Sword Art Online Jilid III Bab IV (Bagian I)





Menyaksikan Kirito bertarung, Lyfa dibuat setengah terpana dan setengah kagum.

Mereka berada di langit sepanjang wilayah Hutan kuno di wilayah timur laut Sylph; sedikit lebih jauh dan mereka akan melewati kawasan dataran tinggi. Sylvain sudah berada jauh di belakang mereka sehingga tak peduli sekuat apapun kalian membelalakkan matamu, menara giok itu takkan bisa terlihat.

Mereka tengah melaju ke bagian terdalam dari yang disebut zona netral, sehingga monster di area ini sangat kuat dan memiliki level cukup tinggi. Kirito saat ini tengah bertarung dengan tiga kadal bersayap bermata satu «Evil Glancer», secara sekaligus. Kekuatan mereka sebanding dengan monster boss dari dungeon level rendah di wilayah Sylph.

Disamping kekuatan dasar mereka, masalah sejatinya adalah mata besar dan ungu mereka bisa melepaskan serangan «Evil Eye» -- suatu tipe sihir kutukan yang dapat mengurangi kemampuan seorang pemain secara drastis untuk beberapa saat kalau sampai kena. Lyfa tengah mempertahankan jaraknya dan bertindak sebagai peran support. Kapanpun kutukan mengenai Kirito, Lyfa akan memberinya mantra pembalik, namun ia tak paham apa hal itu dibutuhkan atau tidak di atas udara.

Bagi Kirito yang memegang pedang yang sama panjang dengan tubuhnya, bertahan dan mengelak tidak ada dalam kamusnya; dan seolah untuk membuktikan gaya bertarung gila gilaannya, semua kadal berjatuhan satu demi satu. Kirito sama sekali tak peduli dengan yang namanya serangan jarak jauh dari kadal; karena dia mengayunkan pedang besarnya sambil terus maju, banyak kadal akan terkena oleh tebasan ganasnya, dan terpotong kecil kecil. Dengan kehendak kuat di setiap ayunannya, lima kadal pertama dihabisi dengan ganas. Kadal terakhir mencoba untuk kabur dengan sisa HP 20%. Ia melepaskan teriakan menyedihkan sambil mengungsi ke hutan, namun Lyfa mengangkat tangan kanannya, dan mengaktifkan sihir vakum tipe pengejar. Empat atau lima bilah seperti bumerang dengan cepat mengejar si kadal dan memotongnya kecil kecil. Tak lama kemudian, tubuh si reptil biru itu musnah menjadi poligon cahaya biru, menandakan akhir yang cepat dari pertarungan kelima hari ini.

Dengan suara metalik besar disertai suara sarungan pedang, Lyfa mengangkat tangannya saat ia melihat Kirito dengan ringan mendekatinya di udara.

“Kerja bagus—“

“Terima kasih untuk dukungannya—“

Mereka saling melambaikan tangan, dan keduanya bertukar senyum.

“Tapi bagaimana bilangnya ya........gaya bertarungmu itu terlalu nekat.”

Mendengar Lyfa mengatakan itu, Kirito menggaruk kepalanya.

“A-Apa iya?”

“Umumnya, akan lebih baik untuk memakai taktik serang dan lari untuk hindaran, tapi kamu hanya menyerang dan menyerang.”

“Tapi kita bisa selesai lebih cepat, bukan?”

“Itu mungkin bekerja dalam situasi dengan monster yang sama seperti hari ini, tapi tidak kalau kamu menemui kelompok monster dengan kombinasi tipe serangan jarak jauh dan jarak dekat. Kalau kita sampai menghadapi party pemain mereka pasti akan memakai sihir sehingga kamu harus hati hati.”

“Sihir—Tak bisakah aku tinggal menghindarinya?”

“Ada banyak tipe sihir jarak jauh;untuk sihir tipe-kekuatan yang bergerak lurus, kamu bisa membaca arahnya dan menghindarinya, tapi itu mustahil untuk sihir tipe pengejar dan tipe area. Seandainya ada Mage yang memakai tipe sihir semacam itu, kamu harus selalu mempertahankan kecepatan tinggi dan waktu pergerakanmu.”

