Sword Art Online Jilid V BAB IV (Bagian II)



"Terima kasih telah merawatku. Juga... karena telah menolongku. Kau sangat keren."

Shino menjawab sambil berdiri. Kyouji tersenyum sambil menggarukkan kepala.

"Jika aku dapat melindungimu itu sangat bagus. Itu adalah... well, ketika kembali dari sekolah bolehkah aku menjemputmu?"

"Ti, tidak itu cukup. Aku juga harus menjadi kuat."

Setelah mendengar jawaban Shino, mata Kyouji bersinar sekali lagi dan kekhawatirannya menghilang.

Shino menaiki tangga beton, berwarna hitam karena terkena hujan selama bertahun-tahun.

Pintu kedua di apartemen tersebut adalah rumah dimana Shino tinggal sendirian. Dia mengambil kunci di sakunya dan memasukkannya di lubang kunci eletronik. Setelah memasukkan kode 4 digit di panel dan memutar kuncinya dan mendengar suara klik.

Dia masuk di ruangan gelap dan menutup pintu di belakangnya dengan tangan.

Dia berbalik ke arah pintu untuk memastikannya terkunci, kemudian dia menjauh dan berkata, "Aku pulang." Tentu saja tidak ada yang menjawab.

Dari ruang tamu ada lorong sepanjang 3 meter. Di sisi kanannya ada kamar mandi dan di sisi kirinya ada dapur.

Dia menaruh sayuran, tahu dan bahan lainnya yang dia beli di supermarket di kulkas yang ada di samping wastafel, dan berjalan ke ruangan dengan enam tatami, sambil menghela nafas. Sinar matahri terakhir menembus gorden, dan dia menyentuh saklar untuk menyalakan lampu.

Ruangan itu tidak memilik sesuatu yang dapt dibanggakan. Lantainya ditutupi dengan karpet, dan gordennya ditutupi oleh motif gading. Di sebelah kanannya ada kasur berwarna hitam dengan warna yang membosankan, dan disampingnya ada meja belajar yang berwarna hitam serta lemari kecil dan rak buku. Sebuah cermin adalah bagian utama dari furnitur.

Dia menaruh tasnya di lantai dan melepas syalnya. Serta melepas jaketnya dan menaruhnya di gantungan bersama syalnya dan menaruh mereka di kamar mandi. Dia menarik syal hijaunya dari seragamnya, tapi sambil tangan kirinya menarik resletingnya, dia berhenti dan melihat meja belajarnya.

Setelah sekolah dia mendapat masalah, tapi dia dapat menghadapinya dari gangguan Endou, jadi sedikit demi sedikit dia percaya diri di dalam hatinya. Sebetulnya ia tidak panik, meskipun ia tetap melangkah untuk menghindarinya tanpa berlari.

Dan dua hari yang lalu, di dalam GGO, dia menang death match dengan musuh yang kuat yang tidak pernah lihat. Dia merasa di dalam hatinya telah melupakan ketakutannya.

Mungkin...

Mungkin, dia dapat menghadapi masa lalunya, dan melawannya.

Sambil tidak bergerak, Shino melihat meja belajarnya.

Sepuluh detik kemudian, dia melempar syalnya, yang masih di tangan kananya ke kasur dan dengan cepat pergi ke meja belajarnya. Dia mengambil nafas yang panjang untuk membuang rasa takutnya di hatinya.

Dia mnaruh tangannya di laci ketiga dan menariknya perlahan.

Di dalam kotak itu ada catatan barang yang dia butuhkan. Dan dia mengambil kertas itu dan melihat kotak di belakangnya. Sebuah tulisan tertulis «that». Berkilau, hitam dan itu adalah mainan.

Itu adalah plastik model dari pistol. Tapi ia dapat menggingat detailnya sebuah rambut jatuh di permukaan mainan itu yang terbuat dari metal.

Dia berusaha untuk tenang melihat mainan itu, dan menggulurkan tangannyayang gemetar untuk menyentuh pistol itu, menggengamnya dan menggambilnya keluar. Perasaan itu sangat berat seolah-olah udara dingin di ruangan itu masuk ked lam tubuhnya.

