Sword Art Online Jilid IV BAB VIII (Bagian I)



Setelah dengan susah payah berusaha mengambil kedua pedang yang terhempas ke udara, Kirito dan Lyfa mendarat di depan dua patung yang berjaga di depan gerbang. Recon, yang secara tak terduga sepertinya terus menunggu diam-diam, menyerbu kearah mereka. Melihat seorang Springgan hitam di samping Lyfa, ekspresinya berubah dan dia menoleh ke arah Lyfa sambil mengusap-usap lehernya.

“Well… bagaimana jadinya?”

Lyfa membalas sambil tersenyum manis:

“Kita akan menyerang World Tree. Kau, aku, dan orang ini, kita bertiga.”

“Be, begitu…Hei… Apa!?”

Lyfa menepukkan satu tangannya ke pundak Recon yang wajahnya berubah pucat dan dia mundur, mengatakan ‘Ayo bekerja keras, lalu berbalik untuk melihat ke pintu batu yang besar. Berdiri diantara kedua patung Lyfa menyadari keduanya seperti mengeluarkan udara dingin, seakan melarang bagi mereka yang ingin masuk.

Mereka mempertimbangkan untuk menyerangnya, tapi kalau boleh jujur setelah melihat seseorang dengan kekuatan seperti Kirito dikalahkan dengan telak oleh ksatria-ksatria penjaga, tambahan sebanyak 2 orang tidak akan begitu merubah hasil akhirnya. Lyfa melirik singkat ke Kirito disebelahnya – dia memperlihatkan ekspresi yang sangat serius, mulutnya tertutup.

Kirito mendongak, terlihat sedang memikirkan sesuatu.

“Yui, apa kau disana?”

Sebelum kata-katanya selesai, partikel cahaya di udara mulai berkumpul dan seorang pixie kecil manis yang familiar muncul. Kedua tangannya pada pinggang, ia cemberut marah. “Oh, lambat! Kalau Papa tidak memanggilku, aku tidak bisa muncul!”

“Maaf, maaf. Aku sedikit sibuk.”

Dengan senyuman pahit Kirito mengulurkan tangan kirinya dan sang pixie duduk di atasnya dengan serius. Recon mengulurkan lehernya dengan kecepatan yang luar biasa untuk melihat pixie itu, seakan-akan dia ingin melahapnya.

“Wow, i-ini pixie pribadi!? Ini pertama kalinya aku melihatnya!! Oh, luar biasa, manis banget!!”

Mendengar ini, mata Yui membesar dan ia mundur.

“A, apa-apan sih orang ini?!”

“Hei, kau membuatnya takut.”

Lyfa memegang telinga Recon dan menariknya menjauh dari Yui.

“Jangan hiraukan orang ini.”

“…A, ah.”

Kirito berdiri disitu kebingungan oleh adegan didepannya. Dia mengedipkan matanya dua, tiga kali menatap Yui lagi.

“- Jadi, apa kau mempelajari sesuatu dari pertarungan sebelumnya?”

“Iya.”

Yui memperlihatkan ekspresi sungguh-sungguh di wajahnya yang cantik sembari mengangguk.

“Monster-monster penjaga itu, sementara Health[1] dan STR[2] -nya tidak begitu tinggi, pola spawning[3] mereka tidak normal. Kecepatan spawn-nya meningkat sebanding dengan kedekatan jarak dengan gerbang dalam dan saat kau sampai di depan gerbang mereka akan muncul dengan kecepatan dua belas monster per detik. Itu… ini diatur pada tingkat kesulitan yang mustahil untuk ditangkap…”

“Hmm.”

Kirito mengerutkan dahinya, dan mengangguk setuju.

“Aku tidak menyadarinya karena para penjaga masing-masing tidak begitu kuat, tapi kalau kau melihatnya sebagai sebuah kesatuan mereka adalah bos yang tidak terkalahkan. Ini didesain untuk mengipasi semangat penantang, untuk mempertahankan ketertarikan mereka sampai akhirnya mereka menyerah. Benar-benar sulit…”

“Tapi kalau dipikirkan, keahlian skill Papa yang luar biasa juga sama. Dengan kekuatan yang dahsyat itu penerobosan singkat merupakan hal yang mungkin.”

“………”

Kirito diam dalam berpikir untuk beberapa saat, lalu dia mengangkat kepalanya dan menatap Lyfa.

