Sword Art Online Jilid 3 Bab II (Bagian III)



“Sungguh bodoh.........”

Si Spriggan berteriak, dengan Lyfa hanya bisa menontonnya melesat ke arah dinding terluar menara. Lyfa berharap dengan tulus semoga Kirito selamat dalam pendaratannya.

Setelah beberapa detik, BANG!! Suara tabrakan memilukan mengguncang udara.




“Hum, Lyfa kejam sekali, kupikir aku baru mendapat trauma penerbangan.”

Di bagian bawah menara, Kirito tengah duduk di tengah tengah kebun bunga tempat dia menabrak.

“Mataku berputar putar........”

Si pixie yang duduk di bahunya tengah terhuyung huyung dengan pucat. Lyfa meletakkan tangannya di pinggangnya, menekan tawanya dan membalas,

“Kamu terlalu penuh antusias. Aku justru kaget kalau kamu masih hidup, kupikir kamu tadi pasti mati.”

“Ah, itu terlalu berlebihan.”

Kirito menabrak dinding menara sambil terbang secepat yang Game izinkan, dan hanya separuh bar HP-nya yang tersisa. Entah apakah itu karena dia memang memiliki badan yang kuat atau hanya karena beruntung, namun dia adalah perwujudan dari banyak misteri bagi seorang pemula.

“Oke oke, aku akan menyembuhkanmu.”

Lyfa melafalkan mantra penyembuh sambil mengulurkan tangannya. Cahaya biru laut menyebar dari telapak tangannya dan perlahan jatuh ke tubuh Kirito.

“Oh, hebat. Jadi ini sihir.”

Kirito dengan penasaran melihat lihat tubuhnya yang dijatuhi oleh cahaya kebiruan seperti salju.

“Hanya ras Undine yang bisa dengan mudah memakai sihir tipe-penyembuh. Namun itu mantra yang sangat penting jadi kamu harus mempelajarinya.”

“Jadi tiap tiap ras memiliki kekuatan dan kelemahan di bidang sihir? Lalu apa kekhususan dari ras Spriggan?”

“Ada dua: sihir yang memandu dalam menemukan harta karun dan sihir ilusi. Karena keduanya tak berguna dalam pertarungan, Spriggan menjadi ras yang paling tidak populer.”

“Ahhhh........seharusnya saat itu aku berpikir masak masak.”

Kirito mengangkat bahunya, berdiri, dan menoleh untuk melihat kota.

“Oh, ini kota Sylph. Tempat yang indah sekali.”

“Iya kan?”

Lyfa sekali lagi mengamati kota asal yang telah ia tinggali untuk begitu lama.

«Sylvain», juga dikenal sebagai «Ibukota Emerald», adalah kota yang sesuai dengan namanya. Puncak puncak menara dari beragam pepohonan hijau disertai koridor berangin yang menghubungkan jalanan. Memancar dari tiap tiap menara adalah cahaya hijau gelap brilian yang memberikan kota kesan kerajaan fantasy. Dibalik «Tower of Wind» terdapat «Mansion Raja», sebuah bangunan menakjubkan, yang Lyfa yakini paling superior dibandingkan seluruh bangunan dalam ALfheim.

Mereka dengan tenang melihat kota cahaya itu, mengawasi aliran orang orang yang datang dan pergi, dan tiba tiba suara sapaan datang dari arah kanan.

“Lyfa-chan, kamu selamat!”

Menoleh kesamping, aku melihat Sylph berambut kuning yang melambaikan tangannya dan berlari ke arah kami.

“Ah, Recon. Ya, entah bagaimana aku bisa selamat.”

Recon memandang Lyfa dengan mata berbinar binar.

“Memang, kamu sangat hebat, dikelilingi begitu banyak musuh namun masih bisa lolos dalam kondisi utuh......oh.....”

Recon akhirnya menyadari sosok berbaju hitam yang berdiri di samping Lyfa, dan membeku dengan mulut menggantung terbuka selama beberapa detik.

“Bukankah dia Spriggan? Kenapa dia ada disini?”

Ujar Recon sambil melompat ke belakang dengan panik, tangannya hendak memegang gagang pisau yang menggantung di pinggangnya hanya untuk dihentikan oleh Lyfa.

“Tenanglah Recon. Dia adalah alasan aku selamat.”

“Hah?”

Lyfa menunjuk Recon dan berkata pada Kirito:

“Ini adalah Recon. Dia rekanku, namun dibunuh oleh para Salamander tepat sebelum aku menemuimu.”

“Aku prihatin mendengarnya. Senang bertemu denganmu, aku Kirito.”

“Oh......ah, senang bertemu denganmu.”

