Sword Art Online Jilid V BAB V


Setelah Browser dibuka, yang secara otomatis mengakses situs start-up URL.

Ada beberapa jendela web yang ditampilkan. Jendela-jendela tersebut terkait dengan Gun Gale Online, yang lebih tepatnya informasi mengenai «Death Gun».

«Dia» menggunakan telunjuk kanannya untuk mengoperasikan mouse 3D, membuat situs yang paling terkait yang ada aktif. Pada halaman depan dengan kata «death gun information summary site», hanya kata ‘Death Gun’ yang berwarna merah.

Melihat History nya, sepertinya Administrator web tersebut tidak mengupdate informasi baru malam ini. Dia kemudian melihat Message Board. Ada beberapa info baru yang tertulis sejak dia memeriksanya tadi malam, dan ikon status tree menyala dengan tulisan «NEW» dimana-mana. Kemudian dia membacanya secara beurutan.

—Mereka berdua, Zekushiido dan Tarako belum muncul kembali. Apakah sudah 1 bulan lamanya? Mungkin Akun mereka tidak sengaja terputus? Seseorang yang dapat menghubungi mereka di dunia nyata, jika kalian mengetahui sesuatu, tolong beritahu kami PLZ.

—Sudah ku bilang tidak ada info apapun. Buktinya, tidak ada seorang pun di squadron mereka tahu cara menghubungi mereka di dunia nyata. Lagipula, siapapun yang menyebarkan informasi pribadi mereka di GGO adalah orang bodoh.

—Karena kita tahu kapan mereka berdua ditembak oleh Death Gun, jika mereka berdua benar-benar sudah mati, kita akan tahu jika kita mencari informasi tentang siapa pemain VRMMO yang mati pada saat itu bukan?

—Jangan merubah pembicaraan, lihatlah apa yang telah kita bicarakan selama ini. bagi orang yang tinggal sendirian, tidak akan ada yang sadar jika mereka mati. Kita telah memastikan itu, bertanya pada polisi tidak akan mendapatkan apa-apa. Kebetulan, jika kau Tanya Zasker menggunakan email berbahasa inggris, mereka akan merespon dengan balasan standar mengenai info user tersebut.

—Seperti dugaanku, itu bisa berarti bahwa Zeku-tan dan Tarako-tan ingin sebuah sensasi saat mereka pensiun nanti. Kalian berdua, jika kalian tidak keluar dan mengungkapkan kebenaran yang sesungguhnya secepat mungkin, kejutannya akan hilang.

—Lagipula, seseorang harus menggunakan tubuhnya untuk bereksperiment, kupikir. Dalam kasus ini, besok pukul 23.30 aku akan memasang mawar merah didadaku dan menunggu di depan Gurokken Central Bank. Death Gun-san please shoot me.

—Debut seorang pahlawan! Tapi jika kamu tidak memberitahu nama asli dan alamatmu sebelum kamu mati, maka tidak akan ada artinya.

—Atau akan lebih baik menggunakan Net CafĂ© untuk melakukan Public Dive

—…

«Dia»menggigit lidahnya karena jengkel. Dia menggerakkan mouse wheelnya untuk mengaktifkan window selanjutnya. Tetapi, tidak peduli di Message Board ataupun situs informasi. Dia tidak bisa mencari artikel ataupun pesan yang dia harapkan.

Pada awalnya dia mengira, setelah 2 orang tewas ‘apakah kekuatan «Death Gun» itu benar-benar bisa membunuh orang?’ rumor seperti itu akan menyebar di internet, bersamaan dengan ketakutan para pemain GGO jika mereka lah sasaran selanjutnya, yang pada akhirnya, banyak pemain yang berhenti.—itulah yang seharusnya terjadi.

Tetapi saat ini, para gamers yang bodoh masih belum menyadari terror «Death Gun» yang sebenarnya, dan berakhir saat mereka membuat lelucon tentang itu. Jumlah total pemain GGO hanya sedikit yang berkurang.

Dan juga, bahwa kematian «Zekushiido» dan «Usuijo Tarako» masih belum diberitakan itu diluar perhitungannya. Sepertinya ada sejumlah besar kematian aneh yang terjadi di kota setiap harinya, dan jika memang bukan benar-benar karena kriminalitas. Hal tersebut tidak akan disiarkan di berita.

Tentu saja, jantung dua orang yang «Dia» tembak benar-benar berhenti di dunia nyata, dan dia tahu bahwa mereka mati. Itulah kekuatan «Death Gun».

«Dia» mempunyai keinginan yang kuat untuk menulis informasi tersebut di salah satu website Message Board. Tetapi, akan susah baginya untuk menyediakan alasan yang jelas atas informasinya tersebut, dan jika memang dia lakukan hal tersebut, maka itu akan melemahkan legenda «Death Gun». «Death Gun» akan menjadi Absolute Warrior untuk pertama dan terakhir kalinya untuk turun dalam kebrutalan, menekan kekuatan manajement perusahaan, dewa kematian yang sesungguhnya.

Yah, baiklah.

«Dia» mengambil nafas panjang untuk menenangkan dirinya.

Dalam waktu dekat ini turnamen «Bullet of Bullets» ketiga akan diselenggarakan. «Death Gun» akan berpartisipasi dalam turnamen, dan akan membunuh dua orang lagi, dan tiga orang jika mungkin, itulah rencananya. Tentunya dia harus menyelesaikan babak penyisihan tanpa menggunakan pistol tersebut. Untuk hari itu, jika dia bermain selama 20 jam perhari untuk meningkatkan statnya, maka hal itu akan jadi mungkin.

Masalah BoB juga merupakan salah satu hal yang menarik perhatian. «MMO Stream» akan menyiarkan secara langsung pada waktu yang sama di dunia nyata, dan tidak hanya pemain GGO saja tetapi pemain VRMMO lain juga akan menonton acara tersebut.

Dia tidak hanya akan menguasai tempat luas tersebut baik dalam nama dan realitas bahwa dia yang terkuat, tetapi jika seseorang yang dia tembak menghilang dari internet, maka tidak ada lagi orang bodoh yang akan meragukan kekuatan «Death Gun».

Jika dia memperoleh tingkat perhatian seperti itu, dia tidak akan bisa menggunakan akun yang dia pakai saat ini, tetapi itu tidak menjadi masalah. Selama dia mempunyai pistol tersebut, «Death Gun» baru dapat ikut serta dalam kebrutalan tersebut.

Kemudian akan terus membunuh. Dalam rencananya, jumlah tumbal akan dinaikkan menjadi tujuh orang. Pada saat tersebut pasti aka nada waktu saat pemain sedikit demi sedikit berhenti, kemudian judul Gun Gale Online akan mati, tidak berarti apapun.

«Death Gun» akan melegenda.

itu tidak akan sepadan dengan game terkutuk «Sword Art Online» mengenai jumlah korbannya, yang dikarenakan ada orang gila yang memasak otak pemainnya dengan oven microwave.

Kekuatan «Death Gun» tidak berada di level yang rendah. Sebuah peluru yang ditembakkan di dunia virtual akan menyebabkan berhentinya jantung seseorang di dunia nyata. Seseorang yang hanya tahu rahasia ini adalah bagian «Dirinya» yang lain. Karena itulah «Death Gun» menjadi orang terkuat. Dia tidak akan menjadi rumor yang dibicarakan seperti «Black Swordsman» yang telah menyelesaikan SAO. Saat dia menjadi Top player dari semua VRMMOs akan segera datang. Suatu Kekuatan yang Mutlak—Setan Legendaris—Yang terkuat—Yang terkuat—Yang terkuat—…

«Dia» menyadari bahwa tanpa dia tahu, tangan kanannya menggenggam mouse dengan erat, kemudian dia melemaskan pundaknya saat nafasnya memburu. Dia sangat menantikan hari tersebut. Jika dia mendapat legenda tersebut, maka dia tidak punya urusan lagi dengan dunia ini. «Dia» akan mengucapkan selamat tinggal untuk selama-lamanya kepada orang-orang bodoh menjengkelkan tersebut.

setelah menutup situs-situs yang dibuka di browser tadi, «Dia» pun membuka HTML lokal baru.