“…Maaf. Sekali lagi saja, bisakah kau menolongku dengan permintaan egoisku? Walau aku mengerti ini mungkin mustahil, aku ingin mengumpulkan lebih banyak orang atau mencari cara lain. Tapi… firasatku mengatakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Aku kehabisan waktu…”

Lyfa mendengarnya dan untuk beberapa saat berpikir untuk mengirimkan pesan ke kediaman penguasa Sylph di ibukota, Sylvain, meminta Sakuya apakah ia dapat mengirimkan pemain-pemain berlevel tinggi untuk datang sebagai bala bantuan.

Tapi segera setelah Lyfa menggigit bibirnya karena menyerah atas ide tersebut, pikirannya kembali ke pagi itu, dalam Jötunheimr. Mengingat insiden dengan kelompok Undine mengembalikannya pada akal sehatnya. Mereka memprioritaskan efisiensi dan keamanan, dan mereka menyerang evil-god yang tidak melawan tanpa mempertimbangkan permintaan Lyfa.

Tentu saja, Sakuya adalah seorang teman dan tidak akan berpikir senada dengan para Undine. Tapi Sakuya adalah seorang pemimpin yang memiliki tanggung jawab yang besar. Pada situasi-situasi tertentu dia akan membiarkan keputusan-keputusan yang wajar mempertimbangkan seluruh ras mengungguli perasaannya. Meskipun dia akan menantang World Tree suatu hari nanti, itu hanya akan terjadi setelah menghabiskan waktu yang cukup untuk persiapan penuh. Jika Sakuya mendengarkan permohonan pertolongan Lyfa, dia mungkin tidak akan datang mengetahui itu akan berarti pembinasaan total pasukannya.

Setelah keheningan yang singkat Lyfa mengangkat wajahnya dengan suara yang cerah dan berkata:

“OK. Ayo kita lakukan yang terbaik. Aku kan melakukan apapun yang kubisa… terus, orang ini juga.”

“Eh, apa…”

Membuat suara seperti itu, Lyfa menyodok Recon dengan sikutnya, alisnya yang selalu terlihat seperti orang kesusahan memberengut sampai batasnya. Lalu mengatakan “Lyfa-chan dan aku adalah sama, tubuh dan pikiran.”, dan hal lain, lalu akhirnya mengangguk setuju. Gerbang batu terbuka dengan suara gerumuh rendah yang terdengar seperti datang dari dasar jurang dan afmosfir yang berat, dan mengerikan keluar dari sisi lainnya, yang menyebabkan Lyfa mengepakkan sayapnya ringan. Sebelumnya saat ia terbang masuk begitu saja untuk menolong Kirito, ia tidak menyadari atmosfir yang meluap-luap ini, tapi sekarang menghadapi gerbang batu itu, ia merasakan tekanan psikologis yang kuat.

Akan tetapi, hatinya secara tidak biasa sangat tenang.

Saat ini rasanya seperti berada di tengah badai. Baik di dunia nyata ataupun dunia maya, semuanya berubah dengan suara yang gemericik dan mengalir. Dia ia tidak mengetahui kemana ia akan dibawa dalam aliran yang deras ini; yang bisa ia lakukan hanyalah mencoba mencapai cahaya yang ada dikejauhan.

Mengikuti Kirito, Lyfa dan Recon menghunuskan pedang mereka. termasuk Yui, mata keempat orang bertemu dan meraka menaikkan sayap mereka bersamaan.

“…Ayo!”

Dengan teriakan Kirito mereka semua bertolak dari tanah, memasuki ruangan yang membulat.

Seperti yang diputuskan sebelumnya, Kirito mulai mencoba mencapai gerbang dan berada di tengah ruangan berakselerasi dengan kecepatan luar biasa. Lyfa dan Recon tetap berada di dekat lantai dan mulai membaca mantra penyembuhan.

Dari pancaran cahaya di kanopi raksasa-raksasa putih terbentuk dari cairan kental yang menetes-netes. Mereka menyerbu Kirito dengan sebuah teriakan yang berani dan aneh. Saat barisan depan ksatria penjaga dan Kirito terlihat kecil bertemu, sebuah kilatan cahaya dan ledakan yang menderu diseluruh ruangan.

Beberapa raksasa terpotong-potong dengan satu tebasan dan terpencar ke semua penjuru. Melihat pemandangan seperti itu, Recon berbisik di sebelah Lyfa.

“…Luar biasa.”

Itu memang kekuatan pedang pada level yang mengerikan. Meskipun begitu, menyaksikan adegan Kirito bertarung dengan monster dalam jumlah besar mengirimkan rasa dingin ke bawah tulang belakangnya.