Pistol itu tidak memiliki jenis dari senjata asli. Pegangannya melengkung dan memiliki pemicu yang besar. Itu mungkin dikatakan sebagai Bullpup yang memiliki lubang recoil di belakang Maupin di atas pegangannya.

Pistol itu bernama «Procyon SL», yang nyata di Gun Gale Online. Itu dikategorikan di pistol, tapi dapat menembak otomatis, sehingga populer di tangan yang lain untuk melawan monster.

Meskipun Shino memiliki ruang penyimpanan di Gurokken, benda yang Shino peggang itu bukan sesuatu yang dibelinya. Itu bukan sesuatu yang dijual di toko.

Itu terjadi beberapa hari yang lalu setelah dia mengikuti turnamen Bullet of Bullets dan kalah di rangking 22. Alamat Shino dikirim oleh account e-mail di Inggris dari «Zasker», perusahaan operasi GGO.

Meskipun berusaha menafsirkan isinya. Itu sesuai dengan BoB Participation Award. Dia dapat memilih item di game atau Procyon SL pistol model di dunia nyata, yang sepertinya ada.

Meskipun itu adalah mainan, dia tidak dapat bertahan menerima pistol di dunia nyata jadi dia berpikir untuk mengambil uang game. Tapi dia berpikir sesuatu.

Untuk mengkonfirmasikan efek dia bermain GGO sebagai «drastic treatment», suatu hari nanti dia akan menyentuh pistol di dunia nyata. Bisa saja, dia membeli di toko mainan tetapi dapat berefek psychological. Dia dapat memintanya dari Kyouji, dia mungkin senang meminjamkannya, tapi dia tidak dapat bertahan dari panik ketika menerimanya. Membelinya di internet juga bagus namun saat melihatnya dia tidak dapat membelinya. Dan tentu saja masalah keuangan.

Jika perusahaan GGo mengirimkannya secara gratis, itu mungkin cara terbaik untuknya. Jadi dia menuggu sampai hari terakhir, dan dia memutuskan mengambil pistol model di dunia nyata.

Seminggu kemudian International Postal Parcel (EMS) telah tiba.

Itu membutuhkan 2 minggu untuk memutuskan membukanya.

Tetapi, reaksinya mengkhianatinya dari perkiraannya. Shino menyimpannya ke laci lemari yang paling dalam dan menyembunyikannya di dalam pikirannya.

Dan sekarang—Shino sekali lagi memegang Procyon di tangannya.

Udara dingin dari pistol itu merasuk dari tangannya ke bahunya dan sampai di dalam hatinya. Itu hanya model, tetapi dia dapat merasakan tekanan dari pistol itu. Itu seharusnya pistol yang ringan tetapi dia dapat merasakan rantai mengikatnya di lantai.

Pistol itu menjadi hangat, mengambil hangat tanganya. Dan dia dapat merasakan tekanan yang lain.

Siapa itu?

Itu adalah... orang... itu.

Detak jantungnya menjadi cepat dan tidak dapat ia kontrol. Darah dingin menusuk tubuhnya, mendengar suara di telinganya. Dia kehilanagn arah. Lantai yang diinjaknya kehilangan kepadatannya.

Tetapi suara itu menjadi lebih jelas. Itu menjadi sebuah teriakan keras. Itu teriakan anak perempuan dengan ketakutan.

Siapa yang berteriak?

Itu adalah aku.

Shino tidak tahu wajah ayahnya.

Itu bukan berarti dia tidak memiliki ingatan ayahnya di dunia nyata. Seperti yang dikatakan , Shino tidak memiliki sesorang seperti ayahnya, bahkan foto ataupun video.

Pada hari itu, keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu dan Shino, menuju ke rumah ibunya untuk merayakan tahun baru. Mobil mereka diparkir di perbatasan timur prefektur, dimana ada 2 jalan tua di samping gunung. Karena mereka meninggalkan Tokyo cukup lama, jadi itu sekitar jam 11 malam.

Penyebab dari kecelakaan itu adalah bukti dari jejak ban di kejadian, sebuah truk datang dari berlawanan arah karena kehilangan kendali dan menyerempet ke jalur mereka.

Pengemudi truk itu menabrak melewati kaca dan menabrak pembatas jalan, mati seketika.