Ada kolom dengan tujuh foto—terbuat dari screenshot GGO yang telah di krop yang terdapat nama, perlengkapan dan informasi lainnya di sebelah kanan foto tersebut. Foto yang paling atas, «Zekushiido» dan foto «Usujio Takaro» dibawahnya, fotonya memang gelap, dengan tanda X berwarna merah darah disetiap foto tersebut.

Ini daftar target «Death Gun» atau dengan kata lain, ini adalah jumlah peluru «Death Gun» di magazine pistolnya. Ketujuh player tersebut ada para pemain yang terkenal dan kuat di GGO.

«Dia» dengan perlahan melihat ke foto yang berada di urutan bawah, menaruh foto yang berada di paling bawah ke tengah-tengah monitornya. Satu-satunya pemain perempuan GGO diantara tujuh target tersebut.

Foto itu diambil dari samping. Rambut biru pucat perempuan itu diikat di salah satu sisi wajahnya dan lurus kebawah, membuat garis pipinya tidak terlihat. Sangat disayangkan mulutnya tidak kelihatan karena tersembunyi oleh syalnya yang berwarna kuning, tetapi mata biru tuanya yang terlihat sangat dalam seperti kucing, berkilauan membuatnya terlihat sangat menarik.

Nama yang tertera disamping foto itu adalah «Shinon». Senjata utamanya adalah senjata anti-materi «Ultima Ration Hecate II».

«Dia» sudah sering menonton pertandingannya secara langsung. Saat dia berbelanja di toko yang ada di sepanjang jalan Gurokken, duduk di kursi taman saat makan Hot Dog yang dibeli di salah satu stan yang ada, dan berlari di medan perang dengan senjata besar yang ada dipunggungnya –. Semua itu membuatnya sangat menarik yang mengakibatkan keinginannya untuk menguasainya semakin tak tertahan. Dia hampir tidak pernah melihatnya tersenyum, matanya biasanya lebih menunjukkan akan kepedihan yang telah dialaminya, tetapi itulah yang membuat dia lebih tertarik dari sebelumnya.

«Dia» sempat ragu tentang gadis yang bernama «Sinon» ini menjadi target «Death Gun». Jika tidak hanya di game, tubuhnya dan hatinya di dunia nyata juga akan menjadi –

Tetapi «Dia» yang lainnya. Tangan «Death Gun» lainnya, mungkin menginginkan kematiannya. Sinon adalah seorang sniper yang kejam di GGO, dan hampir tidak ada seorangpun yang tidak mengetahui dirinya seseorang yang terkenal dengan Tuhan di Underworld. Tidak ada orang lain yang lebih pantas daripada dia untuk menjadi tumbal akan legenda «Death Gun».

«Dia» mengulurkan tangan kanannya, kemudian menyentuh foto Sinon itu.

Saat menyentuh layar yang licin dan mengkilap tersebut, «Dia» benar-benar merasakan kehangatan dan kelembutan gadis itu.
READMORE
 

Sword Art Online Jilid V BAB IV (Bagian II)



"Terima kasih telah merawatku. Juga... karena telah menolongku. Kau sangat keren."

Shino menjawab sambil berdiri. Kyouji tersenyum sambil menggarukkan kepala.

"Jika aku dapat melindungimu itu sangat bagus. Itu adalah... well, ketika kembali dari sekolah bolehkah aku menjemputmu?"

"Ti, tidak itu cukup. Aku juga harus menjadi kuat."

Setelah mendengar jawaban Shino, mata Kyouji bersinar sekali lagi dan kekhawatirannya menghilang.

Shino menaiki tangga beton, berwarna hitam karena terkena hujan selama bertahun-tahun.

Pintu kedua di apartemen tersebut adalah rumah dimana Shino tinggal sendirian. Dia mengambil kunci di sakunya dan memasukkannya di lubang kunci eletronik. Setelah memasukkan kode 4 digit di panel dan memutar kuncinya dan mendengar suara klik.

Dia masuk di ruangan gelap dan menutup pintu di belakangnya dengan tangan.

Dia berbalik ke arah pintu untuk memastikannya terkunci, kemudian dia menjauh dan berkata, "Aku pulang." Tentu saja tidak ada yang menjawab.

Dari ruang tamu ada lorong sepanjang 3 meter. Di sisi kanannya ada kamar mandi dan di sisi kirinya ada dapur.

Dia menaruh sayuran, tahu dan bahan lainnya yang dia beli di supermarket di kulkas yang ada di samping wastafel, dan berjalan ke ruangan dengan enam tatami, sambil menghela nafas. Sinar matahri terakhir menembus gorden, dan dia menyentuh saklar untuk menyalakan lampu.

Ruangan itu tidak memilik sesuatu yang dapt dibanggakan. Lantainya ditutupi dengan karpet, dan gordennya ditutupi oleh motif gading. Di sebelah kanannya ada kasur berwarna hitam dengan warna yang membosankan, dan disampingnya ada meja belajar yang berwarna hitam serta lemari kecil dan rak buku. Sebuah cermin adalah bagian utama dari furnitur.

Dia menaruh tasnya di lantai dan melepas syalnya. Serta melepas jaketnya dan menaruhnya di gantungan bersama syalnya dan menaruh mereka di kamar mandi. Dia menarik syal hijaunya dari seragamnya, tapi sambil tangan kirinya menarik resletingnya, dia berhenti dan melihat meja belajarnya.

Setelah sekolah dia mendapat masalah, tapi dia dapat menghadapinya dari gangguan Endou, jadi sedikit demi sedikit dia percaya diri di dalam hatinya. Sebetulnya ia tidak panik, meskipun ia tetap melangkah untuk menghindarinya tanpa berlari.

Dan dua hari yang lalu, di dalam GGO, dia menang death match dengan musuh yang kuat yang tidak pernah lihat. Dia merasa di dalam hatinya telah melupakan ketakutannya.

Mungkin...

Mungkin, dia dapat menghadapi masa lalunya, dan melawannya.

Sambil tidak bergerak, Shino melihat meja belajarnya.

Sepuluh detik kemudian, dia melempar syalnya, yang masih di tangan kananya ke kasur dan dengan cepat pergi ke meja belajarnya. Dia mengambil nafas yang panjang untuk membuang rasa takutnya di hatinya.

Dia mnaruh tangannya di laci ketiga dan menariknya perlahan.

Di dalam kotak itu ada catatan barang yang dia butuhkan. Dan dia mengambil kertas itu dan melihat kotak di belakangnya. Sebuah tulisan tertulis «that». Berkilau, hitam dan itu adalah mainan.

Itu adalah plastik model dari pistol. Tapi ia dapat menggingat detailnya sebuah rambut jatuh di permukaan mainan itu yang terbuat dari metal.

Dia berusaha untuk tenang melihat mainan itu, dan menggulurkan tangannyayang gemetar untuk menyentuh pistol itu, menggengamnya dan menggambilnya keluar. Perasaan itu sangat berat seolah-olah udara dingin di ruangan itu masuk ked lam tubuhnya.

Pistol itu tidak memiliki jenis dari senjata asli. Pegangannya melengkung dan memiliki pemicu yang besar. Itu mungkin dikatakan sebagai Bullpup yang memiliki lubang recoil di belakang Maupin di atas pegangannya.

Pistol itu bernama «Procyon SL», yang nyata di Gun Gale Online. Itu dikategorikan di pistol, tapi dapat menembak otomatis, sehingga populer di tangan yang lain untuk melawan monster.

Meskipun Shino memiliki ruang penyimpanan di Gurokken, benda yang Shino peggang itu bukan sesuatu yang dibelinya. Itu bukan sesuatu yang dijual di toko.

Itu terjadi beberapa hari yang lalu setelah dia mengikuti turnamen Bullet of Bullets dan kalah di rangking 22. Alamat Shino dikirim oleh account e-mail di Inggris dari «Zasker», perusahaan operasi GGO.

Meskipun berusaha menafsirkan isinya. Itu sesuai dengan BoB Participation Award. Dia dapat memilih item di game atau Procyon SL pistol model di dunia nyata, yang sepertinya ada.