Jumlah musuh terlalu banyak. Banyaknya jumlah ksatria penjaga yang turun dari kanopi yang seperti jala merupakan situasi yang melebihi keseimbangan permainan. Walau dalam dungeon dunia bawah tanah paling buruk, Jötunheimr, spawning rate[4] monsternya masih lebih moderat daripada ini.

Para ksatria penjaga mengelompok dengan rapat, mengeluarkan pita-pita bergelombang untuk menyerang Kirito. Serangkaian kilatan muncul di atas, dan setiap waktu tubuh sebuah ksatria tercerai-berai cahaya menari seperti salju. Akan tetapi, setiap satu dihancurkan tiga yang lain akan muncul.

Saat Kirito sudah setengah jalan menuju pintu di atas ruangan, HP Bar-nya hanya berkurang 10 persen. Lyfa dan Recon melepaskan matra penyembuhan yang telah mereka siapkan dan dimasukkan dalam keadaan siap. Tubuh Kirito diselubungi oleh cahaya biru dan health-nya kembali penuh.

-Tapi.

Sebuah hal yang buruk terjadi pada waktu yang bersamaan.

Sekelompok ksatria penjaga yang terbang rendah berbalik ke arah Lyfa dan Recon dengan teriakan yang ganjil.

“Ua…”

Recon mengeluarkan suara gelisah.

Lyfa merasakan dibalik topeng-topeng kaca ksatria-ksatria penjaga berfokus pada mereka. ia secara tidak sadar mengepitkan giginya dengan rapat.

Untuk menghindari dijadikan sebagai target, Lyfa dan Recon hanya menggunakan sihir untuk menyembuhkan Kirito. Umumnya, monster hanya menyerang pemain yang berada dalam zona deteksi mereka. Itu berarti, mereka tidak menyerang pemain dengan jangkauan jauh jika mereka tidak menggunakan panah atau sihir penyerang.

Akan tetapi, para ksatria penjaga itusepertinya berbeda dengan monster-monster di dunia luar, mereka menggunakan algoritma dengan maksud jahat juga. Jika mereka bereaksi terhadap sihir penunjang dari jauh lalu menggunakan sebuah formasi ortodoks seperti penyerang terhadap barisan depan dan penyembuh di belakang formasi menjadi tidak berguna.

‘Itu grup lima atau enam ksatria, berbalik sana!’ harapan Lyfa menjadi harapan kosong, mereka mulai mengepakkan keempat sayap mereka dan para ksatria menukik turun. Masing-masing dari mereka memegang pedang yang dengan mudah lebih tinggi dari Lyfa di tangan kanan mereka. pedang mereka terlihat bersinar dengan cahaya lapar ingin memangsa mereka.

Lyfa berseru pada Recon:

“Aku akan mengalihkan perhatian mereka, kau lanjutkan saja penyembuhannya seperti ini!” Lyfa naik tanpa menunggu jawaban. Meskipun begitu, walau biasanya selama pertarungan-pertarungan sampai saat ini Recon selalu mendengar perintah Lyfa, kali ini dia berkata ‘Tunggu’, lalu memegang tangan kanan Lyfa. Terkejut, Lyfa menoleh ke arahnya dan dihantam oleh ekspresi serius yang jarang terlihat, bahkan suaranya juga tegang.

“Lyfa-chan… walau aku tidak begitu mengerti, ini adalah pertarungan yang penting ‘kan?”

“- Iya. Sekarang ini mungkin sudah bukan game lagi.”

“…Walau tidak mungkin aku bisa menyamai Si Springgan itu… aku akan lakukan sesuatu untuk mengatasi para penjaga itu…”

Segera setelah dia selesai bicara, Recon bertolak dari tanah dengan flight controller[5] ditangannya. Sementara Lyfa berdiri disitu terheran, dia terbang jauh ke depan, langsung ke arah kumpulan ksatria penjaga.

“I-idiot…”

‘- Dia bukan lawan yang sebanding’, pikir Lyfa, tapi ia tahu ia tidak dapat mengejarnya lagi. Melihat ke samping, HP Kirito yang penuh mulai menurun sekali lagi. Lyfa terpaksa mulai membacakan mantera penyembuhan. Walau ia dengan cepat memberikan sihirnya, Lyfa dengan cemas terus memperhatikan Recon dari belakang.

Recon mengeluarkan sihir ber-atribut angin yang memiliki cakupan daerah yang luas yang dia siapkan selama ia terbang untuk menyerang para ksatria penjaga. Banyak pedang berwarna hijau menebar dalam bentuk kipas dan menyerang para penjaga, mengoyak mereka. HP para ksatria tidak turun begitu banyak, tapi mereka semua menargetkan Recon.