Mobil mereka terkena di bagian kanan menerobos pembatas jalan dan jatuh dari sisi gunung, dan berhenti ketika menabrak pohon. Pada saat itu ayahnya, pingsan karena terluka parah, tapi masih hidup, ketika ibunya mengalami patah tulang. Bayi Shino yang ada di belakang terikat dengan sabuk pengaman tidak memiliki luka. Tetapi dia tidak memiliki ingatan di kejadian itu.

Sayangnya, bahkan penduduk lokal jarang menggunakan jalan itu, apalagi di tengah malam, jadi tidak ada satu mobilpun yang lewat. Juga karena tabrakan handphone menjadi rusak.

Waktu berlalu seorang pengendara menyadari kecelakaan dan melaporkannya di pagi itu, enam jam telah berlalu.

Di saat itu ibu Shino hanya dapat duduk dan melihat ayahnya perlahan menjadi dingin dan akhirnya mati karena pendarahan dari dalam.

Di saat itu, sesuatu di dalam pikiran ibunya, sesuatu rusak.

Setelah kecelakann mundur ketika ia pertama kali dia remaja dan bertemu ayah Shino. Shino dan ibunya meninggalkan Tokyo dan tinggal bersama keluarga ibunya. Semua barang milik ayahnya disingkirkan, semua foto dan video berkaitan dengannya, ketika menyingkirkan benda itu, ibunya tidak pernah mengatakan ingatannya.

Ibunya ingin hidup damai dan tenang, jadi ibunya mulai hidup di desa. Apa yang ibunya lihat dari Shino, dia tidak yakin meskipun 15 tahun setelah kecelakaan itu, mungkin dia menganggap Shino sebagai saudaranya. Meskipun begitu, ibunya masih menyayanginya setelah kecelakaan. Dia masih ingat ibunya membacakan cerita dan menyanyikan lagu pengantar tidur.

Karena itu—Shino berpikir kembali. Itu mengapa peristiwa itu terjadi. Hal itu tak terelakan. Shino berusaha untuk menjaga dunia luar menjadi jauh, supaya dunia itu tidak membalas dendam.

Shino, berumur sebelas tahun, kelas lima sekolah dasar, dia tidak pernah bermain, biasanya dia kembali ke rumah setelah pulang sekolah dan membaca buku yang dipinjamnya di perpustakaan. Nilai ulangannya bagus, tapi dia tidak memiliki banyak teman. Dia sangat sensitif terhadap gangguan, ada sebuah kejadian teman laki-lakinya menyembunyikan sepatunya, jadi dia memukulnya sampai membuat hidungnya berdarah.

Itu terjadi di hari Sabtu, setelah dimulainya semester kedua.

Shino dan ibunya pergi ke kantor pos bersama-sama. Tidak terlihat penggunjung untuk mengambil uang.

Ketika ibunya menulis cek, Shino duduk di kursi meluruskan kakinya dan membaca majalah untuk ruang tunggu. Dia tidak ingat judulnya.

Squeak, dia mendengar suara pintu di buka, terlihat sebuah pria masuk. Terlihat setengah baya menggenakan jaket abu-abu, dan memegang tas Boston.

Pria itu berhenti di pintu masuk dan melihat sekitarnya. Matanya melihat Shino untuk sebentar. Dia pikir warna matanya aneh. Berwarna kuning namun ada warna hitam gelap ditengahnya. Memikirkannya sekarang pupilnya terlalu lebar. Itu seperti disuntik stimulant.

Tapi saat itu, Shino tidak memiliki waktu untuk memikirkannya, pria itu bergerak ke kasir.

Saat ibu Shino melakukan prosedur «transfers & savings», laki-laki itu memegang tangannya dan menariknya. Dia menjatuhkannya dengan kejam. Ibunya merasakan sakit tapi tidak bersuara, benturan itu sangat keras sampai membuatnya sadar.

Shino dengan cepat berdiri. Dia ingin memprotes, karena tanpa alasan menyakiti ibunya.

Lalu, pria itu menaruh tas Boston, dan mengambil benda berwarna hitam. Shino sadar itu pistol, dan dia menodongkannya kepada penjaga kasir. Pistol—mainan—tidak, asli—perampokan—!? Sebuah kata muncul dipikirannya.

"Taruh uang itu di tas!"

