanpa sadar mengangkat tangan kanannya dan melantunkan sihir pendek.

Air mulai memancar keluar dari tangannya, dan dengan segera membeku membentuk kristal datar. Kirito dengan cepat berbalik menatapnya dan bertanya:

"Apa itu?"

"Sebuah jenis sihir untuk melihat jarak jauh yang dibuat dengan kristal es. Sini, lihat ke arah ujung es itu, kamu bisa melihat sesuatu yang bersinar..."

Setelah mendengar itu, Kirito melihat lebih dekat melalui lensa es tersebut. Cahaya keemasan yang bergetar itu perlahan-lahan menetap, sampai akhirnya memberikan gambar yang jelas.

"Oh WOW!"

Begitu Lyfa melihat apa itu sebenarnya, Lyfa menjerit seperti gadis kecil.

Disegel di ujung es tersebut, berdirilah sebuah pedang emas mematikan namun indah. Dilihat dari pendar yang melilit bilah pedang tersebut dan dekorasinya, tidak diragukan lagi kalau itu adalah pedang legendaris. Tidak, bahkan sebelum itu, Lyfa sudah mengetahui nama pedang tersebut.

"Itu adalah <<Holy Sword Excaliber[4]>>. Saya telah melihat gambarnya di website resmi ALO... Pedang ini satu-satunya yang melampaui <<Demonic Sword Gram>> milik Jendral Eugene, satu-satunya pedang terkuat...Sejauh yang kutahu, belum ada pemain yang menemukan lokasinya."

"T,Terkuat..."

Dengan penjelasan Lyfa yang penuh dengan keajaiban. Kirito menelan ludahnya dan meneguk dengan gugup.

Pedang tersegel itu terletak di bagian bawah tangga spiral, yang tampaknya dihubungkan ke dungeon es. Artinya, hanya pemain yang telah berjuang menembus seluruh dungeon itu yang dapat memperoleh pedang terkuat tersebut.

Sang dewa-jahat, Tonkii, membawa dua peri kecil, terbang melingkari es dan terbang naik menspiral. Melepaskan pandangannya dari pedang suci itu, Lyfa melihat ke atas dan menemukan dua hal.

Hal pertama yang dilihat Lyfa adalah balkon berbentuk platform yang mendongak keluar dari bagian tengah es besar.Jalur penerbangan Tonkii akan melewati tempat itu. Sangat memungkinkan untuk melompat dari punggung Tonkii dan mencapai balkon itu.

Hal kedua, di bagian atas Jötunheimr yang diselimuti salju tergantung sebuah tangga yang terukir. Tangga tersebut terus menaik dan terus melewati langit-langit. Itu pasti rute untuk keluar ke atas permukaan tanah dari Alfheim.

Tidak ada hubungan yang mengoneksi antara tangga yang menjulur ke permukaan tanah dan balkon yang mengarah ke dungeon. Kalau kamu meloncat ke balkon untuk kesempatan mengambil pedang suci, maka tidak ada cara lain untuk sampai ke tangga.

Kirito tampaknya telah tiba pada kesimpulan yang sama. Matanya terus melosat bolak-balik antara balkon dan tangga. Sambil melakukan hal itu, mereka mulai mendekat ke arah balkon. Setelah dua puluh... tidak... jika mereka tidak membuat keputusan dalam waktu sepuluh detik...

Dalam keheningan itu, Tonkii tiba di balkon, ia terbang horisontal seolah-olah memberi mereka kesempatan. Untuk pemain VRMMO seperti Kirito dan Lyfa, insting pertama mereka adalah untuk melompat turun, dan tubuh mereka bergetar.

- Tapi tentu saja mereka tidak melompat turun.

Mereka berdua saling memandang satu sama lain, mengenakan senyuman agak malu, lalu Lyfa berbicara.

"...Kita harus datang ke sini lagi, tapi dengan banyak rekan."

"Kamu benar. Dungeon ini kemungkinan yang tersulit di seluruh Jotunheimr. Dengan hanya kita berdua, tidak ada kemungkinan untuk menerobos."

"Ah, kamu, memiliki terlalu banyak penyesalan!"

Sementara mereka berdua tertawa, Tonkii terbang melewati balkon tanpa merasa bingung dan terus terbang naik. Melihat ke bawah melewati area masuk persegi dungeon tersebut, terdapat bayangan mengerikan dewa-jahat. Ia menyerupai dewa-jahat raksasa berwajah tiga yang menyerang Tonkii sebelumnya, tetapi ia tampaknya tipe humanoid yang jauh lebih kuat.