Meskipun itu adalah mainan, dia tidak dapat bertahan menerima pistol di dunia nyata jadi dia berpikir untuk mengambil uang game. Tapi dia berpikir sesuatu.

Untuk mengkonfirmasikan efek dia bermain GGO sebagai «drastic treatment», suatu hari nanti dia akan menyentuh pistol di dunia nyata. Bisa saja, dia membeli di toko mainan tetapi dapat berefek psychological. Dia dapat memintanya dari Kyouji, dia mungkin senang meminjamkannya, tapi dia tidak dapat bertahan dari panik ketika menerimanya. Membelinya di internet juga bagus namun saat melihatnya dia tidak dapat membelinya. Dan tentu saja masalah keuangan.

Jika perusahaan GGo mengirimkannya secara gratis, itu mungkin cara terbaik untuknya. Jadi dia menuggu sampai hari terakhir, dan dia memutuskan mengambil pistol model di dunia nyata.

Seminggu kemudian International Postal Parcel (EMS) telah tiba.

Itu membutuhkan 2 minggu untuk memutuskan membukanya.

Tetapi, reaksinya mengkhianatinya dari perkiraannya. Shino menyimpannya ke laci lemari yang paling dalam dan menyembunyikannya di dalam pikirannya.

Dan sekarang—Shino sekali lagi memegang Procyon di tangannya.

Udara dingin dari pistol itu merasuk dari tangannya ke bahunya dan sampai di dalam hatinya. Itu hanya model, tetapi dia dapat merasakan tekanan dari pistol itu. Itu seharusnya pistol yang ringan tetapi dia dapat merasakan rantai mengikatnya di lantai.

Pistol itu menjadi hangat, mengambil hangat tanganya. Dan dia dapat merasakan tekanan yang lain.

Siapa itu?

Itu adalah... orang... itu.

Detak jantungnya menjadi cepat dan tidak dapat ia kontrol. Darah dingin menusuk tubuhnya, mendengar suara di telinganya. Dia kehilanagn arah. Lantai yang diinjaknya kehilangan kepadatannya.

Tetapi suara itu menjadi lebih jelas. Itu menjadi sebuah teriakan keras. Itu teriakan anak perempuan dengan ketakutan.

Siapa yang berteriak?

Itu adalah aku.

Shino tidak tahu wajah ayahnya.

Itu bukan berarti dia tidak memiliki ingatan ayahnya di dunia nyata. Seperti yang dikatakan , Shino tidak memiliki sesorang seperti ayahnya, bahkan foto ataupun video.

Pada hari itu, keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu dan Shino, menuju ke rumah ibunya untuk merayakan tahun baru. Mobil mereka diparkir di perbatasan timur prefektur, dimana ada 2 jalan tua di samping gunung. Karena mereka meninggalkan Tokyo cukup lama, jadi itu sekitar jam 11 malam.

Penyebab dari kecelakaan itu adalah bukti dari jejak ban di kejadian, sebuah truk datang dari berlawanan arah karena kehilangan kendali dan menyerempet ke jalur mereka.

Pengemudi truk itu menabrak melewati kaca dan menabrak pembatas jalan, mati seketika.

Mobil mereka terkena di bagian kanan menerobos pembatas jalan dan jatuh dari sisi gunung, dan berhenti ketika menabrak pohon. Pada saat itu ayahnya, pingsan karena terluka parah, tapi masih hidup, ketika ibunya mengalami patah tulang. Bayi Shino yang ada di belakang terikat dengan sabuk pengaman tidak memiliki luka. Tetapi dia tidak memiliki ingatan di kejadian itu.

Sayangnya, bahkan penduduk lokal jarang menggunakan jalan itu, apalagi di tengah malam, jadi tidak ada satu mobilpun yang lewat. Juga karena tabrakan handphone menjadi rusak.

Waktu berlalu seorang pengendara menyadari kecelakaan dan melaporkannya di pagi itu, enam jam telah berlalu.

Di saat itu ibu Shino hanya dapat duduk dan melihat ayahnya perlahan menjadi dingin dan akhirnya mati karena pendarahan dari dalam.

Di saat itu, sesuatu di dalam pikiran ibunya, sesuatu rusak.

Setelah kecelakann mundur ketika ia pertama kali dia remaja dan bertemu ayah Shino. Shino dan ibunya meninggalkan Tokyo dan tinggal bersama keluarga ibunya. Semua barang milik ayahnya disingkirkan, semua foto dan video berkaitan dengannya, ketika menyingkirkan benda itu, ibunya tidak pernah mengatakan ingatannya.

Ibunya ingin hidup damai dan tenang, jadi ibunya mulai hidup di desa. Apa yang ibunya lihat dari Shino, dia tidak yakin meskipun 15 tahun setelah kecelakaan itu, mungkin dia menganggap Shino sebagai saudaranya. Meskipun begitu, ibunya masih menyayanginya setelah kecelakaan. Dia masih ingat ibunya membacakan cerita dan menyanyikan lagu pengantar tidur.

Karena itu—Shino berpikir kembali. Itu mengapa peristiwa itu terjadi. Hal itu tak terelakan. Shino berusaha untuk menjaga dunia luar menjadi jauh, supaya dunia itu tidak membalas dendam.

Shino, berumur sebelas tahun, kelas lima sekolah dasar, dia tidak pernah bermain, biasanya dia kembali ke rumah setelah pulang sekolah dan membaca buku yang dipinjamnya di perpustakaan. Nilai ulangannya bagus, tapi dia tidak memiliki banyak teman. Dia sangat sensitif terhadap gangguan, ada sebuah kejadian teman laki-lakinya menyembunyikan sepatunya, jadi dia memukulnya sampai membuat hidungnya berdarah.

Itu terjadi di hari Sabtu, setelah dimulainya semester kedua.

Shino dan ibunya pergi ke kantor pos bersama-sama. Tidak terlihat penggunjung untuk mengambil uang.

Ketika ibunya menulis cek, Shino duduk di kursi meluruskan kakinya dan membaca majalah untuk ruang tunggu. Dia tidak ingat judulnya.

Squeak, dia mendengar suara pintu di buka, terlihat sebuah pria masuk. Terlihat setengah baya menggenakan jaket abu-abu, dan memegang tas Boston.

Pria itu berhenti di pintu masuk dan melihat sekitarnya. Matanya melihat Shino untuk sebentar. Dia pikir warna matanya aneh. Berwarna kuning namun ada warna hitam gelap ditengahnya. Memikirkannya sekarang pupilnya terlalu lebar. Itu seperti disuntik stimulant.

Tapi saat itu, Shino tidak memiliki waktu untuk memikirkannya, pria itu bergerak ke kasir.

Saat ibu Shino melakukan prosedur «transfers & savings», laki-laki itu memegang tangannya dan menariknya. Dia menjatuhkannya dengan kejam. Ibunya merasakan sakit tapi tidak bersuara, benturan itu sangat keras sampai membuatnya sadar.

Shino dengan cepat berdiri. Dia ingin memprotes, karena tanpa alasan menyakiti ibunya.

Lalu, pria itu menaruh tas Boston, dan mengambil benda berwarna hitam. Shino sadar itu pistol, dan dia menodongkannya kepada penjaga kasir. Pistol—mainan—tidak, asli—perampokan—!? Sebuah kata muncul dipikirannya.

"Taruh uang itu di tas!"

Pria itu berbicara serak. Dan melanjutkan.

"kedua tangan diangkat! Jangan menekan alarm! Kau disana jangan bergerak!!"

Menggerakkan pistolnya kekiri dan menodong pekerja di belakang.

Dia berpikir untuk lari dan meminta bantuan diluar, pikir Shino, Tetapi dia tidak dapat meninggalkan ibunya terbaring di tanah dan pergi.

Ketika dia mengeluh, pria itu berkata lagi.

"Cepatlah dan taruh semua uang didalamnya!! Semua yang kalian punya!!"

Pekerja laki-laki di dekat jendela memberi uang setebal 5cm dari tangan kanannya.

Tapi saat itu.