Pria itu berbicara serak. Dan melanjutkan.

"kedua tangan diangkat! Jangan menekan alarm! Kau disana jangan bergerak!!"

Menggerakkan pistolnya kekiri dan menodong pekerja di belakang.

Dia berpikir untuk lari dan meminta bantuan diluar, pikir Shino, Tetapi dia tidak dapat meninggalkan ibunya terbaring di tanah dan pergi.

Ketika dia mengeluh, pria itu berkata lagi.

"Cepatlah dan taruh semua uang didalamnya!! Semua yang kalian punya!!"

Pekerja laki-laki di dekat jendela memberi uang setebal 5cm dari tangan kanannya.

Tapi saat itu.

Telinganya mati rasa. Itu membutuhkan beberapa waktu untuk memikirkannya, suara ledakan dan terdengar suara, ding, yang dari metal. Sesuatu menabrak tembok dan terpantul serta mendarat di kaki Shino, sebuah benda dari metal.

Ketika dia mengarahkan pandangannya, dia melihat kasir yang lain, pekerja itu mencengkram dadanya diluar. Di dapat melihat di bawah dasinya ada sesuatu di cat merah. Pada saat itu pekerja yang membawa arsip ke depan, dan menjatuhkan arsipnya.

"Aku bilang jangan tekan alarmnya!!"

Suara pria itu menjadi lebih tinggi. Dia dapat melihat tangan yang memegang pistol bergetar. Aroma kembang api mencapai hidungnya.

"Hey, kau! Kesini dan ambil uangnya!!"

Pria itu menodong dua pekerja yang berdiri membeku.

"Cepatlah dan kesini!!"

Suara pria itu makin mengeras, tapi pekerja itu terkejut dan tidak bergerak. Mereka mungkin memiliki pelatihan jika ada kasus perampokan, tapi sebenarnya peluru tidak bisa dihindari meskipun dari latihan ssecara manual.

Pria itu menendang mesin kasir dengan frustasi. Mungkin dia berpikir untuk menembak orang lain, kemudian mengangkat tangannya yang memegang pistol, dan lagi, berteriak dengan suara keras, pekerja wanita itu merangkak.

Tapi kemudian, dia berputar dan menghadap kea rah pengunjung di sisi ruangan.

"Jika kau tidak cepat maka, aku akan menembak seseorang!! Aku akan menembak!!"

Pria itu menodong ke arah—pengunjung yang terbaring, ibu Shino yang melihatnya menjadi hanpa dengan mata yang kosong.

Kejadian di depan matanya tidak dapat dia tahan. Ibunya tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Dengan sekejap Shino berpikir :

—Aku harus melindungi ibuku.

Pikiran itu ada di dalam pikirannya sejak dia kecil, keinginan itu membuat Shino bertindak.

Shino menjatuhkan bukunya dan berlari, dia menuju tangan pria itu yang memegang pistol dan dengan cepat menggigit tangan itu. Giginya menembus kulit pria itu.

"Whaa!?"

Pria itu memberikan ekspresi terkejut, dan mengayun tangannya yang tergigit oleh Shino. Tubuh Shino menabrak mesin kasir. Dia kehilangan dua gigi susunya, tapi dia tidak dapat merasakannya. Di depan matanya pistol itu telepas dan jatuh dari tangannya. Shino mengambil pistol itu.

Itu berat.

Berat dari metalnya menembus ke dalam tangannya. Itu sangat kontras bekas genggaman dari pria itu masih terasa menimbulkan keringat dingin, dengan panas dari bekas genggaman dari pria itu. Psitol itu seperti benda hidup.

Shino sejak kecil mengenal penggunaan senjata. Jika dia menggunakan ini maka, dia dapat menghentikan pria itu . Dituntut oleh pikiran itu, Shino membidik dengan kedua matanya, kedua tangannya dalam posisi menekan pelatuk dan membidik ke arah pria itu. Pada saat itu, mengeluarkan suara aneh dan melompat ke arah, mencoba mendapatkan pistolnya kembali dari tangan Shino. Kedua tangannya hendak menangkap tangan Shino.

Aksi yang dilakukan Shino sangat bagus tetapi caranya sangat buruk. Dia masih tidak mengerti. Tapi sederhananya dia telah membidik pria itu.