Para raksasa putih mengeluarkan lolongan yang terdistorsi saat mereka berkonfrontasi dengan pemuda hijau kecil. Recon terbang di sekitar pedang raksasa yang berbahaya, sebagaimana dia bergerak seperti daun yang dipermainkan angin, dan keluar dari belakang mereka. para ksatria segera berbalik, mengikutinya.

Lyfa menyelesaikan manteranya dan cahaya sihir penyembuhan mengelilingi Kirito. Beberapa ksatria penjaga bereaksi dan mulai turun. Para ksatria itu bergabung dengan grup yang mengejar Recon, menyebabkan gerombolan itu menjadi dua kali lebih besar.

Meskipun tidak begitu mahir dalam pertarungan udara Recon menghindari pedang yang menyerbu kearahnya dengan konsentrasi yang luar biasa. Dia kadang-kadang terkena serangan dan HP-nya perlahan-lahan mulai turun, tapi tidak ada luka yang fatal.

“…Recon…”

Cara terbang Recon terlihat putus asa dan Lyfa merasa tersentuh, namun ia tahu Recon tidak mungkin bertahan. Setiap ia memberikan sihir penyembuh pada Kirito, sekelompok baru ksatria turun, menambah jumlah yang berkerumun di sekitar Recon.

Akhirnya, ksatria penjaga yang mengejar Recon terbagi menjadi dua tim. Mereka sepertinya akan menggencetnya. Satu dari banyak ujung pedang yang turun seperti hujan mengenai punggung Recon, melemparnya jauh.

“Recon, cukup! Pergilah keluar!!”

Lyfa tidak tahan lagi melihatnya dan berteriak. Sekali seorang pemain menyelamatkan diri keluar, dia tidak akan bisa masuk lagi selama masih ada pertarungan di dalam. Ia memutuskan untuk bertahan sampai batas kemampuannya, lalu terbang sambil membaca mantera penyembuhan.

Tapi sebelum itu, Recon menoleh dan menatapnya. Wajah Recon tersenyum yakin. Melihatnya, Lyfa berhenti membuka sayapnya.

Recon mulai membaca mantera baru sambil menerima berlapis-lapis serangan pedang. Tubuhnya dengan cepat dikelilingi oleh sebuah efek cahaya berwarna ungu gelap.

“…!?”

Menyadari bahwa itu adalah sebuah atribut sihir kegelapan, Lyfa terkesiap. Sebuah lingkaran sihir yang rumit tiba-tiba muncul. Dinilai dari ukurannya, itu adalah mantera yang cukup tinggi. Sangat jarang untuk melihat sihir kegelapan di wilayah Sylph, Lyfa tidak tahu efek seperti apa yang dimilikinya.

Lingkaran sihirnya menjadi besar sejenak, berputar pada sumbunya sambil menyelubungi ksatria-ksatria yang berkumpul ke arahnya. Pola rumit cahaya itu memadat dalam sekejap – lalu semuanya dihantam oleh kilatan yang dahsyat.

“Wah…!!”

Lyfa dibutakan oleh kilatan itu dan secara refleks memalingkan wajahnya. Sebuah ledakan yang terdengar seperti akan menghancurkan surga dan bumi terjadi, menggoyahkan seluruh ruangan. Dibutuhkan sedetik penuh untuk pulih dari cahaya putih yang membutakan. Lyfa berusaha untuk melihat ke pusat ledakan sambil mengepalkan tangannya. Ia begitu terkejut sampai kehilangan kata-kata. Para ksatria penjaga yang mengelilingi Recon telah tidak ada. Satu-satunya sisa keberadaan mereka hanyalah cahaya ungu yang tipis yang menggantung di udara.

Kekuatannya sangat mengerikan. Tidak begitu banyak mantera sekuat itu dalam atribut angina tau api. ‘Si Recon itu, kapan dia mempelajari mantera rahasia seperti ini?’ Lyfa berseru dalam kegembiraan dan rasa terkejut. Kalau serangan seperti ini digunakan beberapa kali lagi maka menerobos menuju gerbang di atas menjadi mungkin. Lyfa berencana untuk menyembuhkan Recon sekarang dan menggerakkan tangannya – tapi lagi-lagi ia membeku di tempat.

Setelah ledakan sosok kecil Recon tidak ada. Sebagai gantinya, «Remain Light[6] » mengapung di udara.

“- Sihir Penghancuran Diri…?” Lyfa berbisik dalam keterkejutan. Benar juga – dia ingat pernah mendengar tentang sihir kegelapan seperti ini dulu. Tetapi, sihir itu punya death-penalty[7]yang beberapa kali lebih buruk daripada kematian yang normal, jadi sihir itu bisa digolongkan sebagai sihir terlarang.