Recon menjabat tangan Kirito dan mengangguk.

“Sekarang bukan waktunya untuk ini!”

Recon melompat ke belakang.

“Apa dia orang baik Lyfa-chan? Mungkin dia mata mata?”

“Awalnya kupikir juga begitu, tapi dia terlalu kikuk untuk bisa menjadi mata mata.”

“Ah, itu kejam sekali.”

Lyfa dan Kirito tertawa, Recon menatapnya dengan curiga, dan akhirnya, menjernihkan tenggorokannya sebelum berkata:

“Lyfa-chan, Sigurd dan yang lain sedang menantimu di «Aula Narcissus», mereka siap mendistribusikan barang barang buruan kita.”

“Oh.....aku paham.....oke.....”

Saat kau dibunuh oleh musuh, 30% dari item non-equipment dalam kepemilikanmu akan “dicuri” oleh pemain musuh. Item apa yang diambil diputuskan secara acak. Namun, di dalam party terdapat sesuatu bernama Insurance Frame yang secara otomatis akan mentransfer item dari pemain yang terbunuh ke anggota party mereka.

Hari ini, karena Lyfa adalah anggota terakhir dari party mereka yang masih hidup, Insurance Frame mentransfer seluruh item mereka kepada kepemilikan Lyfa. Karena itu para Salamander begitu mati matian dalam mengejarnya. Jadi, karena Kirito-lah seluruh kerja keras mereka berhasil sampai di Sylvain.

Hal itu telah menjadi tradisi diantara Lyfa dan rekan rekannya untuk bertemu di toko familiar, Aula Narcissus, untuk mendistribusi ulang semua item yang mereka dapatkan selama berburu. Namun, Lyfa sedikit merasa tak enak dan berkata pada Recon:

“Aku nggak ikut serta hari ini. Toh nggak ada item yang cocok dengan skill-ku. Akan kuberikan padamu supaya dibagi bagi dengan keempat anggota party lainnya.”

“Eh? Lyfa-chan nggak datang?”

“Ah, aku sudah janji pada Kirito untuk mentraktirnya minum minum untuk balas budi menolongku.”

“....”

Saat Recon kembali menatap Kirito, ia kembali memasang wajah curiga – dengan bentuk yang sedikit berbeda.

“Hei, jangan mikir yang aneh aneh.”

Lyfa menendang Recon setelah mengatakan itu. Dia membuka jendela item trade-nya dan memindahkan semua buruan hari ini pada Recon.

“E-mail aku saat kamu siap untuk perburuan selanjutnya. Kalau aku bisa pergi. Yang pasti, good job.”

“Ah, Lyfa-chan........”

Entah kenapa merasa malu, Lyfa dengan paksa memutus percakapan, menggenggam lengan baju Kirito, dan berjalan menjauh.




“Laki laki yang tadi, apa dia kekasih Lyfa?”

“Atau dia pacarmu?”

“Phtttt?”

Yui yang memunculkan kepalanya dari saku Kirito, adalah seorang yang menaikkan suaranya dan bertanya tepat setelah Kirito. Kaki Lyfa nampak bengkok, dan sayapnya tiba tiba membentang yang membuatnya sedikit kehilangan keseimbangan.

“Nggak.......sama sekali nggak benar, kami hanya anggota party.”

“Tapi hubungan kalian kelihatan dekat sekali.”

“Aku mengenalnya di dunia nyata, dia adalah teman sekelasku di sekolah, nggak lebih dari itu.”

“Eh, itu pasti menyenangkan.......bermain VRMMO bersama teman sekelas.”

Mendengar Kirito mengatakan itu dengan nada iri, Lyfa memandangnya dengan sedikit mengernyit.

“Yah, ada beragam kejahatan juga........itu membuatmu teringat hal yang dinamakan pekerjaan rumah.”

“Ha ha ha, begitu.”

Mereka berjalan menuruni jalan selagi mengobrol seperti itu. Dari waktu ke waktu mereka menemui pemain Sylph lain, dan usai melihat rambut hitam Kirito mereka menampakkan ekspresi kaget, namun karena melihat Lyfa ada di sampingnya mereka memilih diam dan terus berjalan. Lyfa tak terlalu aktif, namun dia telah memenangkan turnamen pertarungan Sylvain beberapa kali, sehingga dia sangat terkenal dan populer.

Akhirnya, mereka sampai di penginapan kecil dan sederhana bernama «Lily of the Valley Pavillion». Ini adalah salah satu lokasi favorit Lyfa untuk makan karena mereka menjual hidangan yang lezat.