Telinganya mati rasa. Itu membutuhkan beberapa waktu untuk memikirkannya, suara ledakan dan terdengar suara, ding, yang dari metal. Sesuatu menabrak tembok dan terpantul serta mendarat di kaki Shino, sebuah benda dari metal.

Ketika dia mengarahkan pandangannya, dia melihat kasir yang lain, pekerja itu mencengkram dadanya diluar. Di dapat melihat di bawah dasinya ada sesuatu di cat merah. Pada saat itu pekerja yang membawa arsip ke depan, dan menjatuhkan arsipnya.

"Aku bilang jangan tekan alarmnya!!"

Suara pria itu menjadi lebih tinggi. Dia dapat melihat tangan yang memegang pistol bergetar. Aroma kembang api mencapai hidungnya.

"Hey, kau! Kesini dan ambil uangnya!!"

Pria itu menodong dua pekerja yang berdiri membeku.

"Cepatlah dan kesini!!"

Suara pria itu makin mengeras, tapi pekerja itu terkejut dan tidak bergerak. Mereka mungkin memiliki pelatihan jika ada kasus perampokan, tapi sebenarnya peluru tidak bisa dihindari meskipun dari latihan ssecara manual.

Pria itu menendang mesin kasir dengan frustasi. Mungkin dia berpikir untuk menembak orang lain, kemudian mengangkat tangannya yang memegang pistol, dan lagi, berteriak dengan suara keras, pekerja wanita itu merangkak.

Tapi kemudian, dia berputar dan menghadap kea rah pengunjung di sisi ruangan.

"Jika kau tidak cepat maka, aku akan menembak seseorang!! Aku akan menembak!!"

Pria itu menodong ke arah—pengunjung yang terbaring, ibu Shino yang melihatnya menjadi hanpa dengan mata yang kosong.

Kejadian di depan matanya tidak dapat dia tahan. Ibunya tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Dengan sekejap Shino berpikir :

—Aku harus melindungi ibuku.

Pikiran itu ada di dalam pikirannya sejak dia kecil, keinginan itu membuat Shino bertindak.

Shino menjatuhkan bukunya dan berlari, dia menuju tangan pria itu yang memegang pistol dan dengan cepat menggigit tangan itu. Giginya menembus kulit pria itu.

"Whaa!?"

Pria itu memberikan ekspresi terkejut, dan mengayun tangannya yang tergigit oleh Shino. Tubuh Shino menabrak mesin kasir. Dia kehilangan dua gigi susunya, tapi dia tidak dapat merasakannya. Di depan matanya pistol itu telepas dan jatuh dari tangannya. Shino mengambil pistol itu.

Itu berat.

Berat dari metalnya menembus ke dalam tangannya. Itu sangat kontras bekas genggaman dari pria itu masih terasa menimbulkan keringat dingin, dengan panas dari bekas genggaman dari pria itu. Psitol itu seperti benda hidup.

Shino sejak kecil mengenal penggunaan senjata. Jika dia menggunakan ini maka, dia dapat menghentikan pria itu . Dituntut oleh pikiran itu, Shino membidik dengan kedua matanya, kedua tangannya dalam posisi menekan pelatuk dan membidik ke arah pria itu. Pada saat itu, mengeluarkan suara aneh dan melompat ke arah, mencoba mendapatkan pistolnya kembali dari tangan Shino. Kedua tangannya hendak menangkap tangan Shino.

Aksi yang dilakukan Shino sangat bagus tetapi caranya sangat buruk. Dia masih tidak mengerti. Tapi sederhananya dia telah membidik pria itu.

Sekarang Shino memiliki cukup informasi tentang pistol yang digunakan dalam kasus perampokan—«that gun».

Di 1933, 90 tahun yang lalu, tentara Soviet menggunakan pistol «Tokarev TT33». Dan China memodifikasinya menjadi «Type 54 Black Star». Itu adalah nama pistol itu.

Pistol itu berkaliber 30, menggunakan peluru baja 7.62mm. Dibanding dengan pistol 9mm yang diproduksi kemudian, kalibernya sangat rendah namun menggunakan banyak mesiu. Dengan alasan, kecepatan peluru mendekati kecepatan suara, jadi kekuatan menembus yang tinggi dimiliki oleh semua pistol.

Tapi recoilnya masih besar, jadi di tahun 1950 Soviet mendesain pistol yang lebih kecil menggunakan peluru 9mm. «Makarov» menggantikan Tokarev sebagai pistol yang umum.

Pistol itu bukan sesuatu yang seorang anak berusia 11 tahun dapat membidik dan menembak. Namun pria itu dengan cepat berusaha untuk merebut pistol itu, dengan cepat Shino menekan pelatuk dari pistol itu secara refleks.

Suara letusan dengan cepat merasuk tangan dan bahunya tapi dengan cepat efek itu terhisap oleh tangan pria itu. Udara menjadi tertekan.

Pria itu mengeluarkan suara erangan, melepaskan tangan Shino, dan mundur beberapa langkah.

Kemeja abu-abu pria itu di dekat perutnya, sebuah lingkaran hitam muncul dan lingkaran merah melebar. "Aa... Ahaaa!!"

Ketika pria itu mengeluarkan erangan, dia menekan lukanya. Mungkin pembuluh yang mengalirkan darah terkena, di antara tangannya mengeluarkan banyak darah.

Tapi pria itu tidak jatuh . Black Star menggunakan kaliber kecil dengan peluru Full Metal Jacket, jadi itu dapat menembus tubuh manusia jadi efeknya kecil.

Dengan suara yang aneh, pria itu menutupi lukanya mengarah ke Shino, dan mecoba untuk menangkapnya lagi. Darah dari lukanya jatuh ke tangan Shino.

Dengan tangan gemetar, seperti kejang dia menekan pelatuknya lagi.

Kali ini pistolnya memberikan efek lebih hebat ke tangan serta bahunya. Tubuhnya terlempar ke mesin kasir, membuat nafasnya kelauar. Kali ini dia tidak mendengar suara tembakan.

Peluru kedua mengenai paha kanan pria itu, sekali lagi melewatinya dan mengenai dinding. Pria itu terhuyung-huyung terpelest oleh darahnya sendiri, dan jatuh di lantai porselen.

"Gaaaaa!!"

Tapi itu tidak menghentikannya. Dia berteriak marah dan menaruh tangannya di lantai dan mencoba berdiri lagi.

Shino menjadi panik. Dia pikir, jika dia tidak menghentikan pria itu maka, dia dan ibunya akan terbunuh.

Dia menghiraukan rasa sakit di tangan dan di bahunya, dan melangkah maju. Dia membidik ke arah pria itu yang telah bangun 20cm dari lantai.

Tembakan ketiga akan membuat bahu kanannya sakit. Kali ini dia tidak dapat menahan dan terlempar karena recoil tersebut, dan mersa akan terjatuh. Meski begitu pistol itu masih di tangannya.

Seperti sebelumnya, peluru itu keluar dari pistol itu dan hendak mengenai targetnya sekitar 10cm di depan—

Itu hampir mengenai wajah pria itu. Dengan itu pria itu terjatuh dan mengenai lantai. Dia tidak bergerak atau berteriak.

Shino dengan gemetar mendekati pria itu untuk memastikan pria itu tidak bergerak.

—Melindungi.

Sebelum semuanya, dia pikir. Dia melindungi ibunya.

Shino menggerakkan kepala, untuk melihat ibunya yang masih di lantai. Dan ibu yang menyayangi Shino melebihi siapapun di dunia ini...

Menatap langsung Shino. Takut dan panik terlihat di matanya.

Shino melihat tangannya. Tangannya masih memegang pistol yang tertutupi oleh darah.

Shino membuka mulut dan menyadari sesuatu sambil berteriak.

"Aaaa...!!"

Sebuah tangisan kecil keluar. Shino terus menatap Procyon SL di tangannya. Dia dapat melihat darah jatuh dari tangannya ke jarinya. Tidak peduli berapa kali dia melihat pistol itu tidak menghilang dari tangannya. Drip, drip. Darah itu jatuh dari tangannya ke kakinya . Tiba-tiba, air matanya keluar dari matanya. Dengan penglihatan sedikit kabur, penglihatannya tertutupi oleh warna hitam dari pistol model itu.