“Hmmm.........sepertinya ada banyak hal untuk diingat.”

Kirito menggaruk kepalanya dengan wajah seperti anak anak yang melihat seperangkat masalah yang sulit dipecahkan.

“Tapi, kalau itu kamu maka kamu pasti bisa memahaminya dengan cepat.....menurutku. Kamu nampaknya memiliki intuisi bagus dan mata tajam. Apa kamu seorang atlet olahraga di dunia nyata?”

“Ng-Nggak, sama sekali tidak.”

“Hmmm.......baiklah, ayo kita terus bergerak.”

“Oke.”

Mereka mengangguk satu sama lain, kemudian mulai mengepakkan sayap mereka dan melanjutkan perjalanan. Di bawah matahari terbenam, padang rumput berwarna keemasan mulai muncul di balik hutan.




Tanpa menemui monster apapun setelah itu, keduanya akhirnya keluar dari Hutan kuno dan memasuki area pegunungan. Tepat saat mereka mencapai batas waktu penerbangan mereka, mereka turun ke sudut padang rumput di kaki gunung.

Saat sol sepatu mereka meluncur di rerumputan selagi mendarat, Lyfa mengangkat kedua tangannya dan meregangkan tubuhnya. Biarpun tubuh asli tak memiliki organ tubuh seperti itu, entah kenapa sayap bisa merasakan kelelahan setelah penerbangan jauh. Beberapa detik kemudian, Kirito juga mendarat dan sama sama meregangkan tubuhnya.

“Fufu, sudah capek?”

“Belum, masih belum.”

“Oke, mari terus berjuang......itulah yang ingin kukatakan, tapi kita harus menunda perjalanan udara untuk sementara.”

Kirito mengangkat alisnya oleh pernyataan Lyfa.

“Eh, kenapa?”

“Apa kamu melihat pegunungan?”

Lyfa menunjuk ke bagian paling ujung dari padang rumput, ke arah gunung yang menjulang dan diselimuti salju.

“Terbang dibatasi oleh ketinggian. Kita tak bisa terbang melebihi tinggi pegunungan, jadi kita harus lewat melalui lorong gua yang terletak di dalam pegunungan. Itu sepertinya adalah tempat paling berbahaya saat bepergian dari wilayah Sylph ke Aarun. Aku sendiri nggak yakin karena ini kali pertama aku disini.”

“Begitu.....lorong itu, apakah panjang?”

“Cukup panjang, tapi ada kota pertambangan netral di tengah tengahnya, dan kita pasti bisa beristirahat disana. Kirito-kun, sampai saat itu apa kamu masih tak apa apa?”

Kirito memanggil jendela menu dengan tangan kirinya, mengecek jam, dan mengangguk.

“Waktu di dunia nyata saat ini jam tujuh malam, aku tak apa apa untuk sekarang.”

“Begitu, maka mari kita coba sedikit lebih lama lagi. kita harus lakukan ‘Rotate Out’ sekali disini.”

“Ro-Rotate?”

“Ah, kita bergiliran untuk log out dan beristirahat. Karena ini adalah zona netral, kita tak bisa log out dalam sekejap. Sehingga, seorang akan log out dimana yang lain akan melindungi avatar saat ia jatuh dalam kondisi tak bernyawa.”

“Begitu, aku paham. Lyfa, tolong pergi lebih dulu.”

“Baiklah, aku menerima tawaran baikmu. Mohon bantuannya selama 20 menit!”

Selesai bicara, Lyfa mengeluarkan jendela menu dan menekan tombol Log Out. Saat dia menyentuh tombol pesan peringatan YES, daratan di sekelilingnya mengalir ke satu titik dan lenyap seketika.




Duduk bersila di atas ranjang setelah bangun, Suguha melepas Amusphere dan melompat dari ranjang. Dengan cepat berlari sepanjang tangga, Suguha mengkonfirmasi kalau lantai pertama kosong. Hari penyuntingan akhir majalah sudah semakin dekat jadi Midori belum pulang ke rumah, dan Kazuto mungkin berada di kamarnya, sehingga lantai pertama nampak sunyi.