Saat Lyfa membuka pintu dan melihat kedalam, ia mendapati kalau toko cukup ramai oleh beberapa pemain. Karena saat ini sudah sore hari di dunia nyata, restoran akan menjadi sibuk karena para pemain akan memesan banyak minuman setelah mereka kembali dari berpetualang.

Mereka duduk berhadap hadapan di meja di dekat jendela.

“Karena aku yang mentraktirmu, pilih apa saja yang kamu mau.”

“Apa nggak apa apa?”

“Jangan makan terlalu banyak atau kamu akan menyesalinya saat sudah waktunya log out dan makan malam.”

Ujar Lyfa sambil melihat beberapa hidangan lezat yang terdaftar pada menu.

Fenomena ini sangat aneh. Entah kenapa kalau kau makan di ALO itu akan memproduksi kesan palsu berupa perut kenyang, dan perasaan ini tak segera menghilang bahkan ketika kembali ke dunia nyata. Bagi Lyfa, salah satu pesona VRMMO adalah dia bisa memuaskan selera makanan manisnya tanpa harus mencemaskan kalori. Dia harus berhati hati untuk tak makan terlalu banyak karena ibunya pasti akan marah kalau dia tak makan apa apa.

Menderita oleh kekurangan nutrisi atau memakai efek ini untuk diet sangatlah buruk. Bahkan sesekali terdapat berita, bahwa terdapat sejumlah pemain yang begitu kecanduan dengan Game sampai mereka lupa makan dan menderita kekurangan gizi sampai setengah mati.

Akhirnya, Lyfa menunjuk menu dan memesan tart buah bavarian. Kirito memesan sepotong pie buah dan sebotol wine berbumbu, dan yang mengejutkan, Yui memesan biskuit keju. Pelayan NPC segera membawakan pesanan kami ke meja dan mengaturnya di depan kami.

“Juga, sekali lagi, terima kasih karena sudah menolongku.”

Mendentingkan gelas wine hijau misterius dengan Kirito, Lyfa meminum segelas penuh cairan dingin dan itu terasa menyejukkan kerongkongan keringnya. Kirito juga meminum gelasnya dalam satu tegukan, tertawa dengan malu dan berkata:

“Oh iya, ada sesuatu yang mau kutanyakan........apa kita sedang dalam kondisi berperang? Apa tipe kelompok PK semacam itu umum?”

“Ah, sejak awal hubungan diantara Salamander dan Sylph sudah buruk. Wilayah kami saling diperebutkan dan kami biasanya berkompetisi untuk mencari sumber daya di wilayah netral yang sama. Maka dari itu, persaingan ketat ini semakin memburuk dan akhirnya kedua ras saat ini dalam kondisi berperang. Namun, PK terorganisir semacam itu hanya terjadi baru baru ini. Aku yakin kalau mereka akan menyerang World Tree dalam waktu dekat.”

“Oh iya, aku mau tanya padamu tentang World Tree.”

“Ah iya, kamu mengatakan hal itu sebelumnya. Tapi kenapa kamu begitu ingin tahu?”

“Aku ingin menuju puncak World Tree.”

Kaget, Lyfa memandang Kamito dan menatap lekat lekat wajahnya. Tatapan serius di matanya menandakan kalau ia tidak bercanda.

“Itu memang hal yang semua pemain inginkan, setidaknya itulah menurutku. Itu adalah quest utama dalam Game ALO.”

“Kenapa begitu?”

“Kamu tahu kalau ada batas waktu untuk kamu bisa terbang, kan? Tak peduli ras manapun itu, waktu penerbangan hanya sekitar 10 menit. Namun, ras pertama yang berhasil mencapai «Kota Udara» di puncak World Tree akan mampu menemui Raja Peri «Oberon» dan akan terlahir kembali sebagai ras yang lebih tinggi, «ALF». Ras peri ini tak memiliki batas waktu penerbangan, dan akan bebas untuk terbang mengarungi langit, selamanya kalau mereka mau.”

“....begitu......”

Kirito menggigit pie buahnya dan mengangguk.

“Itu memang cerita yang mengesankan. Apa kamu tahu metode untuk bisa sampai ke puncak World Tree?”

“Didalam World Tree, akar akarnya membentuk kubah raksasa. Terdapat pintu masuk ke Kota Udara di puncaknya, namun untuk mencapai pintu masuk itu kamu harus melewati semua pasukan NPC penjaga. Sampai sekarang, banyak kelompok telah mencoba melewati kubah itu, namun mereka semua dengan cepat dikalahkan. Salamander saat ini adalah ras yang paling kuat, mereka juga memiliki banyak simpanan uang, dan mereka juga yang paling banyak memperdagangkan perlengkapan dan item. Kupikir mereka akan jadi ras pertama yang berhasil mencapai puncak World Tree.”

