Sword Art Online Jilid V BAB III (Bagian II)



Di padang gurun yang ia lihat melalui scope-nya, target pertama, prajurit dengan Minimi di bahunya, terus berjalan dan mengobrol seperti biasa.

Di pertarungan minggu lalu, Sinon tidak bertindak menjadi penembak jitu. Ia malah menggunakan senapan serbu dan menjadi pendukung posisi belakang. Dia seharusnya melihat orang itu di jarak sangat dekat, tetapi ia tidak bisa mengingatnya. Namun, karena prajurit itu bisa menggunakan senjata pendukung, berarti levelnya pasti sangat tinggi.

Dum, dum. Hati Sinon berdebar dengan cepat saat dia mencocokkan irama tersebut dengan gerakannya . Dilihat dari jarak, arah angin dan kecepatan gerakan target berarti Sinon harus membidik lebih dari semeter di sebelah kanan atas prajurit tersebut; Sinon memindahkan jarinya dan menyentuh pemicu pelatuknya.

Pada saat itu, di sudut pandang Sinon, sebuah lingkaran setengah transparan dengan cahaya hijau muda muncul.

Diameter lingkaran berubah secara tidak pasti dalam siklus-siklusnya. Ia berpusat ke dada prajurit itu, titik terlebar menuju lututnya. Itu adalah <<Prediksi Hit Peluru>> atau (Lingkaran Peluru) yang hanya tertampil di pandangan Sinon. Peluru yang ditembak akan mengenai daerah didalam lingkaran dengan acak. Pada ukuran lingkaran saat ini, tubuh prajurit itu ditutupi oleh 30% dari lingakaran. Dengan kata lain, akurasinya 30%. Jadi, tidak peduli betapa kuat kekuatan Hecate II, menembaki lengan atau kaki prajurit itu tidak mungkin cukup untuk membunuhnya. Rasio membunuh dalam satu tembakan terlalu rendah.

Ukuran Lingkaran Peluru tergantung pada jarak target, performa senjata, cuaca, level cahaya, keterampilan, dan jumlah stats. Parameter terpenting adalah detak jantung si penembak jitu.

Amusphere memantau detak jantung di dunia nyata dan mengirim data tersebut kembali ke sistem permainan.

Ketika detak jantung berdetak dengan detakan 'Dum', lingkaran akan berada pada ukuran terbesar. Ukurannya akan mengecil perlahan-lahan dan menjadi besar pada detakan selanjutnya. Artinya, untuk akurasi paling tinggi, tembakan harus dilakukan di celah antara setiap detak jantung.

Namun, keadaan santai adalah enam-puluh kali per menit - yaitu satu detik siklus dalam keadaan tenang. Tetapi ketegangan dari percobaan menembak akan berlipat ganda atau lebih. Hal itu mengakibatkan kecepatan pelebaran dan penyusutan lingkaran meningkat sesuai dengan respons. Mustahil untuk menembak diantara celah detakan jantung.

Untuk alasan itulah GGO memiliki jumlah penembak jitu yang sedikit.

Mereka tidak bisa menembak mengenai sasaran. Mereka tidak bisa menghentikan ketegangannya pada saat mereka dibutuhkan untuk menembak. Tentu saja dalam pertempuran jarak dekat, detak jantung membuat Lingkaran Peluru berdenyut. Tetapi kamu masih bisa menembak pada jarak dekat dengan itu. Apalagi dengan senapan sub-mesin full-otomatis dan senapan serbu. Namun, membidik pada jarak lebih dari 1000 meter, ukuran Lingkaran Peluru biasanya lebih besar dibandingkan ukuran manusia. Saat ini di pandangan Sinon, ukuran akurasi 30% sudah merupakan keajaiban.

-Tapi.

Sinon berbisik di dalam hati.

Tekanan, kecemasan dan teror ini mencapai sejauh mana. Sampai jarak sejauh 1500? Itu seperti melempar bola kertas ke keranjang sampah. Ya -

Dibandingkan dengan waktu itu.

Inti kepalanya menjadi dingin. Detak jantungnya melambat seperti kebohongan belaka.

- Es. Saya mesin pembunuh sedingin es. (Real translation: Saya mesin terbuat dari es dingin. Kayak mesin es cendol jadinya =_=)

Siklus perubahan Lingkaran Peluru semua melambat sekaligus. Pada saat yang sama, perasaan waktunya memanjang. Sinon bisa langsung mengetahui dengan jelas ketika lingkaran berada pada ukuran terkecil.

Satu...Dua...Saat lingkaran ketiga menyempit dan membidik ke arah jantung prajurit bersenjata Minimi tersebut, Sinon menarik pelatuknya.

Raungan seperti guntur mengguncang dunia.

Dari sisi depan moncong rem Hecate II, api besar meletus, melepaskan peluru yang memotong melalui suara senjata dan bergerak maju. Rekoil yang dihasilkan mendorong Sinon dan senapannya mundur. Kedua kakinya bersiap untuk menahan impak.