Lyfa memejamkan matanya rapat-rapat, kehilangan kata-kata untuk beberapa detik. Walau hanya sebuah permainan; pengalaman, waktu, dan usaha yang Recon curahkan membuatnya menjadi sebuah pengorbanan sungguhan. Dari sini sampai selanjutnya, ‘menyerah’ bukanlah pilihan. Ia membuka matanya dengan tekad yang bulat lalu melihat ke atas. Lalu –

Saat ia melihat pemandangan didepannya ia merasa tenaga meninggalkan kakinya.

Atap ruangan melengkung itu begitu penuh dengan warna putih sampai ia tidak bisa melihatnya sama sekali.

Kirito adalah titik hitam kecil ditengahnya. Setelah setiap ayunan pedangnya, tubuh-tubuh berjatuhan. Itu terlihat seperti menusukkan jarum ke bukit pasir. Lubang pada dinding yang terbuat dari badan ksatria penjaga putih yang Kirito buat segera terisi, sepenuhnya menghalanginya.

“Uoooooo!!”

Kirito bertarung seperti setan dan mengaum seakan ia akan muntah darah, teriakan menantangnya samar-samar mencapai telinga Lyfa.

“… Ini mustahil onii-chan… hal seperti ini…”

Sejujurnya, gagasan bahwa jiwa seseorang terperangkap di dunia ini, meskipun Kirito yang memberitahunya, merupakan sesuatu yang masih tidak bisa ia percayai. Ini adalah sebuah game, sebuah dunia game virtual[8] untuk dinikmati. Ia tidak bisa membantah merasakan penolakan terhadap cerita yang menghubungkan dunia ini dengan «Dunia SAO» yang seperti mimpi buruk.

Bagaimanapun, Lyfa merasa ini pertama kalinya ia melihat apa yang disebut «Sistem yang Jahat». Dunia game virtual memiliki keseimbangan yang adil, tetapi tempat ini penuh dengan nafsu membunuh terhadap pemain. Seperti sabit dewa kematian yang diayun-ayunkan – perasaan seperti itu. Memang tujuan sang dewa untuk membunuh. Tak seorangpun bisa menentang.

Tiba-tiba sebuah suara rendah, piuh, seperti kutukan bergema dalam dome[9].

Sebagian dari ksatria penjaga berhenti bergerak, tangan kiri mereka terulur ke depan saat mereka membaca mantera. Itu adalah mantera yang mengunci gerakan Kirito pertama kalinya dia datang kesini. Saat terkena, sihir itu akan menimbulkan efek ‘stun[10]’, membuat korbannya terbuka untuk serangan pedang.

Membayangkan melihat adegan Kirito ditusuk oleh pedang yang tak terhitung jumlahnya membuat Lyfa membeku.

Pada saat itu…

Mendadak, dari belakang muncul sebuah ombak, tidak, sebuah tsunami suara yang memukul sayap Lyfa yang melayu.

“Ap…!?”

Lyfa dengan segera berbalik – dalam formasi yang rapat mereka datang melalui pintu yang terbuka berpakaian dalam armor[11] baru berwarna hijau yang berkilauan. Itu adalah pasukan Sylph.

Sekali lihat menunjukkan Lyfa bahwa perlengkapan mereka adalah kelas senjata kuno. Kelompok pemain yang besar itu, berpakaian lengkap dalam peralatan baru yang sama, menyerbu melewati Lyfa seperti angin musim semi dan terbang ke arah kanopi. Ada sekitar 50 orang dari mereka.

Sambil terkagum-kagum Lyfa memusatkan perhatiannya pada mereka, dan satu per satu cursor nama bermunculan. Ia tidak bisa melihat wajah mereka karena tertutup pelindung kepala, tetapi nama yang ditampilkan semuanya merupakan nama para pemain elit dari wilayah Sylph. Mendengar raugan heroic dari kelompok itu para ksatria penjaga menghentikan sementara mantera yang ditujukan untuk Kirito dan mulai bergerak. Perasaan ngeri dan kegembiraan menyelimuti Lyfa. Namun, mereka bukan satu-satunya kelompok yang bergabung dalam usaha menundukkan dome ini.

Beberapa detik setelah pasukan elit Sylvain terakhir masuk, sebuah seruan perang lain terdengar. Saling menindih, teriakan mereka bercampur menjadi seperti raungan behemoth[12] , seperti halilintar yang menyambar dikejauhan.