“Apa semua penjaga disana sangat kuat?”

“Amat sangat kuat. Pikirkan sekali lagi, ALO mulai mengudara sekitar setahun lalu. Jenis quest macam apa yang tak bisa kamu selesaikan dalam satu tahun?”

“Itu pasti.......”

“Faktanya, tak berapa lama sebelumnya, sebuah informasi ALO terkenal di web site meluncurkan sebuah petisi, yang meminta agar RECTO Progress menyetel ulang keseimbangan dalam Game.”

“Wow, dan lantas?”

“Tentu saja, mereka memberi jawaban biasa. ‘Game ini telah dioperasi dengan keseimbangan yang sesuai’ bla bla bla. Belakangan ini, bahkan ada opini kalau World Tree tak bisa ditaklukkan menggunakan metode saat ini.”

“Mungkin ada beberapa poin kunci dalam quest ini yang belum diketahui, atau tidak mungkinkah untuk menaklukkan World Tree hanya dengan satu ras?”

Tangan Lyfa, yang memasukkan tart ke mulutnya, mendadak berhenti, sambil menembakkan tatapan tajam pada Kirito.

“Oh, idemu bagus juga. Kalau kita melewatkan sebuah Quest, kita tinggal mencari poin kuncinya. Tapi pertanyaan keduamu itu mustahil.”

“Mustahil?”

“Ada sesuatu yang salah dengan opinimu. ‘Hanya ras pertama yang berhasil sampai’. Apa kamu pikir beberapa ras akan bekerja bersama untuk menaklukkan World Tree dengan poin seperti itu?”

“Berarti maksud kamu adalah.........mustahil untuk bisa mencapai puncak World Tree?”

“Kupikir begitu. Apalagi, masih ada banyak quest quest lain, seperti menguasai skill sampai meningkatkan produksi item, dan masih banyak yang lain. Tapi, aku takkan menyerah, atau kita tak akan pernah tahu kebahagiaan dari penerbangan sejati. Jadi, meski perlu bertahun tahun, aku pasti........”

“Tapi, itu terlalu lama.”

Kirito berujar dengan nada sunyi. Lyfa terkejut oleh keputusasaan dalam suara itu dan menatap Kirito. Ia mendapati alisnya kusut dan giginya bergeretak begitu keras sampai seluruh tubuhnya bergetar.

“Papa........”

Memegang biskuit keju di kedua tangan dan mengigit kecil kecil, si pixie berhenti makan dan meletakkan makanannya. Kemudian dia terbang untuk duduk di bahu Kirito, dan memegang lehernya untuk menghiburnya. Akhirnya, ketegangan sedikit surut dari tubuh Kirito.

“......Maaf sudah mengejutkanmu.”

Ujar Kirito dengan nada rendah.

“Tapi aku........aku benar benar harus mencapai puncak World Tree.”

Mata gelap yang bersinar dengan brilian seperti pedang yang dipoles itu menatap mata Lyfa, jantung Lyfa mulai berdegup kencang di dadanya. Lyfa meneguk winenya untuk sedikit menenangkan diri dan berkata:

“Kenapa kamu harus berbuat sejauh itu?”

“Aku sedang mencari seseorang.”

“Apa maksudmu?”

“Itu sesuatu yang tak bisa kujelaskan dengan sederhana.”

Kirito tersenyum pada Lyfa, namun matanya menampakkan keputusasaan mendalam. Dimana aku pernah melihat mata seperti itu sebelumnya?

“Lyfa......makasih, pelatihanmu sudah banyak menolongku. Terima kasih sudah mentraktirku. Aku senang kamu orang pertama yang kutemui disini.”

Lyfa tanpa sadar menggenggam pergelangan tangan Kirito saat dia berdiri.

“Hei, tunggu sebentar.......apa kamu memang berniat menuju ke World Tree?”

“Ya, ini sesuatu yang harus aku saksikan dengan mataku sendiri.”

“Itu gila, kalau kamu melakukan itu. Tempat itu sangat jauh. Juga ada banyak monster kuat dari sini hingga World Tree. Aku tahu kalau kamu kuat, tapi.......”

Oh, dia berpikir sejenak dan ucapan itu kemudian meluncur dari mulutnya.

“Kalau begitu, aku juga akan mengajakmu kesana.”

“Oh?”

Mata Kirito terbuka lebar lebar.

“Nggak, tapi, aku tak seharusnya merepotkan orang yang baru saja kutemui.......”

“Ya, aku sudah melewati gerbang keputusan!”