Di dalam hatinya dia dapat melihat wajah pria itu.

Peluru ketiga mengenai wajah pria itu. Lukanya terlihat kecil namun terlihat bekas peluru seperti lubang. Tetapi lubang itu mengeluarkan darah. Semua ekspresi dan nyawa keluar dari lubang itu.

Tapi, tiba-tiba mata kirinya melihat Shino, seperti lubang tanpa dasar, menatap Shino.

Itu melihat lurus ke arah Shino.

"... Ah ... ah ... ... ... ..."

Tiba-tiba, lidahnya menjadi tertahan dan dia tidak dapat bernafas. Di saat yang sama dia merasa perutnya mengalami rasa sakit. Shino menggeretak giginya, dan mengeluarkan tekadnya melempar Procyon ke lantai. Dengan cepat dia berlari dengan langkah tertatih-tatih, dia berlari ke arah dapur dan memutar ganggang pintu kamar mandi dengan tangan kanannya yang berkeringat.

Di saat yang sama Shino di toilet muntah dari perutnya. Sampai semua di perutnya habis, dia muntah dan muntah lagi, menyebabkan tubuhnya kejang.

Ketika sakit perutnya telah menghilang, Shino telah kelelahan.

Tangan kirinya menyiram toilet. Dengan sedikit kesusahan Shino bangkit dan melepas kacamatanya, dia mencuci muka dan tangannya berulang kali dengan keras dengan air wastafel.

Terakhir dia berkumur, mengambil handuk bersih dari lemari sambil menyeka mukanya, meninggalkan kamar mandi. Dia tidak dapat berpikir jernih.

Dengan kaki goyah, Shino kembali ke kamarnya.

Menghindari menatap pistol model itu sebisa mungkin. Shino menutupi pistol model yang bergulir dengan kain, dia segera melemparnya ke dalam laci. Berisik, Shino menutup laci dan, kelelahan, jatuh terlungkup di tempat tidur.

Tetesan air dan air mata bercampur. Di pipinya dan diserap oleh kasur. Tanpa disadari suara kecil berkata hal yang sama berulang kali.

"Tolong aku...seseorang... Tolong aku...selamatkan aku...siapa saja..."

Ingatannya tentang beberapa hari setelah perampokan tidaklah jelas.

Ketika sesorang menggenakan pakaian seragam berkata untuk melewati pistol itu, jarinya menjadi kaku dan, tidak peduli berapa lama dia mencoba tidak akan kendur.

Disekitarnya, ada banyak cahaya merah dan kuning tergoyang oleh angin. Cahaya putih bersinar sebelum membuat matanya berputar.

Ketika di rumah sakit, dua polisi menanyakan tentang kasus itu. Meskipun dia mengatakannya berulang kali bahwa dia ingin bertemu ibunya, tapi keinginan itu dapt dikabulkan sesudahnya.

Shino sembuh setelah tiga hari dan dia kembali ke rumah kakeknya, tapi ibunya dirawat selama sebulan. Mereka tidak dapat kembali hidup normal seperti sebelum kejadian.

Karena menahan diri dari media, detail dari kejadiaan itu tidak ada di berita. Kematian tersangka di kantor pos saat perampokan telah di lapor ke jaksa namun siding tidak pernah di gelar sedikitpun. Tetapi rincian dari kantor pos telah menyebar dan lebih dari itu, mereka membesar-besarkan kejadian itu seperti penyebaran api.

Dalam setahun yang tersisa di sekolah, Shino diperkatai oleh semua orang dengan kata «murderer». Sejak masuk SMP tidak ada seorangpun yang tidak mengabaikannya.

Tetapi, bagi Shino keadaan sekelilingnya bukanlah masalah. Dari awal Shino tidak memiliki ketertarikan terhadap apapun.

Tapi syal yang yang tertinggal di kejadian itu, tidak peduli berapa tahun berlalu, mereka tidak membantu Shino dan terus menghindarinya.

Sejak itu, hanya melihat sesuatu seperti pistol Shino akan mengingat kejadian itu dan pengalaman membuatnya mengalami syok, hyperventalation, kekakuan tubuh, kehilangan arah bahkan lebih buruk pingsan. Serangan ini disebabkan meletakkan mata pistol yang dimiliki oleh seorang anak kecil di pinggir jalan, mereka dapat mudah dibujuk bahkan dalam layar TV.

Oleh karena itu Shino tidak dapat menonton film atau drama. Bahkan dia pernah mengalami serangan ketika menonton video di kelas sosial. Relatifnya buku lebih aman khususnya karya sastra tanpa senjata api. Jadi sejak belajar di sekolah menengah, dia menghabisakan waktunya hanya untuk membaca buku di perpustakaan.

Dia mengatakan kepada kakeknya setelah lulus, dia ingin bekerja di suatu kota yang jauh dan menghadapi tantangan. Kakeknya menyuruhnya belajar di sekolah menengah, setidaknya di Tokyo ketika ia hidup bersama ibu dan ayahnya. Ketika dia ingin pergi ke suatu tempat yang tidak memiliki rumor dan tatapan aneh di sekitarnya. Dia sangat yakin bila dia tinggal di kota ini maka luka di hatinya takkan pernah sembuh seumur hidupnya.

Tentu saja gejala Shino di diagnosis oleh doktor yakni PTSD, dan dalam empat tahun dia menerima bimbingan yang tak terhitung jumlahnya. Dia patuh untuk mengambil obat yang disediakan. Tapi kata-kata yang diucapkan dokter dengan senyum mereka itu hanya sampai di permukaan hati Shino tidak sampai di bagian terluka. Di ruang pemeriksaan, sambil mendengar mereka berkata 'Saya mengerti. Itu sangat menyakitkan. Itu sangat sulit,' Shino mengulang kata-kata tersebut.

—Jika begitu, pernakah kamu membunuh seseorang dengan pistol?

Sekarang bila direnungkan, dia menyadari sikapnya yang menghalangi kepercayaan dan menghambat pengobatannya. Namun bahkan sekarang niatnya ditutup-tutupi. Apakah dia baik atau jahat? Sebuah jawaban yang jelas namun dapat mempengaruhi Shino. Tapi tentu saja dokter yang mampu menjawab pertanyaan itu tidak ada.

Tetapi, tidak peduli berapa banyak rasa sakit yang diterima, dia tidak pernah berpikir untuk bunuh diri.

Dia tidak menyesal membidik dan menembak pria itu. Ketika ibunya ditodong oleh senjata itu, Shino tidak punya pilihan yang lain. Bahkan jika dia dapat kembali ke waktu yang sama dia tetap melakukan hal yang sama.

Tapi jika Shino dapat melarikan diri dari bunuh diri, bahkan pria itu kembali dari kuburannya, atau itu pemikiran Shino.

Karena itu dia harus menjadi kuat. Di situasi itu, hanya ada satu tindakan, meski dia masih ingin kekuatan untuk mengatakan itu. Kekuatan seperti medan perang, dimana ada tentara perempuan mengalahkan musuhnya tanpa ampun. Karena itu di mencoba hidup sendiri. Ketika dia akan meninggalkan kota itu setelah kelulusan, orang yang mengantar kepergiaannya adalah kakek, nenek dan ibunya yang memeluk dan membelai rambutnya. Dia akan selalu mengingat anaknya sebelum kecelakaan tersebut.

Dia pergi ke tempat udara kotor, air yang sulit diminum , dan segalanya mahal.

Dan kemudian dia bertemu Shinkawa Kyouji dan VRMMORPG «Gun Gale Online».

Akhirnya, nafas dan denyut nadinya menurun, dan Shino membuka matanya.

Terlentang di atas tempat tidurnya, di pipi kirinya ada sebuah bantal, dan di depan Shino ada cermin.

Pengguna sniper riffle Sinon. Hidupnya dan penampilan rambutnya diikat dengan pita di kedua sisi yang wajahnya mengingatkan kepada Shino, kecuali tidak ada yang lain. Gadis itu seperti pemburu.