Pasukan baru yang menyerbu masuk lumayan lebih kecil daripada Pasukan Sylvain. Lyfa memperkirakan ada sekitar 10 orang. Meskipun begitu, setiap anggota dari kavaleri[13]berukuran luar biasa besar.

“Naga Terbang…!”

Lyfa berteriak kaget. Dari kepala hingga ekor, mereka beberapa kali lebih besar daripada pemain dan ditutupi oleh sisik warna abu-abu besi. Sebagai bukti bahwa mereka bukanlah monster liar dahi, dada, dan ujung menonjol pada sayap mereka yang sangat panjang dilengkapi dengan armor besi berkilauan.

Dari kedua sisi armor di dahi naga tersebut, kekang yang terbuat dari rantai perak memanjang, dipegang erat oleh pemain yang duduk pada pelana dipunggungnya. Para penunggangnya pun dilindungi oleh armor baru, telinga-telinga segitiga menonjol dari kedua sisi kepala mereka, dari bawah armor punggung mereka sebuah ekor yang tidak bisa diabaikan.

Tidak diragukan lagi mereka adalah Senjata terakhir Cait Sith, para Ksatria Naga. Mereka biasanya digunakan sebagai pertolongan terakhir. Para pejuang legendaris yang disimpan dalam kerahasiaan penuh, tidak pernah terlihat dalam screeshot, dan sekarang, mereka beterbangan di depan mata Lyfa.

Tertangkap dalm euphoria, dengan darahnya mendidih, Lyfa berdiri disana dengan sayapnya terbentang tegang. Tiba-tiba, ia mendengar seseorang memanggil dari belakangnya:

“Maaf, kami terlambat.”

"Maaf, kami terlambat."

Ia segera berputar dan berdiri disana adalah sosok sang Penguasa Sylph, Sakuya, mengenakan bakiak ber-hak tinggi dan berpakaian santai. Disebelahnya adalah Alicia Rue, Pemimpin para Cait Sith, yang berkata sambil menggerak-gerakan telinganya:

“Maaf, para penempa Leprechaun harus menempa armor naga sesuai jumlah yang dibutuhkan, jadi baru bisa diselesaikan barusan. Walau dengan uang yang diberikan oleh si Springgan, kas kami, dan kas bangsa Sylph sekarang kosong!”

“Dengan kata lain, kedua ras akan bangkrut kalau kita dimusnahkan disini.”

Sakuya tertawa dingin dengan kedua tangannya menyilang.

-mereka datang. Keduanya, walau berisiko kehilangan status mereka sebagai penguasa, mereka datang dengan segera. Pasukan gabungan dari kedua ras ini, mengatasi perebutan sumber daya yang merupakan esensi dari MMORPG, melemparkan semua perhitungan risiko pada angin, pasti akan dengan efektif mengungguli ekspektasi para GM[14].

“…Terima kasih… Terima kasih, Anda berdua.”

Lyfa hanya dapat mengatakan kata-kata itu dengan suaranya yang bergetar. Pastinya, di dunia ini ada hal-hal yang lebih penting daripada peraturan, dan sikap, dan akal sehat – pikiran itu memenuhi hatinya, dan ia tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Meskipun keduanya bicara dengan suara yang berbeda mereka menggunakan nada yang sama saat berkata ‘kita impas sekarang’, lalu mentap kearah kanopi dengan ekspresi serius. Sakuya menyentakkan kipas tangan di tangan kanannya. “Well – kita juga akan pergi!”

Melihat dinding ksatria penjaga putih mengirimkan kelompok untuk menyerang barisan depan pasukan Sylph, Lyfa mengangguk kuat, dan ketiganya bertilak dari tanah. Kirito berada di tengah dome sibuk dalam pertarungan sengit, tapi sepertinya dia menyadari datangnya bala bantuan dan berhenti mencoba untuk menerobos sendirian, meninggalkan sedikit ruang antara dirinya dan dinding penjaga.

Dengan anggun meluncur ke bagian tengah ruangan, Alicia Rue mengangkat tangan kanannya dan berseru dalam suara yang cantik dan berwibawa.

“Unit Naga! Bersiap untuk serangan napas!”

Kesepuluh pasukan penunggang naga melayang dalam sebuah lingkaran besar disekitar mereka bertiga, termasuk Lyfa. Dengan sayap mereka terbentang dan lehernya membentuk huruf S, ia bisa melihat cahaya berwarna jingga di belakang gigi mereka.

Selanjutnya, Sakuya dengan cepat mengangkat kipas merah yang terlipat.

“Regu Sylph, bersiap untuk serangan spesial!”