Lyfa memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan pipinya yang menjadi panas. Dalam ALO, karena terdapat sayap untuk terbang, jenis perpindahan seketika yang lain tidak ada. Sehingga, bepergian ke pusat dunia, World Tree, dan ibukota ALfheim, «Aarun» tak ubahnya bepergian di dunia nyata. Lebih jauh lagi, menawarkan bepergian dengan pria muda yang baru dia temui beberapa saat lalu, ini adalah sesuatu yang bahkan Lyfa anggap sangat luar biasa.

Tapi—kenapa.......aku hanya merasa tak bisa membiarkannya sendiri.

“Apa kamu akan ada disini besok?”

“Oh.....iya.”

“Kalau begitu jam 3 sore. Aku harus pergi sekarang. Kalau kamu mau log out, maka pakailah kamar di «Lily if the Valley Pavilion». Kalau begitu, sampai jumpa besok.”

Setelah itu, Lyfa membuka menu dengan mengibaskan tangan kanannya. Sebagai Sylph, dia bisa segera log out dari tempat manapun di dalam teritori ini, sehingga dia menekan tombol log out.

“Ah, tunggu!”

Kirito mengangkat kepalanya untuk menghadap Lyfa dan berkata dengan senyum:

“Terima kasih.”

Lyfa juga tersenyum dan mengangguk, kemudian dia menekan tombol OK. Dunia terselimuti oleh warna warna pelangi, kemudian menjadi gelap. Tubuh Lyfa perlahan pudar, hanya panas di wajahnya dan degup jantungnya yang sampai ke dunia nyata.




Ia perlahan membuka matanya.

Poster familiar yang melekat di langit langit kamarnya memasuki bidang pandangnya. Ini adalah screenshot diperbesar yang sudah ia cetak. Poster itu menampilkan langit tiada batas, burung yang terbang bebas, dan gambar tengah seorang gadis peri terbang dengan rambut panjang dikuncir kuda.

Kirigaya Suguha mengangkat tangannya ke kepalanya dan melepas helm Amusphere. Dengan hanya dua cincin keamanan di setiap sisinya mesin itu nampak lebih rapuh dibandingkan generasi pertamanya, Nerve Gear, nampaknya sangat mewah bagi banyak orang, namun juga memberi kesan lebih kecil sebagai mesin pengikat.

Biarpun dia sudah kembali ke dunia nyata dari dunia palsu, pipinya tak menunjukkan tanda mendingin. Suguha duduk di atas ranjang, tangannya mencubit pipinya, dan sebuah teriakan menggema di kedalaman hatinya.

......Wuwa!

Sudah terlambat sekarang, ia merasakan rasa malu yang teramat sangat oleh tindakannya, dan semakin menyadari betapa beraninya ia saat itu. Sebelum dia mulai bermain, teman sekelasnya, Nagata Shinichi a.k.a. Recon, memberitahunya kalau selama dia bertransformasi menjadi Lyfa, keberaniannya akan meningkat lima puluh persen. Dia tak pernah menduga kalau hal itu akan menuntun pada kebiasaan ekstrim yang ia tampilkan hari ini. Suguha merasa tersipu untuk sesaat, sambil menendang nendang dengan kedua kakinya.

Ia adalah pria muda misterius. Bukan, sebagai pemain tak mungkin mengetahui usianya, namun intuisi Suguha memberitahunya kalau usia mereka hanya sedikit berbeda. Namun pria itu secara mengejutkan memiliki pembawaan sangat tenang, dan tak ada kebiasaan jahat atau kata kata nakal, jadi dia semakin merasa tak yakin.

Bukan hanya karakternya sangat menawan, namun dia juga sangat kuat. Begitu kuatnya sampai kalau mereka bersilang pedang, dia pasti akan kalah telak. Dalam satu tahun masa bermainnya, ia adalah orang pertama yang Suguha temui yang bersikap seperti itu. Suguha melafalkan namanya:

“Kirito-kun, hmmm.”




Aku ingin melihatnya sendiri, dunia ilusi itu, pikir Suguha untuk yang pertama kalinya setahun setelah insiden SAO.

Sebelum itu, bagi Suguha, Game VRMMO ia anggap terkutuk, karena sudah merebut kakaknya, ia tak memiliki kata kata yang bisa mengungkapkan kemarahannya. Namun saat memegang tangan Kazuto di bangsal rumah sakit dan mencoba mengingat ucapan dan memori tentang dia, rasa penasaran muncul tentang hal macam apa yang membuat Kazuto begitu tertarik sampai berakhir dalam kondisi seperti ini. Dia ingin tahu lebih banyak tentang Kazuto—karena pemikiran itu ia memutuskan untuk melihatnya sendiri, karena dia menganggap kalau itulah satu satunya cara untuk mempersempit celah antara dia dan kakaknya.