Di ujung titik tengah pisir, sang prajurit kemungkin melihat moncong mengkilat. Prajurit itu lalu menoleh kepalanya ke arah Sinon. Matanya saling berhadapan dengan Sinon yang sedang mengintip melalui scope -



Secara instan, dada sampai bahu prajurit tersebut, termasuk kepalanya, berubah menjadi fragmen objek kecil dan melenyap. Sesaat setelah itu, anggota tubuhnya yang lain pecah seperti patung kaca yang dipukul dan disebar menjadi serpihan kecil. Sayangnya untuk prajurit itu, harga menakutkan dari Minimi yang dia bawa menjadi drop acak dan jatuh ke tanah berpasir. Yang pasti, setelah prajurit itu kembali ke titik awal jalan untuk hidup kembali, ia harus puas dengan syok kematian instan dan kehilangan senjata miliknya.

Sinon memastikan hal-hal di atas tanpa emosi, tangan kanannya bergerak otomatis dan menarik baut pegangan Hecate II. Dengan suara berlogam, kerangka peluru dikeluarkan, yang lalu menghilang setelah jatuh memukul batu di samping.

Saat mengisi amunisi berikutnya, Sinon menggeser senapannya sedikit ke kanan. Target kedua, yaitu prajurit tubuh besar berjubah berada di pandangannya. Wajahnya yang ditutupi dengan kacamata pelindung melihat lurus ke arah Sinon. Sambil membidik sedikit di atas tubuh prajurit itu, jari pelatuk Sinon mengetat sedikit. Lingkaran Peluru hijau muncul lagi, secara langsung menyempit menjadi titik.

Hanya tiga detik telah berlalu sejak tembakannya yang pertama. Senapan semi-otomatis bisa menembak terus menerus, tetapi senapan bolt-action Hecate II tidak dapat melakukan itu. Meski begitu, untuk rata-rata pemain, melihat rekan mereka tiba-tiba dihancurkan dapat mengakibatkan kekejutan dan kaget. Dan dari kekacauan itu, dibutuhkan waktu lima detik untuk memulihkan kondisi mental mereka, mengidentifikasi arah tembakan si penembak jitu dan siap-siap untuk menghindar. Kalau kamu menggunakan kekacauan itu, tembakan kedua kemungkinan akan sukses, tetapi-

Namun, prajurit berjubah itu tidak menunjukkan pertanda kebingungan. Dari kedalaman kacamata pelindungnya, ia menatap langsung ke Sinon. Prajurit ini pasti seorang veteran yang sangat berpengalaman dan seorang pemain terkenal, Sinon berpikir sambil menarik pelatuknya.

Pada titik ini, di sudut pandang prajurit itu, lintasan peluru yang melaju ke dirinya akan ditunjukkan sebagai <<Jalur Prediksi Balistik>> (Garis Peluru), sebuah cahaya merah setengah translusen. Untuk pertarungan senjata seperti ini, pihak game menambah kekonyolan seperti system assist untuk membuat pertarungan senjata lebih menarik. Jika pemain memiliki reaksi cepat, AGI tinggi dan keberanian yang cukup, maka ia bisa menghindar lebih dari 50% tembakan terus menerus dari senapan serbu dalam jarak 50 meter.

Keuntungan terbesar dari kelas "Penembak Jitu" hanyalah tembakan pertama yang tidak akan menunjukkan garis tembakan ke target. Namun, karena posisi Sinon sudah diketahui dari tembakan pertamanya, maka ia tidak lagi memiliki keuntungan itu.

Raungan terdengar lagi. Dari jari tanpa ampun Hecate II, dirilis kristalisasi peluru <<Kematian>> yang memotong cahaya atmosfer kuning dan terbang menjauh.

Tetapi seperti yang Sinon duga, prajurit itu dengan tenang mengambil satu langkah besar ke kanan. Setelah itu, peluru 12,7mm tersebut memotong melewati spasi satu meter dari tubuh besar prajurit tersebut. Peluru Sinon menghasilkan lubang di dinding beton padang gurun jauh di belakang prajurit itu.

Tangan kanan Sinon lalu bergerak sendiri, mengisi ulang tembakan berikutnya, jarinya kembali ke pegangan dan tidak menuju pelatuknya.

Setiap tembakan berikutnya akan menjadi sia-sia. Jika ia harus menembak lagi, ia harus bergerak meninggalkan posisi ini, bersembunyi dari hadapan prajurit itu dan menunggu 60 detik untuk info identifikasi diulang. Namun pada saat itu, arah pertempuran sudah diputuskan. Sambil mengintip melalui scope-nya, dia berbisik ke penerima.

"Target pertama sukses. Target kedua gagal."

Dyne lalu menjawab dengan cepat.