Kemungkinan monster terkuat di dungeon terdalam Jotunheimr berasal dari spesis yang sama. Dewa-jahat itu kemungkinan tipe yang spesis Tonkii lihat sebagai musuh, kemungkinan karena itulah mereka bertanggung jawab untuk mengangkut pemain di sini. Itulah mengapa raksasa itu mencoba membunuh Tonkii sebelum ia berubah.

Jika mereka bergabung dengan kelompok berburu dewa-jahat dan bertempur, mereka tidak akan pernah berpikir untuk hanya membunuh dewa-jahat tipe raksasa, dan menyelamatkan jenis gajah ubur-ubur. Jika mereka berdua tidak jatuh ke sini, event ini, tidak, persahabatan ini tidak akan terjadi.

Sementara Lyfa sedang berspekulasi, Tonkii mendekati kanopi. Akar dengan tangga berukir itu terlihat jelas, tergantung menurun dari sudut es tersebut.

Dengan suara Yururu, Tonkii melebarkan sayapnya dan melambatkan kecepatannya. Sambil melayang, ia memanjangkan belalainya, mengeloknya di sekitar akar pohon dekat tangga seperti tali dan berhenti.

Melihat tangga kayu itu bergoyang, Lyfa berdiri.

Secara alami memengang tangan Kirito di tangannya, mereka berdua berpindah ke anak tangga di dasar.

Dengan goyangan kecil, Tonkii memastikan hilangnya beban dan melepaskan belalainya dari akar. Ia berbalik naik ke atas bersiap-siap untul terjun.

Saat Tonkii berbalik, Lyfa meraih ujung belalainya dengan satu tangan.

"...Aku akan datang lagi, Tonkii. Berhati-hatilah sampai saat itu. Jangan biarkan dewa-jahat lainnya mengganggumu."

Setelah selesai berbisik, Lyfa melepaskankan genggamannya. Kirito menggenggam belalainya dan Yui terbang keluar dari saku dada Kirito, memegang sekelompok bulu yang menggantung di belalai tersebut dengan kedua tangannya.

"Kita akan berbincang lebih banyak lagi, Tonkii-san."

Si pixie kecil berbicara sambil tersenyum. Si dewa-jahat menjawab Furururu dan berbalik dan melipatkan sayapnya.

Ia lalu menerjun kebawah dengan kecepatan luar biasa, mulai menyusut sambil waktu berlalu.

Sayapnya kemudian bersinar untuk terakhir kalinya, sang dewa-jahat misterius memudar di dalam kegelapan Jotunheimr. Ia pasti sekarang sudah dapat hidup bebas dari siksaan, sambil terbang dengan bebas di angkasa. Dan, jika kita ada kesempatan untuk balik ke tempat ini dan memanggilnya, Tonkii pasti akan memberi mereka tumpangan di punggungnya lagi.

Lyfa menyeka air matanya yang mulai menetes dari sudut matanya, dan menemui tatapan mata Kirito, mulai tertawa.

"Ayo! Aku cukup yakin Aarun berada tepat di atas!"

Setelah mendengar kata-kata yang bersemangat itu, Kirito membentang dan lalu menjawab:

"Ya, mari kita selesaikan sisa akhir perjalanan ini... Lyfa, saat kita tiba di puncak, mari kita rahasiakan apa yang kita ketahui tentang pedang suci itu."

"Oh kamu, mengatakan sesuatu yang merusak momen penting ini..."

Pemuda Spriggan berpakaian hitam itu mengangkat bahunya, sambil bergandengan tangan, mulai berlari menaiki tangga spiral yang melalui akar Pohon Dunia.

Perjalanan yang mengambil waktu kurang dari tiga menit ketika mereka jatuh melalui cacing tanah raksasa, lebih memakan banyak waktu ketika melakukan perjalan kaki. Saat mereka berjalan naik melewati jalan remang-remang oleh jamur bercahaya, Lyfa kemudian menyerah menghitung langkahnya. Setelah melewati waktu lebih dari sepuluh menit, seberkas cahaya tipis muncul dengan terang di depan.

Kirito dan Lyfa saling memandang satu sama lain, dan dengan satu dorongan terakhir bergegas ke pintu keluar. Melangkahi dua anak tangga sekaligus, mereka menjulurkan kepala mereka keluar dari lubang sebuah dinding pohon.



Melompat keluar dari tangga, mereka menemukan diri mereka di teras batu berlumut. Mereka melakukan putaran penuh dari momentum itu, lalu duduk di trotoar batu.

Setelah membuka mata mereka yang tertutup saat mereka keluar, mereka mengambil pemandangan di depan mereka dengan dalam -

Pemandangan itu adalah pemandangan malam dari kota megah yang indah.