‘Aku ingin Amusphere’. Pinta Suguha pada Ibunya. Midori menatap Suguha dan mengangguk perlahan ‘Tapi hati hatilah memakainya dan jangan memakainya terlalu berlebihan dan perhatikanlah kesehatan tubuhmu’ Ujar Ibunya, sambil tertawa.

Esok harinya, sepanjang istirahat siang, ia mendapati dirinya berdiri di depan Nagata Shinichi. Ia adalah seseorang yang dikenal sebagai maniac dan merupakan Gamer terbaik di kelasnya. Suguha mendatangi mejanya dan memintanya datang ke atap sekolah. Pada saat itu seluruh kelas dicekam kebisuan, hanya untuk pecah oleh suara suara keras.

Di atas atap, Suguha menatap Nagata Shinichi yang matanya bersinar dalam harapan sambil membeku berkata ‘Aku ingin kamu mengajariku cara bermain VRMMO’. Nagata mendengar ini dan membuat semua macam wajah komikal selama beberapa detik, kemudian bertanya apa yang Suguha ingin tahu.

Suguha tak bisa mengorbankan terlalu banyak waktu belajar dan latihan kendonya. Usai mendengar ini, Nagata berkata ‘Jadi, sesuatu yang nggak terlalu menyita waktu dan bergantung pada skill pemain kan?’ dan sejumlah pertanyaan lain. Yang ia rekomendasikan adalah ALfheim Online.

Dia tak mengetahui Nagata akan mulai bermain ALO dengannya. Namun, karena semua pelajaran melelahkan darinya, Suguha berhasil beradaptasi dalam Game dengan kecepatan menakjubkan, dan dia mendapati kalau dia sangat handal dalam bermain Game. Ada dua alasan untuk ini:

Alasan pertama adalah bahwa Suguha terus berlatih kendo selama bertahun tahun dan skill yang ia pelajari darinya sangat efektif dalam pertempuran di SAO.

Secara umum, pertarungan diantara pemain tak ikut menghitung hindaran. Umumnya, pemain hanya menyerang musuh dan menyerangnya secara bergiliran, dan ini akan terus berlanjut sampai salah satu pemain tak bisa bertarung lagi atau mati. Namun Suguha, karena latihan panjangnya, bisa dengan mudah menghindari atau menangkis serangan yang diarahkan padanya. Tentu saja, serangan kuatnya juga dihitung.

Untuk tambahan, ALO bukan Game berbasis level. Sehingga meski ia logging lebih sedikit dari kebanyakan pemain berpengalaman, ia mampu menandingi sejumlah petarung terbaik dalam ALO. Faktanya, parameter numerik Lyfa hanya rata rata dan lebih rendah dari kebanyakan pemain lama, namun karena ALO adalah sistem yang berbasis skill, ia dianggap sebagai salah satu pemain Sylph terkuat.

Alasan kedua Suguha memainkan ALO adalah kemampuan untuk terbang yang sangat unik pada Game ini.

Suguha masih mengingat saat pertamakalinya ia berhasil menguasai Voluntary Flight, sensasi itu sangat sulit dilupakan.

Suguha sering terdorong dengan batasan fisik dalam pertandingan kendo, ingin bergerak lebih cepat, menyerang lebih kuat, dan melaju lebih jauh. Karena itu saat dia berhasil menguasai Voluntary Flight, dan mampu terbang dan memakai kedua tangannya untuk memegang pedang, saat ia mampu menampilkan jurus tikaman jarak ultra-panjang, ia merasakan kenikmatan yang tak terjelaskan. Disamping ini, melakukan melakukan selaman curam atau terbang dengan kawanan burung juga sangat menarik baginya.

Bagi Recon yang memiliki masalah penerbangan, ia menyebut Suguha “Penggila Kecepatan” dan nama nama lain. Itu mungkin karena Suguha sangat menikmati penerbangan di ALO.

Setelah satu tahun, Suguha sudah dianggap sebagai pemain VRMMO yang matang. Biarpun Suguha awalnya bermain ALO agar bisa lebih dekat dengan kakaknya, namun ia akhirnya telah jatuh cinta pada dunia virtual itu.

Dan saat Kazuto kembali, Suguha ingin berbicara padanya tentang ALO dan semacamnya, namun saat ia melihat bayangan melintasi mata Kazuto, ia tak bisa melakukan hal itu.

Insiden SAO, Suguha menganggap pengalama tragis ini mempengaruhi kecintaan Kazuto pada dunia virtual. Ia memang masih memiliki Nerve Gearnya, namun benda itu hanya tergeletak di kamarnya dengan SAO rom seperti barang hiasan.