"Mengerti. Serangan dimulai...Go, Go, GO!!"

Zhaa! Suara pelan kaki menginjak tanah dan meninggalkan tempat mencapai pendengaran Sinon. Sinon mengembuskan napas yang ditahannya sedikit.

Misi yang Sinon terima selesai sekarang. Karena Hecate II adalah senjata ultra-langka, jika ia membawanya ke pertempuran tatap muka dan mati menjatuhkan Hecate II, hal itu akan menjadi situasi yang serius. Dyne berkata kalau Sinon diperbolehkan berada pada posisi standby setelah menembak. Tembakan keduanya yang tidak mengenai sasaran tetap berada di hatinya dan dia berharap kalau <<Perasaan Buruk>>nya tidak akan membuahkan hasil.

Sambil berpikir, Sinon sekali lagi memindahkan senapannya, dia menerendahkan pembesaran untuk melihat seluruh anggota kelompok musuh di scope-nya. Keempat prajurit garis depan dengan cepat melompat ke belakang batu terdekat atau dinding beton untuk bersembunyi. Di belakang mereka diikuti oleh pendukung posisi belakang bersenjata Peletus dan prajurit besar berjubah-

"Ah...!"

Sinon mengeluarkan suaranya tanpa ia sadari. Pada saat itu, prajurit besar tersebut menggerakkan kedua lengannya, melempar jubah kamuflase dari tubuhnya.

Kedua tangan prajurit itu tidak bersenjata. Di pinggangnya juga kosong.

Apa yang dia bawa di punggungnya, yang kita awalnya kira sebagai ransel transportasi item, akhirnya terungkap.

Di antara bahunya yang lebar, terdapat sebuah rak logam melengkung dan panjang. Yang tergantung di punggungnya adalah sebuah benda logam kasar dan ringkas.

Di dalam rangkai berbentuk Y yang menunjang itu, terdapat komponen mesin silinder. Bagian atasnya memiliki pegangan jinjing besar, dibawahnya terdapat enam tubuh barel klaster penembak. Panjangnya dengan mudah satu meter.

Komponen mesin itu terdapat sabuk penyambung didalamnya, yang terhubung dengan kotak amunisi besar yang menggantung dari rel yang sama.

Sinon hanya pernah melihat senjata berukuran besar dan seram itu sekali dari daftar senjata yang ada di Situs Informasi GGO.

Namanya <<GE M134 Minigun>>. Diklasifikasikan di dalam senapan mesin berat (heavy machinegun). Salah satu dari senjata api terbesar yang debut di GGO. Keenam barel yang tersambung berputar dengan kecepatan tinggi untuk mengisi ulang, menembak, dan medepak kerangka peluru. Senjata ini menembakkan peluru berukuran 7,62mm dengan kecepatan 100 peluru per detik. Mimpi buruk adalah nama lain senjata ini - tidak, gamam ini.

Tentu saja, beratnya juga luar biasa. Tubuh utamanya saja 18kg, digabung dengan jumlah amunisinya yang bayak, berat totalnya lebih dari 40kg. Tidak peduli jenis apa prajurit STR murni ini, tidak mungkin semua itu berada di dalam batas berat yang bisa ia bawa. Tentu saja, karena kelebihan berat itu berarti ada hukuman ke gerakannya.

Alasan mengapa rombongan musuh bergerak begitu lambat bukanlah karena perpanjangan waktu berburu mereka. Tetapi itu semua karena kecepatan berjalan prajurit besar ini.

Sambil merasa ketakutan, Sinon mengintip melalui scope-nya. Ditengah-tengah sudut pandang Sinon, prajurt besar itu meraih pegangan Minigun tersebut. Senjata mesin besar itu dengan lancar meluncur di rel dan berputar 90 derajat ke sisi kanan tubuh orang tersebut. Kedua kakinya terbuka lebar, dengan posisi keenam barel senjata menghadap ke depan - mulut prajurit tersebut yang berada di bawah kacamata pelindungnya bergerak untuk pertama kalinya, membentuk sebuah senyuman yang bengis.

Sinon bergegas menyetelkan piringannya, mengurangi pembesaran scope sampai minimum.

Dari sudut pandang sisi kiri, Sinon melihat kelompok beranggota tiga penyerang milik Ginrou yang bersenjata senapan sub-mesin, bergerak ke depan. Peluru-peluru ringan dari Peletus Laser yang di siapkan oleh pelindung kelompok musuh menghasilkan ekor biru muda saat mereka menghadapi serangan. Semuanya meninggalkan riak/ombak, seperti yang ada di permukaan air, di sekitar satu meter di depan Ginrou dan yang lainnya, lalu lenyap. Itulah hasil tinggi dari efek <<Medan Pertahanan Terhadap Peluru Ringan>>.