Membuka lemari es, Suguha mengambil dua bagel, ham, krim keju, dan sayuran satu demi satu. dengan cepat mengiris roti menjadi dua, ia mengoleskan selapis tipis mustard, menambahkan ham, dan memasukkan sisanya, dan kemudian memindahkan sandwich bagel itu ke piring. Setelah ia menuangkan susu ke dalam panci susu kecil dan menumpangkannya di atas kompor, Suguha menaiki tangga, dan menghadap lantai kedua sambil berteriak:

“Onii-chan, apa kamu ingin makan sesuatu!?”

....Namun tak ada jawaban. Dia pasti tertidur, Lyfa mengangkat bahunya dan kembali ke dapur. Ia menuangkan susu yang sudah mendidih ke cangkir dan membawanya ke meja ruang tamu dengan piring. Setelah sekitar sembilan puluh menit, makan malamnya selesai. Menempatkan piring ke mesin cuci, dia berlari ke kamar mandi. Biarpun itu adalah dunia virtual, kalau kau melakukan pertarungan sengit, tubuh aslimu akan berkeringat karena ketegangannya. Setelah permainan panjang dia mulai merasa lengket kalau dia tak mencuci dan mengganti pakaian.



Suguha melepas pakaiannya dan melompat ke shower dengan kecepatan supersonic, air hangat perlahan menetes melalui kepala shower.

Faktanya, kalau dia bermain VRMMO secara berlebihan sampai mengganggu makan atau mandi, atau kalau dia memesan makanan jadi, Ibunya akan memarahinya, jadi dia mencoba tak mengikuti party dalam jangka panjang. Namun, kali ini dia tak bisa melakukan itu. Dia mungkin akan bepergian dengan Kirito besok, atau besok lusa kalau situasi memburuk. Mungkin karena kepribadiannya, Suguha tak suka dengan party jangka panjang, saat hari berubah dia akan merasa tak nyaman, namun entah kenapa kali ini hal itu justru tidak terjadi. Dalam hal ini.......

.....Suguha justru merasa senang.

Pikir Suguha sambil menutup matanya dan merasakan sentuhan lembut air hangat di kulitnya.

Membuka matanya, pupil hitam gelapnya menatap balik dari cermin di hadapannya. Di dalamnya, terdapat campuran perasaan senang dan sedikit tak nyaman.

Fisik Suguha yang asli memang sangat besar untuk praktisi kendo, bahkan juga begitu saat dibandingkan dengan roh angin Sylph, Lyfa, dia jelas jelas bertulang besar. Bahu, perut, dan pahanya, kapanpun dia menggerakkan mereka, bentang ototnya sepertinya kelihatan jelas, selain itu dia juga merasa kalau dadanya sudah mulai tumbuh belakangan ini.

Tubuh ini merasakan semua itu, namun jauh di dalam hatiku tumbuh sebuah konflik. Suguha menutup matanya lagi.

.....Bukan berarti Suguha mulai menjadi menyukai dia. Itu juga bukan karena ingin mengajak seseorang berpetualang bersama........hanya saja, terbang di dunia baru sangatlah menyenangkan.

Hal itu digumamkan dalam hatinya, namun itu bukan demi membujuk dirinya sendiri, namun ada kebenaran di dalamnya.

Berpikir kembali, ia juga memiliki perasaan seperti itu setiap hari di masa lalu.

Seiring ia tumbuh makin kuat, sedikit demi sedikit bidang aktivitasnya melebar; hanya terbang di langit dunia yang tak diketahui akan membuat jantungnya berdegup senang. Namun, karena dia diangkat menjadi peran pemain senior utama di dalam wilayah Sylph, pengetahuan dan kewajibannya meningkat secara bersamaan juga. sebelum dia menyadarinya, dia terkubur oleh kebiasaan dari kehidupan sehari harinya. Tugas seperti bertarung demi seluruh ras telah mengekang sayapnya dengan rantai tak terlihat.

Para Pemain yang mengabaikan wilayah mereka dalam ALO disebut «Pembelot», makna Bahasa Inggrisnya yakni «Apostates». Yakni mereka yang membuang kewajiban mereka setelah mendapatkannya, mereka yang dibawah tekanan negara mereka sendiri, sampai sekarang memberi kesan kalau mereka adalah pengkhianat, mungkin memiliki semacam kehormatan di dalam hati mereka.