Meskipun sangat takut ketika dia pertama kali log in di GGO dan tidak mengetahui apa-apa di pertempuran, Shino menemukan sesuatu yang tak terduga. Itu sangat berbeda dengan Jepang di dunia nyata, areanya seperti dari dunia lain. Dan di dunia itu, jika dia mencoba menyentuh segala macam senjata- tidak bahkan menembak pemain lain, suatu ketegangan akan terjadi dalam beberapa derajat, tapi tidak ada kebencian yang muncul.

Shino akhirnya mengetahui cara untuk melebihi ingatan itu. Bahkan karena dia mencoba bermain GGO, jika dia melihat gambar pistol, serangan itu tidak akan datang, dan dia dapat berbicara dengan Kyouji tentang senjata di GGO.

Tidak,bukan hanya itu saja. Setengah tahun lalu ketika dia mendapat riffle besar bernama «Hecate II», yang disukai Shino. Ketika gadis lain mendapat hewan peliharaan atau boneka binatang, Shino dengan santai memeluk laras lembut itu, dan jika dia menyandarkan pipinya ke laras itu dia merasa hangat.

Bersama senjata ini, di dunia virtual, jika dia terus bertarung suatu saat lukanya akan menutup dan rasa takutnya akan hilang. Percaya hal itu dia menmbak monster dan pemain dengan pelurunya.

Tetapi.

Benarkah? Benarkah ini lebih baik?

Sebuah suara bertanya dalam hatinya.

Betulkah... betulkah... ini yang terbaik?

Mata gadis itu terpantul di cermin, di belakang kacamatnya gemetar dan tampak bingung.

Kacamata ini telah dipakainya tahun lalu tanpa resep apapun. Ini bukan untuk memperbaiki mata, tapi untuk «protective equipment». NXT polymer-made lenses, tidak dapat rusak meskipun peluru mengenainya—atau itu yang tertulis di brosur. Dia tidak tahu apakah ini betul atau tidak, tapi dia hidup sederhana dan sebuah kacamata memberikan rasa aman. Sekarang bila dia tidak keluar tanpanya, dia tidak akan tenang.

Singkatnya dia bergantung terhadap aksesoris kecil.

Dia menutup mata lebih rapat dan lagi sebuah pertanyaan muncul dalam hatinya.

Seseorang...beri tahu aku...apa yang harus aku lakukan... ?

—tak seorangpun akan menyelamatkanku!!

Sebuah teriakan menolak dan menghapus suara lemahnya, dan Shino berdiri. Di depan matanya di atas meja di samping tempat tidurnya, sebuah sinar perak bercahaya di Amuspherenya.

Itu hanya tidak cukup. Itu adalah masalahnya.

21 penembak lebih kuat dari Sinon masih ada di dunia ini. Hancurkan mereka dan kirim mereka ke alam baka, dan sederhananya mendominasi pemain terkuat di Gun Gale Online, dan suatu hari—

Shino menjadi Sinon di dunia nyata, akan mendapat kekuatan yang sebenarnya. «That guy» dan «that gun» sampai sekarang mengubur target Sinon dan memori itu tidak akan pernah muncul lagi.

Shino menganbil remote AC, dan menyalakannya, melepas jaketnya dan melemparnya jauh. Dia mengancing roknya dan mengumpulkan sesuatu yang dapat dilempar ke lantai. Terakhir menaruh kacamata birunya dan dengan lembut menaruhnya di meja belajarnya. Dia dengan cepat tidur dan memakai AmuSphere, di kepalanya.

Dengan sedikit rabaan, dia menekan tombol hidup dan suara eletronik menkonfirmasikannya bahwa sudah siap, dia berkata.

"LINK START"

Suara yang murung itu, seperti anak kecil yang menangis, meminta pertolongan.
READMORE
 

Sword Art Online Jilid V BAB IV (Bagian I)



Saat dia melangkah melewati gerbang sekolah, angin kering dan dingin meniup menerpa wajahnya.

Asada Shino berhenti sejenak, dengan erat membungkus kembali syal putihnya.

Mengenakan kacamata cell-frame, dengan setengah wajahnya tersembunyi dibalik kain syalnya, dia sekali lagi mulai berjalan. Dia melanjutkan dengan langkah cepat di trotoar yang ditutupi oleh daun musim gugur, sambil mendesah kecil dari dalam dadanya.

…Saat ini, dari total 608 hari untuk 3 tahun di SMA, 156 hari telah berlalu.

Seperempatnya telah berlalu akhirnya. Dengan pikiran itu, dia digoncangkan oleh kesederhanaan yang telah dipaksakan pada dirinya untuk waktu terlalu lama. Namun jika dia menambahkan waktu saat ia masih di SMP, maka sudah 60 persen hari-hari itu telah memudar menuju masa lalu. Ini akan berakhir, suatu saat nanti…. Ini akan berakhir suatu saat nanti. Dia mengulangi kata-kata tersebut dalam pikirannya seperti mantra.

Tentu saja, meskipun hari kelulusan sudah semakin dekat, itu bukan seolah-olah dia memiliki sesuatu yang dia ingin lakukan atau menjadi seseorang yang dia impikan. Sederhananya, dirinya telah ditengah-tengah keadaan dipaksa untuk mengikuti, dia ingin bebas dari yang dikenal sebagai «high school students»

Menghadiri tempat bagaikan suaka itu dari hari ke hari, mendengarkan ajaran guru-guru yang lesu, berolahraga dan melakukan hal-hal yang lain bersama sekelompok orang yang dia ragu tidak berubah bahkan sedikitpun sejak kecil. Makna apa yang bisa dipetik dari melakukan hal-hal itu? Shino sangat tidak mengerti. Di situasi tertentu ,ada juga guru yang memberi pelajaran yang dia temukan bermakna dan ada juga siswa yang harus dihormati. Tetapi bagi Shino, tidak ada satupun dari mereka yang keberadaanya sangat penting.

Shino pernah mengatakan sekali pada kakek dan neneknya yang sekarang adalah wali resminya, bahwa dia ingin langsung bekerja atau pelatihan kerjaa di sekolah kejuruaan daripada ke SMA. Kakeknya yang kuno memerah karena marah sementara neneknya menangis, mengatakan bahwa dia ingin Shino pergi ke sekolah yang baik dan menikah ke keluarga yang baik, kalau tidak dia tidak dapat mampu bertahan meminta maaf kepada ayah Shino. Dia memiliki sedikit pilihan tapi hanya untuk belajar mati-matian, mendapat akuan ke sekolah cukup terkenal di metropolitan Tokyo, tapi dia terkejut ketika dia masuk dan melihat. Sama sekali tidak ada perubahan dari SMP yang ada di tempat tinggalnya yang sebelumnya.

Pada akhirnya Shino, sama seperti saat dia di sekolah menengah, secara rutin menghitung hari yang tersisa saat berjalan keluar gerbang sekolah setiap harinya.

Shino tinggal sendirian di apartemen yang terletak di antara sekolah dan stasiun JR. Walaupun apartemen itu hanya seluas 6 tatami mats, dan tidak seluas dapur rumah pada umumnya, tempat itu bagus dan terletak tepat disamping pusat perbelajaan.

Pusat perbelanjaan pada jam 14.30 siang masih tidak terlihat terdapat jumlah orang yang banyak.

Pertama Shino menelusuri melewati rak toko buku. Meskipun dia menemukan sebuah buku dari penulis favoritnya, dia menahan diri karena buku itu hard cover copy dan meninggalkan toko itu . Jika dia memesannya online, dia dapat meminjam buku itu dari perpustakaan kota.

Selanjutnya dia pergi ke toko alat tulis untuk membeli penghapus dan buku kotak-kotak. Setelah mengecek uang yang tersisa, dia menuju supermarket di tengah pusat perbelanjaan sambil berpikir menu untuk makan malam. Tentu saja, makan malam Shino simpel dan sederhana. Selama makanannya bergizi,berkalori dan murah, rasa dan penampilan makanan adalah sekunder.

Sambil memikir memasak wortel dan sup seledri bersama hamburger tofu, dia melewati game center di depan supermarket yang hendak dia masuki.

"Asada~—"

Di ruang antara dua toko, sebuah suara memanggil Shino dari lorong sempit.