Hanya karena mereka membalas menembak dengan semprotan senapan sub-mesin berpeluru balistik, salah satu anggota musuh bersenjata peletus yang sedang membungkuk keluar dari balik batu tertutup oleh dampak efek merah darah dengan suara 'pa pa' dan tumbang. Ginrou dan yang lainnya lalu maju bergerak ke arah bayangan dinding beton dekat musuh-

Pada saat itu, prajurit bertubuh besar itu dengan cepat merendahkan pinggangnya.

Barel Minigun berputar dengan kecepatan tinggi, mengeluarkan sebanyak-banyaknya sabuk berkilauan kira-kira 0,3 detik atau lebih.

Hanya dengan begitu, bersamaan dengan bagian dinding beton, avatar Ginrou hancur lalu lenyap. Semua ini terlalu cepat, bagaikan boneka pasir terhantam arus air.

"...!"

Sinon menggigit bibirnya lalu berdiri. Dia mengangkat Hecate II dari lantai, melipat kedua kaki pijakan senjatanya dan menyandang tali ke pundaknya.

Hecate II, dengan panjang total 138 cm, menggali ke bahu Sinon dengan berat. Tinggi Sinon bahkan tidak mencapai 155 cm, tetapi masih di batasan berat yang bisa ia bawa. Senjata sampingannya, <<H&K MP7[4]>>, adalah senapan sub-mesin ultra-kompak yang entah mengapa tidak melewati batas berat. Dia berpikir begitu karena jumlah tinggi STR Sinon hanya cukup untuk membawa 7 magasen untuk Hecate II.

Bahkan dengan mata telanjang, Sinon bisa melihat kedipan kembang api bermekaran dari moncong senjata di medan pertempuran satu dan setengah kilometer dari sini. Sinon tetap diam dan berlari dengan kecepatan penuh.

Karena situasi berakhir seperti itu, aliran pertempuran berbalik melawan Dyne dan lainnya. Jika prajurit Minigun itu sendirian, maka dengan mempertahankan jarak menengah dan terus bergerak pada kecepatan tinggi akan memberikan kesempatan untuk mengalahkan si Minigun tersebut. Namun, bersama prajurit bersenjata Peletus Laser yang menyediakan perlindungan ke Minigun, sesaat setelah kamu mendekati jarak dekat yang dapat membuat pertahanan berkurang, kamu tidak bisa menghindari musuh.

Meskipun Sinon adalah salah satu anggota skuadron, jika ia mundur, dia menduga tak seorang pun akan mengeluh. Itu karena dia telah menyelesaikan tujuan yang diperintahkan ke dirinya sebagai penembak jitu.

Namun, Sinon berlari lurus ke arah pertempuran. Dia tidak berpikir untuk menolong anggotanya. Hanya senyuman yang mengambang dari wajah prajurit Minigun itu yang membuat Sinon bergerak maju.

Orang itu bisa tersenyum di medan perang hanya karena dia memiliki kekuatan. Jumlah waktu permainan yang dibutuhkan untuk mendapatkan Minigun, hampir sama atau lebih langka dengan Hecate. Perlengkapan tersebut menuntut ketekunan untuk menumpuk STR yang cukup untuk menjadi tangguh. Sebagai tambahan, ia memiliki keberanian untuk menghadapi tembakan Sinon dengan tenang.

Untuk melawan musuh seperti itu dan dengan membunuhnya, diri lainku yang terlalu lemah - <<Asada Shino>> yang selalu menangis dan yang kurang dewasa dapat dihilangkan.

Untuk itu saja, Sinon menginvestasikan dirinya di dunia gila ini. Melarikan diri dari sini, maka semua hal yang ia perjuangkan sampai sejauh ini akan menjadi sia-sia.

Sambil menendang tanah kering dan meloncat pada kecepatan tertinggi yang diperbolehkan parameternya, ia meloncat melalui udara berdebu. Sinon kemudian berada pada puncak kecepatannya.

Sinon bergerak di sekitar pasir sarat berkerikil. Dia menghindari dan melompati batu menonjol, reruntuhan dinding dan rintangan lainnya. Dia bergegas ke daerah pertempuran hanya dalam beberapa puluhan detik.

Parameter AGInya dibuka menyeluruh untuk membantunya dalam membuat dash sengit berarah lurus. Dia bahkan tidak sedikitpun mempertimbangkan mencari tempat perlindungan. Kelompok musuh kemungkinan sudah menangkap sosok Sinon mendekat.

Dibanding dengan awal, area pertempuran kedua phihak telah bergeser secara signifikan. Tentu saja, yang mundur adalah kelompok Dyne. Dengan adanya Minigun yang secara paksa memberikan tembakan backup memberondong, kelompok pertahanan musuh menekan jarak dengan menetap. Untuk menghindari jarak efektif tembakan senjata optik, empat orang termasuk Dyne, terus-menerus mundur, bersembunyi dari satu perlindungan ke perlindungan lainnya.