Dengan pikirannya masih memikirkan semua hal itu, dia dengan cepat membasuh rambut dan tubuhnya kemudian membilas busanya. Melepas handuk mandi dari kait di dinding, ia memakai panel kendali di sampingnya, dan hembusan udara hangat bertiup dari celah di langit langit. Saat rambutnya hampir kering, ia membalut tubuhnya dengan handuk dan menuju ke ruang tamu. Melihat jam, ada kurang dari tiga menit sebelum batas waktu yang disetujui.

Ia membungkus sandwich bagel yang tersisa di atas piring, mengambil secarik kertas dan menulis “Onii-chan, kalau kamu lapar tolong makanlah ini.”, dan meletakkannya di bawah piring.

Kembali ke lantai kedua, ia segera mengenakan piyama, berbaring ke ranjang, dan menaruh helm Amusphere di kepalanya.

Setelah menunggu sejumlah proses koneksi, melalui warna pelangi dari prosedur Log In, Suguha/Lyfa merasakan hembusan angin segar dan mencium aroma menyegarkan.




Dari posisi menunggunya, dan berlutut di atas satu lututnya, Lyfa berdiri dan bertanya.

“Maaf membuatmu menunggu, apa ada monster yang muncul?”

Kirito, yang berbaring di atas rumput dengan benda seperti jerami di mulutnya, melepasnya dan mengangguk.

“Selamat datang kembali. Disini sepi sekali.”

“Apa itu?”

“NPC dari toko grosir berkata kalau ini adalah produk khas di Sylvain.”

“Aku belum pernah dengar ada yang seperti itu.”

Kirito menyerahkan ‘sesuatu’ itu dan Lyfa menerimanya di tangannya. Dia nampak sedikit tegang dan menggigitnya. Dengan sekali nafas, aroma manis dan harum mint mulai muncul di mulutnya.

“Ini giliranku untuk Log Out. Tolong lindungi aku.”

“Ok, nikmati perjalananmu.”

Saat Kirito memanggil jendela menu dan menekan tombol Log Out, tubuhnya secara otomatis kembali ke posisi standby. Lyfa kemudian duduk di sampingnya dan mulai melihat dengan santai pada Surga selagi mengisap jerami mint saat pixie dari saku dada Kirito terbang keluar dan mengejutkannya.

“Whoa! Kamu bisa bergerak meski majikanmu tidak dalam Game!?”

Yui memasang wajah ‘tentu saja’ dan meletakkan tangannya di pinggangnya seraya mengangguk.

“Tentu saja bisa. Aku adalah aku. Dan dia bukan ‘majikan’ku, dia adalah ‘Papa’ku.”

“Meskipun begitu, kenapa kamu memanggil Kirito Papamu? Apa mungkin dia memprogrammu seperti itu?”

“Papa menolongku, tapi dia juga berkata kalau aku anaknya. Jadi dia adalah Papaku.”

“Begitu....”

Sudah pasti, Lyfa tak paham sama sekali.

“Kamu mencintai Papamu?”

Lyfa bertanya dengan santai, dan Yui menatapnya dengan wajah serius.

“Lyfa, apa itu cinta?”

“A-Apa........”

Lyfa tak siap menghadapi pertanyaan tak terduga dan memikirkannya untuk beberapa saat sebelum menjawab dengan nada kering.

“......Itu perasaan ingin tetap bersama. Dan saat kalian bersama, jantungmu akan berdegup kencang, atau kira kira seperti itu.....”

Wajah tersenyum Kazuto mendadak muncul di pikirannya, namun kenapa wajah itu sama dengan wajah istirahat avatar di sampingnya? Lyfa tersedak. Tak yakin sejak kapan perasaannya pada Kirito mulai sama dengan perasaan tersembunyinya pada Kazuto. Lyfa menggeleng kepalanya tanpa berpikir. Yui melihat ia melakukan ini dan memiringkan kepalanya, sambil bertanya:

“Ada apa, Lyfa?”

“Bukan, bukan, bukan, itu bukan apa apa!”

Lyfa berteriak, dan pada saat itu—

“Apanya yang bukan apa apa?”

“Waaah!”