Bagi Kazuto, insiden SAO mungkin masih belum berakhir. «Orang itu» masih belum bangun, dan dia terus tertidur.

Pemikiran itu membuat hati Suguha kacau bukan main. Seperti kemarin, dia tak ingin melihat Kazuto dalam keputusasaan tanpa akhir seperti itu, Kazuto bahkan sering menangis. Suguha ingin melihatnya tertawa lagi, untuk alasan itu, dia ingin orang itu bangun sesegera mungkin.

Pada poin ini, Kazuto sudah mencapai poin dimana tangan Suguha tak lagi bisa mencapai hatinya.

Sekarang, mereka lebih seperti adik dan kakak kandung. Kalau memang begitu, Suguha berharap agar tak pernah menyadari perasaan sejatinya. Perasaannya untuk memiliki Kazuto bagi dirinya sendiri takkan pernah terwujud.

Berbaring di ranjang, mengamati poster ALfheim, Suguha bertanya tanya kenapa manusia tak memiliki sayap di dunia nyata. Kenyataannya, kalau kita bisa terbang bebas di langit, mungkin akan ada cara meluruskan benang kusut yang mengikat hatinya.


* * *


Kirito duduk di kursinya sambil menatap ke arah gadis Sylph, Lyfa, yang duduk beberapa menit yang lalu dengan ekspresi sedikit bingung.

“Apa yang terjadi padanya?”

Setelah mendengar ini, Yui, yang masih duduk di bahunya, memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung dan berkata:

“Mana tahu, aku yang sekarang nggak punya kemampuan memonitor mental.”

“Hmm. Tapi aku menghargai tawarannya untuk menjadi pemandu.”

“Aku tahu petanya. Memang benar kalau potensial bertarung kita akan meningkat dengan lebih banyak orang, namun......”

Yui berdiri, meletakkan wajahnya di telingaku, dan berkata.

“Papa, kamu tidak boleh selingkuh.”

“Nggak akan, nggak akan.”

Melihatku menggeleng kepalaku oleh peringatan itu, Yui terbang dan mendarat di meja sambil tertawa, dan mengambil biskuit yang sudah setengah dimakan dengan kedua tangannya.

“Huh, sebenarnya kamu hanya menggodaku kan?”

Kirito mengambil wine rempahnya dan meminumnya dari botol.

Namun, aku harus waspada. Aku bukannya selingkuh, dia—Lyfa hanyalah karakter dalam Game, dia mungkin punya kepribadian berbeda di dunia nyata.

Untuk waktu yang lama, dunia virtual menjadi dunia nyataku. Namun, ide tentang pembagian karakter itu sama sekali tiada berarti, kejahatan dan kebaikan itu nyata. Aku takkan bisa bertahan hidup kalau tak memikirkan tentang hal itu.

Namun masalahnya berbeda disini. Para pemain itu, dalam satu hal, agak berbeda. Mereka datang kemari dan memainkan peran berbeda beda dengan nilai berbeda beda. Para pencuri menyerang, merampok, dan membunuh namun kebalikannya, mereka tidak dihukum, namun justru dihormati.

“Susah juga, VRMMO itu.”

Kirito tanpa sadar mendesah oleh kata kata yang ia ucapkan dengan senyum pahit. Setelah meletakkan botol kosong, ia mengambil Yui yang sedang makan biskuit yang seukuran dengannya, dan meletakkannya di bahunya. Ia meninggalkan meja dan memutuskan untuk kembali ke dunia nyata.

Dalam MMORPG, terdapat konflik antara ‘kemudahan’ dan ‘keadilan’ mengenai Log Out.

Dengan kata lain, harus dirancang agar orang orang yang memiliki urusan darurat seperti janji atau harus mengurus tubuh fisiknya di dunia nyata bisa dengan cepat meninggalkan Game. Namun, di sisi lain, hal itu harus di-set up agar tak bisa digunakan untuk kabur dari situasi pertarungan atau mencegah pencurian. Untuk alasan ini, kebanyakan MMO memasang pembatasan dan syarat tertentu untuk log out. ALO bukan perkecualian, para pemain bisa Log Out dari mana saja hanya di wilayah ras mereka. Diluar itu, karakter mereka akan tetap dalam kondisi ‘tak bernyawa’ selama beberapa menit dan akan rentan oleh serangan dan pencurian.

Diluar wilayah rasmu, kalau kau menginginkan log out instan, kau harus memakai item seperti perangkat kemah atau menyewa kamar. Aku memutuskan mengikuti saran Lyfa untuk memakai lantai kedua dari “Lily of the Valley Pavillion” untuk log out.