Tersusun dalam bujur sangkar yang padat, para pasukan Sylph mengangkat pedang mereka di atas kepala mereka menggunakan tangan kanannya, cahaya hijau zamrud menyelubungi pedang mereka seperti filigree[15].

Para ksatria penjaga terlihat seperti kerumunan cacing putih berkumpul begitu banyak dan meneriakkan teriakkan ganjil yang menggelegar seraya mendekat. Alicia Rue menggigit bibirnya dengan taringnya yang panjang, lalu menunggu para ksatria penjaga untuk batas serangan, melambaikan tangan kanannya, menaikkan suaranya, dan berteriak.

“Fire Breath[16], serang!”

Lalu semua semua napas dari sepuluh naga yang terakumulasi dilepaskan dalam kobaran api. Garis-garis api merah menyala keluar dari mulut mereka, meninggalkan bekas di udara. Sepuluh pilar api menghantam pada ksatria naga yang mengelilingi Kirito dan prajurit Sylph.

Cahaya yang menyilaukan menerangi seluruh ruangan. Beberapa saat kemudian, bola api tiada henti menciptakan dinding api besar. Suara ledakan yang dahsyat menggoncang ruangan. Sisa-sisa ksatria penjaga tertiup ke segala arah, meninggalkan api putih yang berkobar.

Tapi seakan tidak ada habisnya, gerombolan baru menerobos dinding sisa-sisa tubuh penjaga sebelumnya, dengan paksa menerobos neraka api yang menyala. Pertama-tama, seperti ingin menelan Kirito, yang berada di depan, mereka membuka mulut besar-besar, terlihat seperti cairan yang menyebar.

Saat massa putih seperti hendak membanjir Sakuya dengan tajam mengayunkan kipasnya ke bawah, berteriak:

“Fenrir Storm[17], serang!”

Pasuka Sylph menusuk tajam pedang panjang mereka dalam irama yang sempurna. Dari masing-masing dari 50 pedang sebuah kilat hijau yang menyilaukan menyembur keluar dan memotong udara secara zig-zag, penembus dalam pada gerombolan ksatria penjaga.

Lagi, dunia diwarnai putih oleh kilatan cahaya yang menyilaukan. Sekarang tidak terjadi ledakan, sebagai gantinya petir tebal menyambar dengan bebas. Ksatria penjaga yang tersambar meledak menjadi potongan-potongan kecil.

Setelah kelompok besar kedua dihancurkan bagian tengah dari dinding ksatria penjaga jatuh. Namun, seperti permukaan suatu cairan, lubang yang dibuat dalam dinding itu segera terisi dari sisi-sisinya.

Ini adalah ‘sekarang atau tidak sama sekali’, Lyfa yakin. Ia segera menghunuskan katananya dan bertolak ke udara untuk menyerbu ke depan. Para pemimpin masing-masing ras sepertinya juga membuat keputusan yang sama. Suara Sakuya melengking di udara seperti pecut.

“Seluruh pasukan, maju!”

Itu pastinya merupakan pertempuran paling besar yang pernah terjadi di dunia itu. dari belakang datang napas api yang terus menerus, ksatria-ksatria penjaga terbakar sampai mati dan terus berjatuhan satu per satu. Formasi hulu ledak[18] prajurit Sylph menebas raksasa-raksasa yang berkumpul dengan pedang mereka yang kuat, menciptakan lubang besar pada dinding tubuh itu.

Pada ujung formasi adalah Springgan hitam kecil. Kelas perlengkapannya jauh lebih lemah daripada para pejuang Sylph, tapi dengan pedangnya bergerak melebihi kecepatan yang seperti dewa, apapun yang disentuh pedangnya terpotong dan meledak.

Lyfa terbang ke celah yang dibuka pejuang Sylph, segera sampai di belakang Kirito. Setelah menahan pedang dari satu ksatria penjaga yang akan menyerang punggung Kirito, Lyfa menghujamkan katananya pada topeng kaca monster tersebut. Memegang katananya sambil berputar, leher dari si penjaga terlepas dari tubuhnya, dan tubuhnya terbakar dalam api putih. Kirito menoleh pada Lyfa, dan berkata dengan hanya menggerakkan bibirnya.

“Sugu, aku serahkan bagian belakang padamu.”

“Kau bisa mengandalkanku!!”

Matanya bertemu mata Kirito dan merespon tanpa kata, lalu menempelkan punggungnya pada punggung Kirito. Keduanya berputar-putar, menebas ksatria penjaga yang terus menerus muncul dihadapan mereka.