Kirito tiba tiba mengangkat kepalanya dan Lyfa melompat.

“Aku kembali. Apa yang terjadi?”

Kirito melihat wajah gugup Lyfa dan berdiri. Hinggap di bahunya, Yui berkata:

“Selamat datang kembali, Papa. Kami baru mengobrol tentang orang yang dia sukai dan—“

“Hei, itu nggak benar!”

Lyfa buru buru memotong ucapan Yui.

“Kamu cepat sekali kembali. Apa kamu makan sesuatu?”

Lyfa bertanya untuk menyembunyikan rasa malunya.

“Ah ya, keluargaku membuatkan sesuatu untukku.”

“Begitu, baiklah, kita harus lekas berangkat. Kalau kita nggak sampai di Kota pertambangan sebelum hari sudah larut, nanti akan jadi Log Out merepotkan. Ayo, segera terbang ke pintu masuk gua!”

Lyfa menyelesaikan ucapannya dengan cepat dan berdiri. Biarpun Yui dan Kirito tak cukup paham apa yang terjadi, Lyfa tak menunggu mereka untuk menyadari itu dan dengan lembut mengepakkan sayapnya.

“Ah, ya. Mari berangkat!”

Masih tak memahami alasan ekspresi Lyfa, Kirito juga membentangkan sayapnya. Namun tiba tiba, dia menoleh dan melihat ke arah hutan tempat mereka keluar.

“Ada apa?”

“Bukan apa apa.......”

Kirito membalas, meski ia masih menatap ke arah hutan.

“Rasanya ada seseorang yang mengawasi kita. Yui, bisa beritahu kami apa ada orang lain sepanjang area ini?”

“Tidak, tak ada siapapun di sekitar kita.”

Pixie itu menggeleng kepala kecilnya. Namun Kirito masih nampak ragu ragu.

“Perasaan seolah diawasi........apa ada semacam indera keenam dalam Game ini?”

Mendengar Lyfa menanyakan itu, Kirito menggosok dahinya dengan tangan kanannya dan berkata:

“Sulit untuk melakukan itu. kalau ada seseorang mengawasi kita, maka sistem akan memberi kita «Referensi», kamu mungkin hanya melihat aliran data yang tidak biasa kamu lihat, anggap saja begitu.”

“Apa iya?”

“Tapi Yui tak merasakan kehadiran siapa siapa jadi pasti tak ada siapapun.”

“Ah, bisa saja mereka menggunakan «Tracer»”

Lyfa berbisik pada Kirito, yang mengangkat alisnya.

“Apa itu?”

“Itu adalah sihir pelacakan. Biasanya dalam bentuk makhluk sihir kecil yang memberitahu pemain tentang posisi target.”

“Itu mantra yang bagus sekali. Bisakah kamu lepaskan mantra itu dari kita?”

“Kalau aku bisa melihat Tracer-nya maka aku bisa melepasnya, tapi kalau skill sihir si pemakai sihir itu tinggi, jarak yang bisa dia observasi meningkat, jadi menemukannya di daratan luas seperti ini sangat mustahil.”

“Begitu. Mungkin hanya imajinasiku, pokoknya ayo kita lekas berangkat.”

“OK.”

Setelah mengangguk, mereka terbang ke angkasa lagi. bukit putih dari sudut pegunungan tak terlalu jauh, dan di tengah tengah bukit terdapat gua hitam raksasa. Menuju ke lubang gua yang menghembuskan udara dingin sinis dari dalamnya, Lyfa mengepakkan sayapnya lebih cepat dan mempercepat lajunya.

Setelah beberapa menit terbang, keduanya memasuki pintu masuk gua.

Hampir tegak lurus pada batu batu besar, gua itu adalah bentuk persegi raksasa yang memotong wajah bukit. Tinggi dan lebarnya sekitar tiga atau empat kali melebihi Lyfa. Mereka tak tahu ada apa di dalam sana, namun diukir di sekitar pintu masuk gua adalah beberapa desain monster. Bagian teratas lubang terdapat kepala setan yang menjulang keluar, melihat dengan kebencian ke arah mata semua penyusup.

“Gua ini......apa memiliki nama?”

Oleh pertanyaan Kirito, Lyfa menganggukkan kepalanya dan membalas.