Sekarang Shino memiliki cukup informasi tentang pistol yang digunakan dalam kasus perampokan—«that gun».

Di 1933, 90 tahun yang lalu, tentara Soviet menggunakan pistol «Tokarev TT33». Dan China memodifikasinya menjadi «Type 54 Black Star». Itu adalah nama pistol itu.

Pistol itu berkaliber 30, menggunakan peluru baja 7.62mm. Dibanding dengan pistol 9mm yang diproduksi kemudian, kalibernya sangat rendah namun menggunakan banyak mesiu. Dengan alasan, kecepatan peluru mendekati kecepatan suara, jadi kekuatan menembus yang tinggi dimiliki oleh semua pistol.

Tapi recoilnya masih besar, jadi di tahun 1950 Soviet mendesain pistol yang lebih kecil menggunakan peluru 9mm. «Makarov» menggantikan Tokarev sebagai pistol yang umum.

Pistol itu bukan sesuatu yang seorang anak berusia 11 tahun dapat membidik dan menembak. Namun pria itu dengan cepat berusaha untuk merebut pistol itu, dengan cepat Shino menekan pelatuk dari pistol itu secara refleks.

Suara letusan dengan cepat merasuk tangan dan bahunya tapi dengan cepat efek itu terhisap oleh tangan pria itu. Udara menjadi tertekan.

Pria itu mengeluarkan suara erangan, melepaskan tangan Shino, dan mundur beberapa langkah.

Kemeja abu-abu pria itu di dekat perutnya, sebuah lingkaran hitam muncul dan lingkaran merah melebar. "Aa... Ahaaa!!"

Ketika pria itu mengeluarkan erangan, dia menekan lukanya. Mungkin pembuluh yang mengalirkan darah terkena, di antara tangannya mengeluarkan banyak darah.

Tapi pria itu tidak jatuh . Black Star menggunakan kaliber kecil dengan peluru Full Metal Jacket, jadi itu dapat menembus tubuh manusia jadi efeknya kecil.

Dengan suara yang aneh, pria itu menutupi lukanya mengarah ke Shino, dan mecoba untuk menangkapnya lagi. Darah dari lukanya jatuh ke tangan Shino.

Dengan tangan gemetar, seperti kejang dia menekan pelatuknya lagi.

Kali ini pistolnya memberikan efek lebih hebat ke tangan serta bahunya. Tubuhnya terlempar ke mesin kasir, membuat nafasnya kelauar. Kali ini dia tidak mendengar suara tembakan.

Peluru kedua mengenai paha kanan pria itu, sekali lagi melewatinya dan mengenai dinding. Pria itu terhuyung-huyung terpelest oleh darahnya sendiri, dan jatuh di lantai porselen.

"Gaaaaa!!"

Tapi itu tidak menghentikannya. Dia berteriak marah dan menaruh tangannya di lantai dan mencoba berdiri lagi.

Shino menjadi panik. Dia pikir, jika dia tidak menghentikan pria itu maka, dia dan ibunya akan terbunuh.

Dia menghiraukan rasa sakit di tangan dan di bahunya, dan melangkah maju. Dia membidik ke arah pria itu yang telah bangun 20cm dari lantai.

Tembakan ketiga akan membuat bahu kanannya sakit. Kali ini dia tidak dapat menahan dan terlempar karena recoil tersebut, dan mersa akan terjatuh. Meski begitu pistol itu masih di tangannya.

Seperti sebelumnya, peluru itu keluar dari pistol itu dan hendak mengenai targetnya sekitar 10cm di depan—

Itu hampir mengenai wajah pria itu. Dengan itu pria itu terjatuh dan mengenai lantai. Dia tidak bergerak atau berteriak.

Shino dengan gemetar mendekati pria itu untuk memastikan pria itu tidak bergerak.

—Melindungi.

Sebelum semuanya, dia pikir. Dia melindungi ibunya.

Shino menggerakkan kepala, untuk melihat ibunya yang masih di lantai. Dan ibu yang menyayangi Shino melebihi siapapun di dunia ini...

Menatap langsung Shino. Takut dan panik terlihat di matanya.

Shino melihat tangannya. Tangannya masih memegang pistol yang tertutupi oleh darah.