Satu lawan satu, ksatria-ksatria raksasa seharusnya tidak mudah dibunuh baginya. Akan tetapi, saat ia menempel ke punggung Kirito dan menyamai kecepatannya, Lyfa merasa para ksatria itu terus melambat. Tidak – mungkin system sarafnya yang berakselerasi? Ini terjadi di pertandingan kendo juga sebelumnya, Lyfa diselimuti perasaan bahwa ia bisa mengetahui semua yang terjadi disekitarnya.

Ia merasa dirinya dan Kirito telah menjadi satu. Dengan system saraf mereka terhubung langsung, sinyal-sinyal listrik mengalir dari satu ke yang lain. Tanpa melihat, ia mengetahui bagaimana Kirito bergerak dibelakangnya. Saat pedangnya memotong ke leher salah satu ksatria penjaga, sambil berputar, Lyfa menebas leher ksatria yang sama dan menghabisinya. Pada topeng ksatria lain yang Lyfa rusak, Kirito menyerang bagian yang sama, memotong dalam.

Kirito, Lyfa, para pejuang Sylph, dan pasukan naga bergerak seperti kesatuan putih yang panas, terus menerus menyentuh dan melelehkan dinding ksatria penjaga tanpa batas, maju semakin dalam dan semakin dalam. Jumlah ksatrianya tidak terbatas, tetapi banyaknya ruang dalam dome sudah tetap. Selama mereka terus maju, saatnya akan segera tiba.

“Seraaaa!!”

Dengan teriakannya yang bersemangat Lyfa memotong seorang ksatria penjaga menjadi dua, ksatria itu roboh dan menghilang.

Dibalik beberapa ksatria terakhir, walau hanya sekejap, ia melihat puncak dome.

“Oooo!!”

Dengan teriakan, Kirito bergerak dari belakang Lyfa saat kilatan cahaya hitam menyerbu ke celah pada dinding badan itu. gerombolan terakhir ksatria penjaga mendekatinya dari semua penjuru sambil meneriakkan teriakan penuh kebencian untuk mencegah penyusup. Mereka berjumlah hamper tiga puluh.

“Kirito-kun!!”

Lyfa secara refleks mengayunkan pedangnya dan melemparnya pada tangan kiri Kirito dengan sekuat tenaga.

Pedang hijau itu berputar di udara dan mendarat di tangan Kirito seakan ditarik ke arahnya.

“U…oooooo—!!”

Dengan teriakan yang menggoncang seluruh ruangan, Kirito memegang pedangnya di tangan kanan dan katana di tangan kiri. Mereka menghambur dengan kecepatan yang menakutkan dalam serangan ganda.

Memotong dari kanan atas. Menebas dari kiri bawah. Dua pedang berkilauan merubah sudut sedikit dan membuat lingkaran seputih salju yang terlihat seperti korona pada gerhana matahari. Tubuh para ksatria yang terperangkap dalam tebasannya yang amat sangat cepat terpotong-potong seperti kertas, menyebar ke sekeliling.



Sekarang, terlihat jelas dibalik End Flame dari lingkaran api putih. Terjerat dalam ranting-ranting pohon yang seperti jaring di tengah kanopi ruangan, adalah gerbang melingkar yang terbagi dalam potongan-potongan oleh sebuah persilangan seperti salib. Menjangkau sampai ke dalam batang World Tree, gerbang terakhir menuju Alfheim, kastil di atas pohon.

Sosok kecil berpakaian hitam terus terbang menuju gerbang, menciptakan ekor cahaya dibelakangnya. Dia sampai. Akhirnya.

Di depan mata Lyfa, tubuh-tubuh ksatria penjaga dengan cepat dan berulang menumpuk dan mengisi setiap ruang terbuka dalam sekejap. Sakuya, yang menyadari Kirito menembus garis pertahanan, berseru dari belakang:

“Semuanya kembali, mundur!”

Menghindar bersama dengan regu Sylph sembari menukik dengan bantuan dari serangan napas api, Lyfa, untuk sesaat, melihat ke belakang kea rah kanopi. Ia tidak bisa melihat sosok Kirito karena dinding penjaga, tapi terpantul dalam mata hatinya, naik sosok yang menuju ke tempat yang tak seorangpun pernah mencapainya, naik semakin tinggi dan semakin tinggi.

Terbanglah – Pergilah – Pergilah kemanapun! Melalui pohon raksasa, membubung di langit, ke pusat dunia -!

Penulis : Rulli Rhamananda ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sword Art Online Jilid IV BAB VIII (Bagian I) ini dipublish oleh Rulli Rhamananda pada hari Kamis, 22 November 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sword Art Online Jilid IV BAB VIII (Bagian I)
 

0 komentar:

Posting Komentar