Bergegas lurus ke padang gurun untuk kabur sudah bukan opsi yang memungkinkan. Jika mereka terlihat, secara langsung mereka akan dimandikan peluru Minigun seperti air terjun dan menjadi berlubang seperti sarang lebah. Selain itu, dinding beton yang dipercayakan oleh Dyne dan lain-lain sudah sebagian besar hilang dalam pelarian mereka. Satu-satunya yang tersisa adalah reruntuhan bangunan yang mereka manfaatkan pada awal penyergapan. Jika mereka kabur ke sana, maka mereka akan terjebak seperti tikus di dalam tas.

Sinon yang langsung mengetahui situasi tersebut, mencoba untuk melompat ke bayang-bayang dinding dimana Dyne dan yang lainnya bersembunyi untuk menarik napas. Pada saat itu, tiga garis cahaya merah muncul tepat di depan Sinon.

"Ku..."

Mengepalkan giginya, Sinon memasuki posisi menghindar. Garis merah itu adalah lintasan garis dari penyerang yang menggunakan Peletus Laser.

Pertama, Sinon merendahkan tubuhnya sampai batas dan menyelinap ke bawah Garis Peluru pertama. Setelah itu, dengan tepat menelusuri garis diatas kepalanya, sinar panas biru pucat menghanguskan ruangan tersebut. Di depan matanya, Garis Peluru kedua memanjang. Dia menendang tanah dengan kaki kanannya sekuat tenaga dan meloncat, tubuhnya menari di udara. Tembakan laser lalu menembak tepat ke perutnya, dan untuk sesaat pandangan Sinon memutih.

Garis Peluru ketiga lalu melintas sedikit di atas arah lompatan Sinon. Dia menyusutkan kepalanya sebisa mungkin untuk menghindari sinar panas, tetapi ujung rambut biru tipisnya terpotong sedikit oleh sinar panas tersebut, dengan retakan suara partikel cahaya menyebar.

Dengan cara apapun menghindari tembakan terus menerus Peletus Laser, Sinon mendarat. Di depan matanya -

Sebuah garis tebal merah darah yang mengerikan berdiameter 50 cm mengarah ke arah Sinon.

Tidak salah lagi, ini adalah Garis Peluru Minigun itu. Beberapa persepuluh detik kemudia nantinyan, ledakan peluru bagaikan badai akan menyerang.

Sinon menyambuk tubuhnya yang lumpuh karena ketakutan, membungkuk kaki kanannya yang baru saja menyentuh tanah dan meloncat sekali lagi sekuat tenaga. Dia membalikkan tubuhnya di udara, di bagian teratas loncatan tingginya itu tubuhnya terbaring rata.

Tepat setelah itu, lewatlah badai gelombang energi yang hampir menyentuh punggung Sinon, dimana ia merasa turbulensi dari serangan itu. Setelah kluster peluru balistik bercahaya putih melewati pandangannya, dinding reruntuhan gedung yang agak jauh darinya lalu hancur.

Sesaat sebelum ia mendarat di tanah berpasir, ia membalikkan tubuhnya lagi. Sinon lalu mendarat dengan tangan kakinya. Pada saat yang sama ia melemparkan tubuhnya ke depan sebisa mungkin. Setelah berguling beberapa kali, ia mencapai bayang-bayang dinding beton dimana kelompok Dyne bersembunyi.

Pemimpin skuadron menatap Sinon yang tiba-tiba muncul dengan khawatir. Tidak peduli kalau ini tampaknya seperti niat baik, matanya tidak bersinar dengan rasa syukur. Hanya keraguan bagi seseorang yang menjulurkan kepalanya di tempat berbahaya ini dengan sengaja.

Dyne lalu memalingkan wajahnya, melihat senapan serbu yang berada di tangannya. Dia lalu bergumam dengan suara rendah.

"...Bajingan-bajingan itu, mereka membawa pengawal."

"Pengawal?"

"Kamu tidak tahu? Dia pengguna Minigun. Namanya <<Behemoth>>, seorang pria berotot dan cerdas yang berbasis di benua utara. Ia bekerja sebagai pelindung atau semacamnya untuk skuadron-skuadron dengan uang tapi tanpa ketekunan."

Itu adalah cara bermain yang lebih terhormat dibandingkan kamu, Sinon berpikir, tapi tentu saja dia tidak mengatakannya. Sebaliknya, ia berpaling ke tiga penyerang di luar Dyne, yang melihat keluar sesekali dari perlindungan untuk menembak membabi-buta pada kelompok musuh. Sinon lalu berkata dengan suara yang nyaris tidak terdengar oleh seluruh kelompok.

"Kalau kita terus bersembunyi seperti ini, kita akan dibunuh sesaat lagi. - Sisa jumlah peluru si Minigun agak meragukan. Jika kita semua menyerang pada saat bersamaan, maka ia akan membantai kita tanpa peduli. Kita harus menghilangkan opsi tersebut. Kalian berdua yang menggunakan SMG (senapan sub-mesin) pergi ke arah kiri, Dyne dan saya akan ke sisi kanan, M4 tinggal di sini sebagai backup..."