“Namanya adalah «Koridor Ruger». Ruger juga menjadi nama dari Kota Pertambangan itu.”

“Whoa, itu seperti cerita yang kutonton di film fantasy.”

Lyfa menatap Kirito dengan pandangan perifernya dan melihatnya tersenyum. Mungkin maksud Kirito adalah buku buku klasik, yang menjadi inspirasi produksi film. Dalam kamar Kazuto, terdapat kotak dengan buku edisi koleksi semacam itu, dan Lyfa sering meminjamnya untuk dibaca tanpa meminta ijin lebih dulu.

“Aku tahu apa yang kamu bicarakan. Untuk melintasi pegunungan, mereka melalui pertambangan bawah tanah, dan diserang oleh setan raksasa. Namun, sayangnya monster tipe-setan tak akan muncul disini.”

“Sayang sekali ya.”

“Ah, tapi gua ini dihuni banyak Orcs. Kalau kamu menganggapnya menarik, kamu bisa mengurus semua makhluk itu.”

Kemudian, keduanya mulai bergerak ke depan ke arah gua.

Terasa sejuk di dalam gua, cahaya dari luar juga sangat tipis, dan perlahan menyelimuti segalanya ke dalam kegelapan. Lebih baik memakai sihir tipe cahaya; pikir Lyfa dan menoleh pada Kirito yang berjalan di sampingnya.

“Oh iya, Kirito-kun, apa kamu melatih skill sihirmu?”

“Ah, hanya sihir dasar ras, tapi aku tak sering memakainya.”

“Menjelajahi gua adalah spesialisasi Spriggan dengan pemakaian cahaya, bahkan lebih efektif dari sihir Mage angin.”

“Hmm, Yui, apa kamu tahu?”

Kirito menggaruk kepalanya dan Yui keluar dari sakunya dan berkata dengan nada menguliahi;

“Papa, aku minta kamu sedikit membaca buku panduan manual. Memakai sihir cahaya itu....”

Yui perlahan melafalkan mantra, dan Kirito mengangkat tangan kanannya dan mengulangi ucapannya. Tangan kanannya memancarkan cahaya abu abu pucat, dan terus menyebar. Saat itu mengenai Lyfa, dia mampu melihat area yang luas disekitar mereka. Mantra itu nampaknya tak memancarkan cahaya; namun memberi penggunanya pandangan-malam.

“Wow, ini sangat praktis sekali. Menjadi Spriggan mungkin ada gunanya juga.”

“Ah, mendengar kamu mengatakan itu membuatku terluka.”

“Hahaha. Tapi serius, kamu setidaknya harus mengingat beberapa mantra sihir yang berguna. Kalau kamu bahkan nggak bisa memakai mantra spesialitas Spriggan dalam situasi hidup dan mati, itu akan memalukan.”

“Woo, ucapan itu bahkan lebih melukaiku.”

Sambil mengobrol dengan santai, mereka terus bergerak lebih jauh ke dalam banyak belokan dan kelokan di dalam gua. Tak lama kemudian, mereka tak bisa melihat cahaya putih dari pintu masuk lagi.




“Kupikir itu adalah ‘ARLU-DENA-RERE.....’”

Kirito menatap referensi manual ungu berkilauan dan mencoba membisikkan kalimat mantra yang tak familiar.

“Tidak, tidak, membacanya seperti itu tak akan mengaktifkan mantra. Mantra itu bukan hanya pelafalan mekanik, kamu harus memahami tiap tiap «Kekuatan kata» dan mengasosasikannya dengan efek sihir sembari mengingatnya.”

Mendengar pernyataan ini, si pendekar pedang hitam menghela nafas panjang dan menjatuhkan kepalanya.

“Aku tak menyangka akan mempelajari kata kata yang kelihatan seperti bahasa Inggris dalam Game.”

“Akan kuperingatkan kamu, mantra level tinggi setidaknya memiliki dua puluh kata.”

“Aw ayolah, aku lebih suka jadi petarung murni......”

“Sia sia saja menangis! Ayo cepat mulai dari awal lagi!”