Shino membuka mulut dan menyadari sesuatu sambil berteriak.

"Aaaa...!!"

Sebuah tangisan kecil keluar. Shino terus menatap Procyon SL di tangannya. Dia dapat melihat darah jatuh dari tangannya ke jarinya. Tidak peduli berapa kali dia melihat pistol itu tidak menghilang dari tangannya. Drip, drip. Darah itu jatuh dari tangannya ke kakinya . Tiba-tiba, air matanya keluar dari matanya. Dengan penglihatan sedikit kabur, penglihatannya tertutupi oleh warna hitam dari pistol model itu.

Di dalam hatinya dia dapat melihat wajah pria itu.

Peluru ketiga mengenai wajah pria itu. Lukanya terlihat kecil namun terlihat bekas peluru seperti lubang. Tetapi lubang itu mengeluarkan darah. Semua ekspresi dan nyawa keluar dari lubang itu.

Tapi, tiba-tiba mata kirinya melihat Shino, seperti lubang tanpa dasar, menatap Shino.

Itu melihat lurus ke arah Shino.

"... Ah ... ah ... ... ... ..."

Tiba-tiba, lidahnya menjadi tertahan dan dia tidak dapat bernafas. Di saat yang sama dia merasa perutnya mengalami rasa sakit. Shino menggeretak giginya, dan mengeluarkan tekadnya melempar Procyon ke lantai. Dengan cepat dia berlari dengan langkah tertatih-tatih, dia berlari ke arah dapur dan memutar ganggang pintu kamar mandi dengan tangan kanannya yang berkeringat.

Di saat yang sama Shino di toilet muntah dari perutnya. Sampai semua di perutnya habis, dia muntah dan muntah lagi, menyebabkan tubuhnya kejang.

Ketika sakit perutnya telah menghilang, Shino telah kelelahan.

Tangan kirinya menyiram toilet. Dengan sedikit kesusahan Shino bangkit dan melepas kacamatanya, dia mencuci muka dan tangannya berulang kali dengan keras dengan air wastafel.

Terakhir dia berkumur, mengambil handuk bersih dari lemari sambil menyeka mukanya, meninggalkan kamar mandi. Dia tidak dapat berpikir jernih.

Dengan kaki goyah, Shino kembali ke kamarnya.

Menghindari menatap pistol model itu sebisa mungkin. Shino menutupi pistol model yang bergulir dengan kain, dia segera melemparnya ke dalam laci. Berisik, Shino menutup laci dan, kelelahan, jatuh terlungkup di tempat tidur.

Tetesan air dan air mata bercampur. Di pipinya dan diserap oleh kasur. Tanpa disadari suara kecil berkata hal yang sama berulang kali.

"Tolong aku...seseorang... Tolong aku...selamatkan aku...siapa saja..."

Ingatannya tentang beberapa hari setelah perampokan tidaklah jelas.

Ketika sesorang menggenakan pakaian seragam berkata untuk melewati pistol itu, jarinya menjadi kaku dan, tidak peduli berapa lama dia mencoba tidak akan kendur.

Disekitarnya, ada banyak cahaya merah dan kuning tergoyang oleh angin. Cahaya putih bersinar sebelum membuat matanya berputar.

Ketika di rumah sakit, dua polisi menanyakan tentang kasus itu. Meskipun dia mengatakannya berulang kali bahwa dia ingin bertemu ibunya, tapi keinginan itu dapt dikabulkan sesudahnya.

Shino sembuh setelah tiga hari dan dia kembali ke rumah kakeknya, tapi ibunya dirawat selama sebulan. Mereka tidak dapat kembali hidup normal seperti sebelum kejadian.

Karena menahan diri dari media, detail dari kejadiaan itu tidak ada di berita. Kematian tersangka di kantor pos saat perampokan telah di lapor ke jaksa namun siding tidak pernah di gelar sedikitpun. Tetapi rincian dari kantor pos telah menyebar dan lebih dari itu, mereka membesar-besarkan kejadian itu seperti penyebaran api.

Dalam setahun yang tersisa di sekolah, Shino diperkatai oleh semua orang dengan kata «murderer». Sejak masuk SMP tidak ada seorangpun yang tidak mengabaikannya.