Setelah mengecek di counter, aku memanjat anak tangga ke lantai kedua. Aku membuka pintu ruang tertentu, dan menampakkan ruangan sederhana dengan hanya satu ranjang dan sebuah meja. Itu adalah pemandangan yang memberiku rasa deja vu kuat. Sebelum aku membeli rumah di Aincrad, aku sering memakai kamar semacam ini.

Aku membuka jendela untuk merasakan udara segar. Pada poin ini aku akan mampu log out tanpa khawatir, namun pada akhirnya memilih memakai metode ‘sleep off’ untuk keluar. Jadi aku melepas senjataku dan berbaring di ranjang.

Masalah kecil terjadi saat memainkan VR Game memakai FullDive. Saat kau bermain Game FullDive, inderamu dibawa ke dunia virtual, sehingga saat kau log out inderamu dikembalikan ke tubuh aslimu. Jadi, kalau kau tiba tiba mengubah dari berdiri ke berbaring, maka akan terjadi rasa vertigo yang kuat. Pernah terjadi sebelum aku bermain SAO saat aku memakai simulator penerbangan dengan FullDive, aku berputar dengan cepat dalam nose dive, dan saat aku menekan tombol log out dan kembali ke dunia nyata, aku diserang oleh rasa vertigo yang sangat kuat dan mataku berputar dengan kencang.

Untuk mencegah gejala semacam itu lebih baik sign out dengan cara ‘sleep off’, dengan kata lain, tertidur lelap. Saat kau tertidur lelap di dunia virtual kau akan secara otomatis ter-log out dan dikirim kembali ke dunia nyata.

Aku berbaring di ranjang saat Yui selesai memakan biskuitnya dan mendarat di lantai dengan suara kepakan lembut. Usai mendarat, Yui kembali ke wujud aslinya dengan rambut hitam panjang, gaun putih salju, dan aroma menawan yang beterbangan di udara.

Yui, dengan kedua tangan disembunyikan dibalik punggungnya, menoleh padaku dan berkata.

“....Aku takkan melihatmu sampai besok kan? Papa.”

“....Maaf....padahal kita akhirnya bertemu lagi. Aku akan segera kembali....kembali menemui Yui.”

“Itu.....”

Yui berkedip kedip, dengan wajah memerah.

“Papa, sampai kamu log out bisakah kita tidur bersama?”

“Eh.”

Aku memasang senyum sadar-diri di wajahku. Aku adalah Papa bagi Yui. Sebagai AI, dia akan terus mengembangkan pengalamannya dengan terekspos pada data data baru. Jadi permintaan semacam itu tak membuatku marah, namun, sikap dan kata katanya sudah cukup untuk membuatku gugup. Tapi tetap saja, kupikir dia adalah gadis yang cantik.

“Aku paham, kamu boleh melakukannya.”

Aku mengesampingkan rasa maluku dan bergerak ke dinding untuk memberi tempat berbaring baginya. Yui, yang memasang senyum bahagia, melompat ke ranjang.

Dengan wajahnya merapat ke dadaku, aku perlahan membelai lembut rambutnya dan berbisik:

“Aku akan secepatnya menolong Asuna dan setelah itu mari membeli rumah di dunia ini juga. Apa ada rumah bagi pemain di dunia ini?”

Yui menolehkan kepalanya ke sisi dan mulai mengangguk perlahan dan berkata:

“Harganya cukup mahal, tapi memang tersedia. Serasa bagai mimpi, bagi kita bertiga, aku dan papa dan mama akan bisa tinggal bersama lagi.”

Mengingat hari hari itu, hatiku terasa seperti dijungkir balik lagi dan lagi. Jelas jelas beberapa bulan yang lalu kami masih bersama, namun sekarang aku tak punya cara apa apa untuk berkomunikasi dengannya. Seperti ini saja, memori yang jauh itu perlahan semakin bergerak menjauh—

Aku memeluk Yui erat erat, mataku perlahan menutup, dan berbisik:

“Itu bukan hanya mimpi, aku akan segera menjadikannya kenyataan.”

Karena aku terus memainkan Game begitu lama, biarpun itu hanya pengalaman virtual, otakku merasa lelah dan kelelahan menyerangku seperti martil.

“Selamat malam, Papa.”

Seiring kesadaranku perlahan memudar kedalam kegelapan hangat, suara manis Yui di sisiku terus membuatku nyaman.

Penulis : Rulli Rhamananda ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sword Art Online Jilid 3 Bab II (Bagian III) ini dipublish oleh Rulli Rhamananda pada hari Senin, 19 November 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sword Art Online Jilid 3 Bab II (Bagian III)
 

0 komentar:

Posting Komentar