Terkejut secara refleks, Shino berputar 90 derajat ke arah kanannya.

Tiga siswi berpakaian seragam yang identik dengan Shino —kecuali dengan perbedaan signifikan di kepanjangan rok mereka— berdiri di lorong tersebut. Salah satu dari mereka berjongkok dan memainkan ponselnya. Dua lainnya bersandar di dinding supermarket, sambil tersenyum melihat Shino.

Ketika Shino tetap diam, salah satu dari mereka membuat isyarat sombong dengan menyentakkan dagunya.

"Ayo ke sini."

Tapi Shino tidak bergerak, dan bertanya dengan suara kecil.

"…Apa? "

Pada saat itu, satu dari lainnya mendekati Sinon dan tanpa ragu-ragu meraih tangan kanan Shino.

"Terserah, datang saja. "

Dengan itu, Shino telah ditarik sebelum ia sempat merespon.

Shino didorong ke arah lorong dan keluar dari pandangan pusat perbelanjaan dan siswi yang berjongkok menatapinya. Ketua dari kelompok itu adalah Endou. Eyeliner hitam menghiasi di sekitar matanya dan dagunya yang runcing menunjukkan kesan seperti serangga buas.

Mengontrol bibirnya yang berkilau untuk tersenyum, Endou berbicara.

"Maaf Asada. Kami baru saja menyanyi terlalu banyak di karaoke, dan sekarang kami tidak memiliki uang untuk naik kereta pulang. Kami akan membayarmu besok, jadi pinjamkan kami sejumlah uang sekarang ."

Dia memasang jarinya. Dia maksud bukan seratus bukan juga seribu tapi sepuluh ribu.

Mereka menyanyi dan menyanyi tetapi tidak lebih dari 20 menit telah berlalu sejak kelas berakhir, mereka bertiga bahkan memiliki kartu kereta api regular, dan juga, kenapa meminta uang sebanyak sepuluh ribu yen hanya untuk naik kereta? Dengan itu Shino memikirkan sederet perbedaan pikiran logis yang muncul dari pikirannya tapi tak dapat mengatakannya .

Ini kedua kalinya mereka bertiga meminta uang darinya. Sebelumnya, Shino menolak dengan alasan tidak punya uang.

Sambil mempertimbangkan memakai cara yang sama akan memiliki kesempatan keberhasilan yang sangat rendah, Shino menjawab.

"Tidak mungkin aku memiliki uang sebanyak itu"

Senyum Endou menghilang sesaat dan kemudian muncul lagi "Kalau begitu ambil lebih banyak lagi."

"..."

Shino dengan diam-diam pergi ke pusat perbelanjaan.. Mereka kemungkinan tidak akan mengikuti Shino sampai ke bank dimana semua orang dapat melihat. Siapa yang sejujurnya sebodoh itu untuk balik kembali dimana kamu cukup bisa pergi meninggalkan mereka-- sambil memikir itu, Endou lanjut bicara.

"Tasnya, tinggalkan disini. Dompetmu juga. Selama kamu memiliki kartu, kamu tidak apa-apa kan?

Shino berhenti dan berbalik. Meskipun bibir Endou tidak berubah dari bentuk senyumnya, kedua matanya menyipit menyala-- seperti kucing bersemangat bermain dengan mangsanya.

Ketiga orang ini, Shino pernah sekali mengira mereka temannya. Ketika ia teringat itu, Shino tidak dapat memaafkan kecerobohannya.


Ketika pindah dari pedesaan, dia telah meninggalkan semua orang yang dia kenal. Dan setelah masuk SMA, Shino tidak memiliki minat yang sama dengan teman sekelasnya, tanpa memiliki topik menarik yang bisa dibicarakan, dan oleh karena itu ia diam setiap hari. Endou dan teman-temannyalah yang pertama kali menghampirinya.

Setelah mereka mengajaknya makan siang bersama mereka, mereka akhirnya berhenti di restoran cepat saji sepulang sekolah. Kebanyakan Shino mendengar percakapan mereka. Meskipun diam-diam dia tidak tahan terhadap mereka, dia masih terlihat bahagia. Endou dan temannya adalah teman pertamanya yang tidak menyadari «that incident Dia percaya jika dia di sekolah, dia akan menjadi siswi normal. Shino tidak mengetahui kebenaran sampai lama kemudian. Mereka hanya mendekatinya setelah melihat alamatnya di pendaftaran kelas dan menebak bahwa ia tinggal sendiri .

'Bolehkah kami ke rumahmu main? 'Ketika mereka menanyai itu, Shino langsung menyetujui . Apartemennya mendapat pujian dari teman-temannya, dikelilingi oleh snack dan gossip sampai malam.

Hari berikutnya dan seterusnya mereka datang ke apartemen Shino.

Tak lama kemudian mereka menggunakan kamar Shino sebagai tempat mengganti pakaian kasual mereka dan menaiki kereta untuk bermain. Suatu hari barang mereka ketinggalan dan mereka menggunakan pakaian mereka untuk mengisi klosetnya.

Sepatu. Tas. Kosmetik. Barang-barang Endou dan teman-temannya meningkat dari hari ke hari. Di bulan Mei mereka pergi bermain dan kembali dalam keadaan mabuk, dan mereka menginap di kamarnya seperti tadi.

Akhirnya pada suatu titik Shino mengeluh jika mereka datang terlalu sering maka dia akan terganggu belajarnya.

Tapi Endou membalas "Kita teman, kan? " Dan hari berikutnya, mereka meminta kunci duplikat.

Kemudian pada hari Sabtu bulan Mei.

Ketika Shino berdiri di depan kamarnya setelah pulang dari perpustakaan, dia mendengar suara tertawa yang keras menggema. Suara itu bukan hanya milik Endou dan teman-temannya.

Dia menahan nafas untuk mendengarnya baik-baik. Pikiran untuk mengecek kamarnya sendiri tidak masuk akal dan dia tidak ingin melakukannya. Jelas dia mendengar tawa beberapa pria.

Dikamarnya ada beberapa pria yang tidak dia kenal. Dengan pikiran seperti itu Shino dipenuhi dengan rasa takut dan diikuti oleh kemarahan. Dia akhirnya menyadari kebenaran.

Dia berjalan menuju bawah tangga, lalu menggunakan handphonenya untuk menelpon polisi. Meskipun polisi bingung dengan kesaksian mereka, Shino berteriak sungguh-sungguh "Aku tidak kenal mereka. "

"Untuk sementara ini kita ke kantor polisi. " polisi memberitahu Endou yang kemudian menatap tajam Shino.

" Hmph, Aku mengerti. " jawab Endou sambil mengemasi barang dan pergi.


Pembalasan datang dengan cepat.

Menggunakan kemampuan investigasinya yang bagaikan ijajil, yang tidak pernah terdengar dari kelompok mereka, Endou mendongak alasan mengapa Shino hidup sendiri : 5 tahun yang lalu, di prefektur yang jauh, Shino terlibat dengan «incident» yang hampir dilupakan bahkan di net. Masa lalunya terkuak dan menyebar ke sekolah. Siswa yang berbicara dengannya menghilang bahkan para guru menghindarinya.

Semuanya kembali semula seperti saat di sekolah menengah.

Tapi Shino berpikir itu tidak apa-apa.

Kelemahannya mengingin teman telah membutakannya. Tidak ada seorangpun yang dapat menyelamatkannya kecuali dirinya sendiri . Dia tidak memiliki pilihan yang lain kecuali menjadi lebih kuat dengan kekuatannya sendiri dan melewati luka yang tertinggal akibat insiden tersebut. Untuk melakukan itu, teman tidak diperlukan. Sebaliknya, musuh jauh lebih baik. Musuh untuk dilawan--- semua disekelilingnya adalah musuh.

Setelah satu tegukan ia mengambil nafas dalam-dalam dan melihat tajam mata Endou.

Sebuah cahaya bahaya menyala di kedua matanya. Di saat ini senyum Endou telah menghilang dan berkata dengan suara pelan.