Dyne memotong pembicaraan dengan suaranya yang serak.

"...Itu tidak akan berhasil, ada tiga pengguna Peletus Laser yang tersisa. Jika kita bergegas masuk, efek pertahanan mereka akan..."

"Kecepatan tembak terus menerus Peletus lebih lambat dibandingkan senjata balistik, kita bisa menghindari setengah dari itu."

"Mustahil!"

Dyne mengulang dengan keras kepala sambil menggeleng kepalanya.

"Bergegas masuk juga hanya akan menghancurkan kita...Meskipun agak disesalkan, mari kita menyerah. Kalau kamu terlalu bangga melihat mereka menang, logout di sini....."

Meskipun kamu logout di medan neutral, kamu tidak akan menghilang secara langsung. Avatarmu yang tanpa jiwa akan tetap berada disini untuk beberapa menit, rentan untuk diserang. Peluangnya rendah, tapi senjata dan armor akan jatuh secara acak kemungkinan akan terjadi.

Sejauh ini, Sinon berpikir waktu mundur pemimpin terlalu awal, tetapi dengan keputus-asaannya ini, juga temperamennya yang seperti anak kecil, Sinon tidak pernah menyangka ia akan membuat proposal seperti ini. Sinon menatap setengah tercengang ke wajah Dyne yang seharusnya veteran.

Sesaat setelah itu, Dyne menunjukkan giginya dan berteriak.

"Apa? Jangan menganggap serius game ini! Bagaimanapun juga hasilnya sama saja, jika kita bergegas kita akan mati sia-sia..."

"Lalu mati saja!"

Sinon berteriak sambil menjawab sebagai reaksinya.

"Setidaknya di game ini, cobalah mati menghadapi todongan-todongan senjata!"

Sesungguhnya, kenapa dia mengatakan hal seperti ini ke pria yang hanyalah targetnya masih belum ia ketahui. Itu juga berarti Sinon akan memutuskan hubungannya dengan skuadron ini.

Saat sebagian dari hatinya sedang berpikir itu, Sinon menggenggam kerah jaket kamuflase Dyne dan dengan paksa menariknya dengan kuat. Pada saat bersamaan, Sinon dengan cepat berkata kepada tiga orang lainnya dengan mata lebar.

"Tiga detik cukup, ambil perhatian Minigun, saya akan menghabisinya dengan Hecate."

"...Un. Saya mengerti."

Pria dengan kacamata pelindung di rambut hijaunya berpikir cukup lama akhirnya menjawab dan kedua rekannya yang lain mengangguk.

"Oke, kita bagi tim menjadi dua, tim kiri dan kanan maju bersamaan."

Sinon mendorong paha Dyne yang merajuk dan mereka berpindah ke ujung akhir tempat perlindungan. Sinon mengambil dua senjata sampingan MP7 dari pinggang kirinya dan mulai menghitung mundur dengan tangannya.

Tiga...dua...satu,

"GO!!"

Pada saat yang sama, Sinon menendang tanah dengan keras dan masuk satu detik lebih awal ke medan perang dimana kematian terus menunggu.

Pada saat itu, beberapa Garis Peluru muncul di depannya. Dia menurunkan tubuhnya sambil meluncur menhindari, kelompok musuh memasuki pandangannya.

Di depan sisi kanannya, dibelakang dinding sekitar dua puluh metar kedepan, dua orang dengan Peletus Laser menunggu. Yang lainnya berada sedikit di kiri. Manusia Minigun <<Behemoth>> yang berada di tengah sekitar 10 meter dari mereka, membidik rekannya Sinon yang muncul keluar dari sisi kiri.

Sementara Sinon berlari ke kanan, ia membidik MP7 di tangan kirinya ke prajurit-prajurit Peletus. Menekan pemicunya dengan sedikit memunculkan Lingkaran Peluru. Tidak mungkin ia bisa mengendalikan detak jantungnya sekarang. Lingkaran Peluru tersebut berdetak di sekitar tubuh-tubuh prajurit bidikannya.

Meskipun begitu, Sinon tetap menembak. Dia merasakan syok dari rekoil yang tidak bisa dibandingkan dengan Hecate di telapak tangannya dan mengosongkan magasen 20 peluru 4,6mm sekaligus.

Serangan sembrononya membuat musuh panik dan dua prajurit Peletus berusaha bersembunyi di balik dinding, tetapi sebagian dari peluru-pelurunya mengenai tubuh mereka. Itu tidak cukup untuk menjatuhkan HP mereka ke nol tetapi akan memberinya waktu beberapa detik.

"Dyne! Dukung saya!"