Sekitar dua jam mereka berjalan setelah memasuki gua, mereka bertarung dengan orcs lebih dari sepuluh kali dan menang tanpa masalah. Berkat peta yang dibeli di Sylvain, mereka berjalan mengikuti jalan lurus dan bepergian dengan cepat. Menurut peta, seharusnya terdapat danau besar bawah tanah di depan sana, melintasi jembatan di atasnya akan menuntun ke arah kota tambang, Ruger.

Ruger tidak sebesar ibukota bawah tanah Gnome, namun ia memiliki fasilitas yang menghasilkan bijih berkualitas tinggi dan banyak pemain tipe pebisnis serta pandai besi tinggal disana. Mereka tak menemui pemain lain sepanjang jalan. Gua ini bukan tempat perburuan yang bagus. Gua ini cukup besar, namun seperti ketiadaan cahaya matahari atau cahaya bulan, sumber ketahanan penerbangan juga tak mencapai area ini, sehingga sayap mereka tak bisa digunakan.

Pemain Sylph yang ingin menuju ke Aarun untuk berdagang dan piknik biasanya mengambil rute yang lebih jauh dari bagian utara Sylvian, melintasi wilayah Cait Sith di dekat pegunungan. Hidup disana terdapat ras Cait Sith dengan telinga dan ekor kucing mereka. Mereka bisa memakai skill «Taming» dengan memberi makan monster atau binatang, dan selalu menyediakan hewan tunggangan yang sudah dijinakkan ke ibukota Sylph demi menjalin persahabatan, jadi kedua ras itu sudah lama sangat akur. Hubungan diantara Raja dari kedua ras juga sangat bagus, bahkan dikatakan kalau tak lama lagi mereka akan membentuk aliansi.

Karena Lyfa memiliki sejumlah teman Cait Sith, dia berniat untuk memilih rute melalui lintasan utara, namun melewati pegunungan karena Kirito kelihatan buru buru. Jujur saja, masuk ke bagian dalam tanah membuat Lyfa tak nyaman, namun dalam situasi saat ini bergerak sepanjang pegunungan sepertinya tak membawa masalah berarti.

Yang jelas, alasan kenapa Kirito begitu buru buru menuju ke Aarun, dan World Tree, masih misteri bagi Lyfa. Sikap Kirito membuat Lyfa bertanya tanya dengan ketidakpastian di hatinya, namun postur bertarungnya sepertinya sangat cemas.

Ia ingat Kirito menyebutkan kalau ia tengah mencari seseorang. Orang orang yang hilang kontak di dunia nyata dan datang mencari di Game tidaklah aneh. Di papan buletin di depan toko grosir, di sudut pertanyaan, kata ‘mencari seseorang’ tidak ada habisnya. Biasanya itu dilakukan demi balas dendam atau karena ketertarikan cinta, namun tak ada yang pas untuk Kirito. Dan, mencari di Aarun cukup bisa dipahami, tapi kenapa World Tree? Saat ini tempat itu seperti area tak terjamah, biarpun bisa mencapai bagian bawahnya, menuju ke puncak pohon itu nyaris mustahil.

Lyfa berjalan di samping Kirito yang terus berlatih keras dengan kalimat mantra, dan terus berpikir sendiri. Biasanya tak memperhatikan di zona netral sama halnya bunuh diri, namun dalam perjalanan ini karena indera menakutkan Yui, ia akan memperingatkan mereka adanya monster yang mendekat sehingga tak perlu khawatir akan ada serbuan.

Kemudian, setelah beberapa menit, mereka hampir mencapai danau bawah tanah saat Lyfa mendengar suara, itu bukan peringatan Yui, namun lebih seperti suara dering telepon.

Lyfa mengangkat tangannya, menoleh pada Kirito, dan berkata:

“Ah, aku mendapat pesan. Maaf, tolong tunggu sebentar.”

“Oke.”

Lyfa berhenti, di bagian depan tubuhnya di bawah dadanya, ia menekan icon yang ditampilkan. Sebuah jendela muncul dan menunjukkan Pesan Teman. Daftar Teman Lyfa hanya ada satu orang, Recon, ia sudah bisa menebak, jadi bahkan sebelum membaca dia sudah tahu siapa pengirimnya. Itu mungkin isi yang tidak perlu, pikir Lyfa sambil melirik pesan itu, namun—

‘Seperti yang kuduga! Hati hati, S’

Itulah satu satunya hal yang ditulis.