Tetapi, bagi Shino keadaan sekelilingnya bukanlah masalah. Dari awal Shino tidak memiliki ketertarikan terhadap apapun.

Tapi syal yang yang tertinggal di kejadian itu, tidak peduli berapa tahun berlalu, mereka tidak membantu Shino dan terus menghindarinya.

Sejak itu, hanya melihat sesuatu seperti pistol Shino akan mengingat kejadian itu dan pengalaman membuatnya mengalami syok, hyperventalation, kekakuan tubuh, kehilangan arah bahkan lebih buruk pingsan. Serangan ini disebabkan meletakkan mata pistol yang dimiliki oleh seorang anak kecil di pinggir jalan, mereka dapat mudah dibujuk bahkan dalam layar TV.

Oleh karena itu Shino tidak dapat menonton film atau drama. Bahkan dia pernah mengalami serangan ketika menonton video di kelas sosial. Relatifnya buku lebih aman khususnya karya sastra tanpa senjata api. Jadi sejak belajar di sekolah menengah, dia menghabisakan waktunya hanya untuk membaca buku di perpustakaan.

Dia mengatakan kepada kakeknya setelah lulus, dia ingin bekerja di suatu kota yang jauh dan menghadapi tantangan. Kakeknya menyuruhnya belajar di sekolah menengah, setidaknya di Tokyo ketika ia hidup bersama ibu dan ayahnya. Ketika dia ingin pergi ke suatu tempat yang tidak memiliki rumor dan tatapan aneh di sekitarnya. Dia sangat yakin bila dia tinggal di kota ini maka luka di hatinya takkan pernah sembuh seumur hidupnya.

Tentu saja gejala Shino di diagnosis oleh doktor yakni PTSD, dan dalam empat tahun dia menerima bimbingan yang tak terhitung jumlahnya. Dia patuh untuk mengambil obat yang disediakan. Tapi kata-kata yang diucapkan dokter dengan senyum mereka itu hanya sampai di permukaan hati Shino tidak sampai di bagian terluka. Di ruang pemeriksaan, sambil mendengar mereka berkata 'Saya mengerti. Itu sangat menyakitkan. Itu sangat sulit,' Shino mengulang kata-kata tersebut.

—Jika begitu, pernakah kamu membunuh seseorang dengan pistol?

Sekarang bila direnungkan, dia menyadari sikapnya yang menghalangi kepercayaan dan menghambat pengobatannya. Namun bahkan sekarang niatnya ditutup-tutupi. Apakah dia baik atau jahat? Sebuah jawaban yang jelas namun dapat mempengaruhi Shino. Tapi tentu saja dokter yang mampu menjawab pertanyaan itu tidak ada.

Tetapi, tidak peduli berapa banyak rasa sakit yang diterima, dia tidak pernah berpikir untuk bunuh diri.

Dia tidak menyesal membidik dan menembak pria itu. Ketika ibunya ditodong oleh senjata itu, Shino tidak punya pilihan yang lain. Bahkan jika dia dapat kembali ke waktu yang sama dia tetap melakukan hal yang sama.

Tapi jika Shino dapat melarikan diri dari bunuh diri, bahkan pria itu kembali dari kuburannya, atau itu pemikiran Shino.

Karena itu dia harus menjadi kuat. Di situasi itu, hanya ada satu tindakan, meski dia masih ingin kekuatan untuk mengatakan itu. Kekuatan seperti medan perang, dimana ada tentara perempuan mengalahkan musuhnya tanpa ampun. Karena itu di mencoba hidup sendiri. Ketika dia akan meninggalkan kota itu setelah kelulusan, orang yang mengantar kepergiaannya adalah kakek, nenek dan ibunya yang memeluk dan membelai rambutnya. Dia akan selalu mengingat anaknya sebelum kecelakaan tersebut.

Dia pergi ke tempat udara kotor, air yang sulit diminum , dan segalanya mahal.

Dan kemudian dia bertemu Shinkawa Kyouji dan VRMMORPG «Gun Gale Online».

Akhirnya, nafas dan denyut nadinya menurun, dan Shino membuka matanya.

Terlentang di atas tempat tidurnya, di pipi kirinya ada sebuah bantal, dan di depan Shino ada cermin.