Sinon berteriak dan melemparkan dirinya ke tanah. Pada saat bersamaan, ia mengeluarkan Hecate II dari punggungnya dan melengkapinya di kedua tangan. Dia tidak punya waktu untuk mempersiapkan kedua kaki pijakan senjatanya. Menahan berat Hecate yang mengerikan, ia mengintip melalu scope-nya.

Karena pengaturannya masih di pembesaran terendah, dia bisa melihat seluruh tubuh atas Behemoth. Wajah <<Behemoth>> kemudian melihat ke arah Sinon. Sinon lalu menarik pelatuknya tanpa menunggu Lingkaran Peluru mengecil.

Raungan dan kematian pasti mengilat menembus angkasa - peluru tersebut menembus tepat di samping kepala Behemoth. Serangan itu melepaskan goggles dari kepala Behemoth, yang lalu berubah menjadi bubuk dan lenyap.

Dia gagal mengenai sasaran - !

Sinon menggigit bibirnya dan baru ingin berdiri, lalu pandangannya di scope berhadapan dengan Behemoth. Behemoth yang wajah aslinya akhirnya kelihatan, dengan kedua mata abu-abunya yang menyala, bibirnya tersenyum tanpa gentar.

Seluruh tubuh Sinon ditutupi cahaya merah besar.

Tidak bisa dihindari, Sinon langsung menyimpulkan. Dari posisi menembak bersujudnya, berdiri dan meloncat ke kiri atau kanan, tidak ada waktu untuk melakukan semua itu.

Setidaknya, tatapi moncong senjata -.

Mengikuti kata-katanya, Sinon berdiri dan menatap langsung ke Behemoth. Tiba-tiba, di beberapa tempat di tubuh besar itu meledak ringan dengan suara "Papaa!".

Itu Dyne. Sambil berlutut pada satu kaki di tanah dan mengenggam senapan serbunya, dia menembak dengan akurasi tinggi. Dalam situasi dan jarak ini, tanpa memedulikan kepribadiannya, fakta bahwa ia bisa mencetak begitu banyak tembakan membuktikan bahwa keterampilannya benar-benar menakjubkan. Sambil berpikir hal itu, Sinon melompat segenap tenaga ke sisi kanannya. Tepat setelah itu, tempat dimana ia berada sebelumnya ditembaki puluhan badai peluru.

"Dyne! Geser ke kanan sedikit lagi..."

Pada saat Sinon berteriak itu.

Dua prajurit bersenjata Peletus muncul dari persembunyian mereka, membidik Dyne yang sedang berdiri dan lalu menembaki anak-anak panah cahaya tanpa ampun ke arah Dyne.

Jaraknya terlalu dekat. Sinar panas menembus pertahanan Dyne dan mengenai tubuhnya satu demi satu.

Dyne memandang Sinon sesaat. Lalu ia menghadap depan -

"Uooo!!"

Dengan satu teriakan tunggal itu, ia mulai berlari lurus ke depan.

Badai peluru menghujani tubuh Dyne. Dia menghindar dan menyelinap melewati beberapa tembakan sambil bergegas dengan sengit. Tapi tentu saja, ia tidak bisa menghindari semua tembakan-tembakan tersebut.

Pada detik-detik terakhir, Dyne menarik jimat perlindungan Granat Plasma dari pinggangnya dan melemparnya ke persembunyian mereka. Pada saat yang sama, seluruh HP-nya habis, sementara avatarnya masih menghadap jauh dari Sinon. Lalu Dyne hancur berkeping-keping menjadi poligon dan melenyap.

Akibatnya, dunia dicat cahaya putih.

Palu raksasa Tuhan lau jatuh membuat impak ke tanah. Aliran energi hijau-putih menggila. Badai debu membaling ke atas. Tercampur di semua itu, tubuh seorang Peletus terbang di udara. Sebelum mencapai tanah, ia terhancur musnah.

-Keberanian Mengagumkan!

Sinon memberikan elegi singkat untuk Dyne yang telah keluar dari pertempuran. Sinon lalu menyipitkan matanya dari debu-debu di sekitar dan dengan cepat memeriksa medan pertempuran.

Salah satu dari rekan timnya yang mengambil sisi sayap kiri telah dibunuh oleh Minigun dan prajurit Peletus di sana tampaknya telah menghilang.

Di sayap kanan, karena pengorbanan bunuh diri Dyne, menjadi medan kekacauan. Dyne membawa serta satu musuh sebelum ia mati dan sisa satunya yang lain tertegun di tempat.

Kemudian - didalam asap debu yang secara perlahan-lahan mulai menipis, siluet besar mendekatinya dengan arah lurus.

Jika ini berlangsung, Behemoth dan dirinya akan bertempur tatap muka. Tetapi pada jarak itu, senapan snipernya tidak bisa menang melawan senapan mesin berat.