“Apa apaan ini?”

Ujarnya tanpa berpikir. Sama sekali tak masuk akal. Apa yang dia duga? Hati hati dengan apa? Dan apa maksud ‘S’ di bagian akhir? Kalau Recon mengiriminya pesan, bukankah harus dengan ‘R’, apa ada semacam makna tersembunyi dibaliknya?

“Esu...sa....shi....su......hmmm.”

“Ada apa?”

Lyfa menjelaskannya pada Kirito yang bingung. Kemudian, Yui memunculkan kepalanya dari dalam saku dan berkata:

“Papa, aku mendeteksi respon dari jarak dekat.”

“Monster?”

Tangan Kirito menyentuh gagang pedangnya, namun Yui menggeleng kepalanya.

“Bukan—ada pemain, jumlahnya dua belas.”

“Dua belas?”

Lyfa dibuat diam membisu. Bagi kelompok pemain yang membentuk party bertarung, itu terlalu banyak. Mungkin itu adalah kelompok Sylph yang bergerak dari Sylvian ke Ruger, atau bahkan ke Aarun sebagai karavan dagang.

Memang, sekali dalam sebulan biasanya ada party beranggotakan besar yang berkumpul di ibukota Sylph untuk bepergian dari dan ke area sentral. Biasanya beberapa hari sebelum hari keberangkatan mereka akan memberitahu semua pemain untuk merekrut peserta, namun di pagi ini saat dia melihat papan buletin tak ada apapun yang menulis tentang hal itu.

Berarti itu adalah kelompok tak dikenal, kalau mereka Sylph maka tak akan berbahaya, namun kesempatan kalau mereka adalah kelompok PK dari ras berbeda itu sulit untuk dibayangkan. Lyfa mendapat firasat buruk tentang hal itu, dan menoleh pada Kirito.

“Aku merasakan firasat buruk. Kita harus bersembunyi dan biarkan mereka lewat.”

“Tapi bersembunyi dimana?”

Kirito kebingungan dan melihat ke sekelilingnya. Mereka berada di tengah jalan lebar, tanpa cabang apapun untuk bersembunyi.

“Itu, serahkan padaku.”

Lyfa memegang pergelangan tangan Kirito dan bersembunyi di area berlubang terdekat. Menekan rasa malu oleh kontak fisik yang terlalu dekat, Lyfa mengangkat tangan kirinya untuk pelafalan mantra.

Kemudian cahaya hijau memancar dari kaki ke atas, menyelimuti kedua tubuh. Pandangan mereka sedikit berwarna hijau, namun dari luar mereka akan sama sekali tersembunyi. Lyfa menatap Kirito di sampingnya dan berbisik:

“Bicaralah dengan tenang, kalau kita terlalu berisik maka sihir ini takkan berfungsi.”

“Aku paham. Sihir ini benar benar berguna.”

Kirito mengawasi area mereka bersembunyi, dan terus menerus memindai area. Yui memunculkan kepalanya dan berujar dengan nada rendah:

“Dalam sekitar dua menit kalian akan bisa menemui mereka.”

Mereka berdua membuat diri mereka lebih kecil dan bergerak mendekat ke dinding gua. Setelah detik detik menegangkan, Lyfa mendengar suara langkah kaki mendekat. Bercampur dengan suara armor berat yang berdentingan, yang membuatnya penasaran dan melihat.

Kirito menjulurkan lehernya, menatap ke arah kelompok tak dikenal.

“Apa itu?”

“Apa? Aku tak melihat siapa siapa.”

“Aku tak melihat pemain, tapi mungkin monster? Ada Kelelawar merah kecil.”

“!?”

Lyfa menahan nafasnya sambil melihat ke depan. Di kegelapan di dalam gua, terdapat benda merah beterbangan ke arah mereka. Ini adalah—

Penulis : Rulli Rhamananda ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sword Art Online Jilid III Bab IV (Bagian I) ini dipublish oleh Rulli Rhamananda pada hari Senin, 19 November 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sword Art Online Jilid III Bab IV (Bagian I)
 

0 komentar:

Posting Komentar