Seolah-olah sisa-sisa peradaban kuno, batu bangunan dari berbagai ukuran tersebar ke segala arah. Api-api kuning, cahaya biru lampu sihir, dan lampu mineral merah muda berkedip-kedip di segala arah seolah-olah debu bintang ditaburkan ke segala penjuru kota. Tidak ada kesatuan ras di antara siluet para pemain yang bergerak di bawah cahaya ini, tetapi jumlah yang sama dari masing-masing sembilan ras peri.

Setelah mendapati pemandangan kota pada malam hari, Lyfa mengangkat wajahnya.

Di atas biru gelapnya langit malam, sebuah bayangan dalam bentuk pohon memisah kegelapan malam.

"...Pohon Dunia..."

Lyfa berbisik, ia memandang Kirito di sampingnya dan melanjutkan:

"...Tidak diragukan lagi, ini adalah <<Aarun>>. Pusat Alfheim. Kota terbesar di dunia ini."

"Iya... Kita akhirnya berada di sini."

Kirito mengangguk, Yui mengeluarkan kepalanya dari saku Kirito, mengungkapkan senyuman yang brilian.

"Wow! Ini pertama kalinya saya berada di sebuah kota dengan orang sebanyak ini!"

Sama dengan Lyfa. Orang-orang yang meninggalkan wilayah rumah mereka dan menikmati petualangan bebas, hal itu belum pernah melintas di pikirannya.

Mereka berdua hanya duduk di tepi teras, menikmati suasana kota yang ramai.

Segera, suara berat dari organ pipa terdengar, melepaskan Lyfa dari introspeksinya. Suara itu kemudian diikuti oleh suara wanita yang mengambang turun dari langit. 'Ini adalah pemberitahuan dari pemeliharaan rutin sistem mingguan, yang akan dimulai pukul 4 pagi, server akan ditutup', pengumuman sistem. Lyfa belum pernah berada di game selama ini, jadi ini pertama kali dia mendengarnya.

Sesungguhnya, banyak 'pertama kali' yang terjadi sejak kemarin. Sambil memikirkan hal itu, Lyfa menggerakkan kakinya ke depan dan berdiri.

"Kita harus berhenti di sini hari ini. Yuk kita cari penginapan dan logout."

Kirito berdiri dan mengangguk sekali, sang Spriggan bertanya:

"Kapan maintenance berakhir?"

"Maintenance berlangsung sampai siang hari."

"Oke, baiklah..."

Setelah melihat ke bawah sedikit, Kirito tiba-tiba menatap langit.

Cabang-cabang pohon dunia terbuka, menyebar ke segala arah.

Mata hitam Kirito menyipit sedikit, mulutnya tampak bergerak, melihat itu, Lyfa teringat alasan Kirito datang ke Alfheim.

Dia ingin bertemu <<seseorang>> di puncak Pohon Dunia.

Aku ingin tahu siapa itu. Jika itu bukan NPC quest, mungkin anggota staf operasi, atau...

Sebelum Lyfa dapat berpikir lebih jauh, Kirito telah kembali ke ekspresi sebelumnya dan berkata:

"Yuk kita cari penginapan. Saya miskin sekarang, suatu tempat yang tidak terlalu mewah kedengarannya bagus."

"...Sok keren, kamu memberikan semua uangmu kepada dua penguasa? Setidaknya simpan sedikit untuk biaya hidup!"

Lyfa menertawakan kesulitan Kirito, kemudian berkata kepada Yui di saku dadanya.

"Itu yang Papamu katakan. Apa ada penginapan yang murah dekat sini?"

Anehnya, Pixie Navigasi itu mengerutkan alisnya yang mengernyit, melihat ke Pohon Dunia, ia lalu tersenyum segera dan menjawab.

"Ya, di bawah sana tampaknya terdapat tempat yang super murah!"

"S, super murah..."

Tidak peduli dengan keraguan Lyfa, Kirito mulai berjalan cepat, jadi Lyfa mengikutinya.

Meskipun dia seharusnya merasa ngantuk karena begadang semalam ini, dia merasa sedikit gelisah dan menatap Pohon Dunia sekali lagi.

Tentu saja, dengan dedaunan yang menghilang dengan gelapnya langit malam, tidak ada yang terlihat.

Penulis : Rulli Rhamananda ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sword Art Online Jilid IV Bab V (Bagian II) ini dipublish oleh Rulli Rhamananda pada hari Senin, 19 November 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sword Art Online Jilid IV Bab V (Bagian II)
 

0 komentar:

Posting Komentar