Dia harus menemukan posisi titik buta Minigun sambil mengambil posisi untuk menembak. Namun di pertempuran satu lawan satu, tidak ada titik buta...

- Tidak.

Sinon menahan napasnya sejenak. Pada saat asap debu hasil dari granat Dyne masih menutupi semuanya, Behemoth tidak tahu persis dimana posisi dirinya. Tentu saja, Sinon juga tidak dapat membidik Behemoth dengan jelas, tetapi kemungkinan ia bisa pergi ke satu tempat di area ini dimana badai peluru tidak dapat mencapainya.

Sambil memikirkan hal itu, Sinon berbalik dan berlari dengan sengit. Dia berlari menuju reruntuhan bangunan yang runtuh dan rusak di belakang medan pertempuran.

Melompat memasuki jalan masuk, Sinon tidak dapat melihat bagian belakang gedung yang sudah runtuh. Langit kuning masih terlihat. Tetapi Sinon berlari menuju sisi kanan dinding - dimana terdapat sebuah tangga naik. Sambil mencoba untuk tidak menginjak ubin-ubin rusak yang dapat menyebabkan suara, Sinon berlari dengan hati-hati.

Di tangga besi, dia harus melangkah dengan ringan, tetapi ia naik tanpa merepotkan hal itu.

Dia menendang dinding seperti penari untuk mengubah arahnya dan pergi naik ke atas lagi.

Dia mencapai lantai lima dalam waktu kurang dari dua puluh detik. Tangga tersebut berakhir di sana. Ada jendela besar di sebelah kiri.

Dari sini, Sinon seharusnya memiliki waktu beberapa detik untuk mengambil posisi membidik tanpa Behemoth sadari.

Sambil memikirkan itu, Sinon meletakkan Hecate II di bahunya dan memandang keluar jendela menghadap ke bawah medan pertempuran.

Tiba-tiba pandangannya memerah.

Beberapa puluhan meter di bawah, Behemoth mengangkat Minigun ke ketinggian maksimumnya lalu membidik Sinon secara langsung. Dia telah membaca gerakan Sinon. Pikiran dan rencana pertempurannya, seluruhnya.

Kuat sekali. Dia seorang pemain GGO sejati, bukan, dia seorang tentara.

Namun, lawan seperti inilah yang Sinon inginkan. Bunuh dia. Harus membunuhnya.

Sinon tidak ragu-ragu. Tanpa mengambil posisi membidik, ia meletakkan kaki kanannya di ambang jendela dan melompat keluar.

Pada saat sama, seperti nyala api, kilatan gelombang energi bergegas naik dari tanah. Whack!! Syok intens datang dari lutut kirinya Sinon. Kaki avatarnya lenyap dan bar HPnya menurun drastis.

Namun, Sinon masih hidup. Dia terjun melewati lintasan tembakan Minigun dan menari di udara. Sinon berada tepat di atas posisi Behemoth yang mengagumkan.

Behemoth kemungkinan ingin menembak sampai pelurunya habis, jadi ia bergerak mundur, mencoba menembak Sinon di lintasan tembakannya. Tetapi dia tidak bisa meraihnya. Untuk Minigun yang digantung pada rel di punggungnya, tidak ada cara lain untuk menembak ke atas.

Sambil jatuh, Sinon menempatkan Hecate II dibahunya dan menatap langsung melalui scopenya.



Pandangan Sinon dipenuhi oleh wajah kasar Behemoth. Di wajah itu, senyuman biasanya menghilang. Dia menunjukkan giginya, dengan terkejut dan lentera amarah terbakar di matanya.

Sinon nyaris tidak menyadari bahwa mulutnya bergerak sendiri.

Apa yang muncul di wajah Sinon adalah sebuah senyuman. Senyuman liar, kejam, berhati dingin.

Masih dalam keadaan jatuh, Sinon tidak dapat menstabilkan tembakan jarak jauhnya. Tetapi jarak tembakan ini terlalu dekat. Ketika moncong senjatanya berada di jarak sekitar satu meter dari kepala Behemoth, Lingkaran Peluru hijaunya mengecil dan menetap di tengahnya wajah pria tersebut.

"The End!"

Sambil berbisik, Sinon menarik pelatuknya.

Di dunia ini, tombak energi terbesar dari jari Dewi Dunia Nereka terbebas keluar dari peluru tersebut.

Peluru itu dengan langsung menusuk lubang besar yang menikam melalui wajah Behemoth dan bagian atas tubuhnya, menembus reruntuhan tanah.

Kemudian, setelah suara ledakan itu berlalu, tubuh silinder Behemoth yang besar hancur terbongkar dan lenyap.

Penulis : Rulli Rhamananda ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sword Art Online Jilid V BAB III (Bagian II) ini dipublish oleh Rulli Rhamananda pada hari Rabu, 28 November 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sword Art Online Jilid V BAB III (Bagian II)
 

0 komentar:

Posting Komentar