Pengguna sniper riffle Sinon. Hidupnya dan penampilan rambutnya diikat dengan pita di kedua sisi yang wajahnya mengingatkan kepada Shino, kecuali tidak ada yang lain. Gadis itu seperti pemburu.

Meskipun sangat takut ketika dia pertama kali log in di GGO dan tidak mengetahui apa-apa di pertempuran, Shino menemukan sesuatu yang tak terduga. Itu sangat berbeda dengan Jepang di dunia nyata, areanya seperti dari dunia lain. Dan di dunia itu, jika dia mencoba menyentuh segala macam senjata- tidak bahkan menembak pemain lain, suatu ketegangan akan terjadi dalam beberapa derajat, tapi tidak ada kebencian yang muncul.

Shino akhirnya mengetahui cara untuk melebihi ingatan itu. Bahkan karena dia mencoba bermain GGO, jika dia melihat gambar pistol, serangan itu tidak akan datang, dan dia dapat berbicara dengan Kyouji tentang senjata di GGO.

Tidak,bukan hanya itu saja. Setengah tahun lalu ketika dia mendapat riffle besar bernama «Hecate II», yang disukai Shino. Ketika gadis lain mendapat hewan peliharaan atau boneka binatang, Shino dengan santai memeluk laras lembut itu, dan jika dia menyandarkan pipinya ke laras itu dia merasa hangat.

Bersama senjata ini, di dunia virtual, jika dia terus bertarung suatu saat lukanya akan menutup dan rasa takutnya akan hilang. Percaya hal itu dia menmbak monster dan pemain dengan pelurunya.

Tetapi.

Benarkah? Benarkah ini lebih baik?

Sebuah suara bertanya dalam hatinya.

Betulkah... betulkah... ini yang terbaik?

Mata gadis itu terpantul di cermin, di belakang kacamatnya gemetar dan tampak bingung.

Kacamata ini telah dipakainya tahun lalu tanpa resep apapun. Ini bukan untuk memperbaiki mata, tapi untuk «protective equipment». NXT polymer-made lenses, tidak dapat rusak meskipun peluru mengenainya—atau itu yang tertulis di brosur. Dia tidak tahu apakah ini betul atau tidak, tapi dia hidup sederhana dan sebuah kacamata memberikan rasa aman. Sekarang bila dia tidak keluar tanpanya, dia tidak akan tenang.

Singkatnya dia bergantung terhadap aksesoris kecil.

Dia menutup mata lebih rapat dan lagi sebuah pertanyaan muncul dalam hatinya.

Seseorang...beri tahu aku...apa yang harus aku lakukan... ?

—tak seorangpun akan menyelamatkanku!!

Sebuah teriakan menolak dan menghapus suara lemahnya, dan Shino berdiri. Di depan matanya di atas meja di samping tempat tidurnya, sebuah sinar perak bercahaya di Amuspherenya.

Itu hanya tidak cukup. Itu adalah masalahnya.

21 penembak lebih kuat dari Sinon masih ada di dunia ini. Hancurkan mereka dan kirim mereka ke alam baka, dan sederhananya mendominasi pemain terkuat di Gun Gale Online, dan suatu hari—

Shino menjadi Sinon di dunia nyata, akan mendapat kekuatan yang sebenarnya. «That guy» dan «that gun» sampai sekarang mengubur target Sinon dan memori itu tidak akan pernah muncul lagi.

Shino menganbil remote AC, dan menyalakannya, melepas jaketnya dan melemparnya jauh. Dia mengancing roknya dan mengumpulkan sesuatu yang dapat dilempar ke lantai. Terakhir menaruh kacamata birunya dan dengan lembut menaruhnya di meja belajarnya. Dia dengan cepat tidur dan memakai AmuSphere, di kepalanya.

Dengan sedikit rabaan, dia menekan tombol hidup dan suara eletronik menkonfirmasikannya bahwa sudah siap, dia berkata.

"LINK START"

Suara yang murung itu, seperti anak kecil yang menangis, meminta pertolongan.

Penulis : Rulli Rhamananda ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sword Art Online Jilid V BAB IV (Bagian II) ini dipublish oleh Rulli Rhamananda pada hari Rabu, 28 November 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sword Art Online Jilid V BAB IV (Bagian II)
 

0 komentar:

Posting Komentar