"Apa cepatlah dan lakukan. "

"Aku tidak ingin melakukannya. "

"…Huh? "

"Aku tidak mau. Aku tidak memiliki keinginan untuk meminjamkan kau uang lagi. "

Tanpa menghindari tatapannya Shino menjawab.

Seperti suatu penolakan yang mengundang permusuhan dan kedengkian. Meski mengetahui ini Shino tidak akan mengikuti permintaan mereka. Mengikuti keinginan mereka sama saja dengan melarikan diri dan menghianati tekad , sesuatu yang tidak ia inginkan . Bukan karena dia tidak ingin memperlihatkan «a weak self». Untuk menjadi lebih kuat dia menghabiskan waktu 5 tahun untuk memikirkannya . Jika dia menyerah disini maka semua usahanya sia-sia.

"Kau sialan…Jangan berani melihat kebawah didepan saya."

Dengan mata kanannya bergetar, Endou mengabil langkah maju. Dua gadis yang lain dengan cepat mengelilinginya di belakang dengan jarak dekat.

"—Aku pergi sekarang, jadi minggirlah ke samping ."Shino mengatakan dalam suara pelan. Tidak peduli berapa banyak mereka mengancamnya, Endou tidak punya nyali untuk melakukan tindakan nyata. Mereka hanya gadis normal, anak baik di rumah, Mereka seharusnya belajar dari sebelumnya agar tidak membuat masalah dengan polisi.

Tetapi.

Endou sngat umum dengan kelemahan Shino—satu tempatShino tidak dapat pertahankan.

Warna merah di bibirnya berkilau seperti senyum mengejek.

Endou perlahan menaikkan tangan kanannya dan menunjuk tangkai kacamatanya. Dia membentuk tangannya menjadi imitasi pistol. Sebuah hal yang konyol.

Namun dengan hanya itu, Seluruh tubuh Shino merasakan sensasi merinding.

Perlahan ia kehilangan kekuatan di kekuatan kakinya. Keseimbangannya mulai jatuh. Di matanya lorong mulai kehilangan warnanya dengan jari Endou sebelumnya.Shino tidak dapat kehilangan pandangannya dari kuku panjang yang bersinar glossy. Detak jantungnya menjadi cepat, ebuah frekuensi terdengar di telinganya, meningkatkan efek suaranya dengan cepat.

"Bang!"

Endou tiba-tiba berteriak. Hampir bersamaan Shino menjerit membuat darahnya mengental. Dia tidak bisa menghentikan getaran dari tubuhnya.

"Pfft..., hey, Asada~" Sementara ujung jarinya masih sama, Endou berbicara dengan suara yang bergabung dengan tawa.

"Jadi kakakku memiliki banyak pistol model. Lain kali aku akan menunjukkanmu di sekolah. Kau menyukainya kan. "

"..."

Lidahnya tidak dapat bergerak. Di mulut keringnya. Itu hanya akan memberikan masalah.

Shino menggeleng kepalanya perlahan. Jika ada pistol model yang tiba-tiba ditunjukkan di sekolah dia bisa pingsan . Sederhananya jika membayangkan adegan itu, perutnya akan menyusut dan ia tidak dapat membungkuk.

"Hey hey, Jangan muntah Asada~—"

Dibelakangnya ada suara tercampur dengan tawa.

"Tapi jika kau muntah dan pingsan di tengah kelas, itu akan sangat sulit setelahnya."

"Ya jika bukan disini, maka disini biasanya ada pemabuk yang muntah ."

Tawa terdengar lebih keras.

Aku ingin kabur, aku harap aku bisa kabur dari sini tapi itu tidak bisa. Dua orang yang di belakang berpikir gema keras dipikirannya.

"Untuk saat ini, kami akan membiarkanmu memiliki barang yang kau punya , Asada. Karena kau kelihatan sakit ."

Endou mengambil tas yang Asada pegang. Shino tidak dapat melawan . 'Jangan pikirkan itu, jangan ingat itu . ' Ketika memikirkan visi yang bangkit dari ingatan kosongnya. Bebannya seperti besi. Bau dari mesiu di hidungnya— pada saat itu sebuah suara terdengar dari belakangnya.

"Sebelah sini! Pak polisi, cepatlah!!

Suara seorang anak laki-laki.

Endou dengan cepat menyingkirkan tangannya dari tasnya. Ketiga orang itu lari dengan cepatnya, berbaur dengan orang di pusat perbelanjaan.

Pada waktu kekuatan kakinya mencapai batasnya, dan lutut Shino menyentuh tanah.

Dia berusaha mengontrol nafasnya, mencoba untuk menyimpan rasa paniknya. Perlahan suara percakapan dan bau ayam supermarket kembali dan mimpi buruknya telah menghilang.

Berapa lama ia telah dalam posisi itu? Lalu dari belakang terdengar suara lembut. "...Kau baik-baik saja, Asada-san?

Mengambil nafas yang panjang, Shino mengumpulkan kekuatan dan berdiri.

Dia membetulkan kacamatanya sambil berbalik, dan melihat seorang laki-laki yang kurus.

Dia memakai jeans dan sweater nilon, dengan tas punggung hijau dipunggungnya. Bersama dengan baju kasual, topi baseball hitamnya menutupi sedikit wajahnya. Meskipun kelihat seperti seorang siswa, bayangan mata memperlihatkan wajah mudanya. Shino tahu nama orang itu. Dia adalah satu-satunya orang yang dapat ia percaya atau mungkin bukan musuhnya. Bisa dikatakan ia memiliki hubungan bagus seperti kawan-kawan.

Perasaan detak jantungnya menurun, Shino memberikan senyumnya dan membalas.

"...Aku baik-baik saja. Terima kasih, Shinkawa-kun—dimana polisinya? "

Dia kembali melihat lorong, itu gelap dan kosong, tak seorangpun yang keluar.

Shinkawa Kyouji menggaruk kepalanya dibalik topinya dan tersenyum.

"Itu hanya gertakan. Itu sering terjadi di film dan komikkan ? Aku ingin mencobanya sekali. Aku senang itu bekerja."

"..."

Shino terlihat takjub, dan dengan lembut menggeleng.

"...Kau selalu memiliki ide yang aneh dengan cepat—Kenapa kau ada disini?"

"Ah, aku telah di game center di sebelah sana. Aku keluar dari pintu disana..."

Kyouji melihat dibelakangnya. Di tengah hujan yang menempel di dinding, dia dapat melihat pintu perak kecil.

"Saat orang-orang itu mengelilingi Asada-san. Aku berpikir akan menelpon 110..."



"Ya,kau datang dengan bantuan yang besar. Terima kasih." Shino tersenyum lagi, , Kyouji juga tersenyum untuk beberapa saat, dan menjadi wajah khawatir.

"... Asada-san, apa kejadian ini sering terjadi? Itu keterlaluan meskipun itu aku mengatakannya, kau harus melaporkan ini ke sekolah..."

"Itu tidak akan membantu, meskipun aku melakukannya, ini cukup baik, jika mereka melakukan ini lebih jauh, aku akan pergi ke kantor polisi. Lalu , sebelum mengkhawatirkan orang lain, lalu kamu baik-baik saja?"

"Ah aku baik-baik saja. Aku tidak akan bertemu mereka lagi."

Laki-laki itu, kali ini memberikan senyuman yang tulus.

Shinkawa Kyouji pernah menjadi teman sekelas Shino sebelum libur musim panas. "Pernah," karena dia tidak pernah dating ke sekolah sejak semester kedua.

Dari rumor yang dia dengar, Kyouji pernah diganggu oleh senior di klub sepak bola. Fisiknya sangat lemah dan keluarganya pemilik sebuah rumah sakit yang besar, membuatnya menjadi target. Mereka tidak meminta uang seperti kelompok Endou, tapi dia membayar makanan,hiburan dan barang aneh mereka, merusak harga dirinya.

Sebenarnya, dia belum pernah mendengarnya langsung dari Kyouji.

Mereka pertama kali bertemu di bulan Juni di perpustakaan kota.

Shino telah berada di lantai dua ruang membaca , membaca The World's Firearms. Dia telah menghabiskan hamper semua majalah.

Pada waktu itu, Dia dapat melihat gambar tanpa panik, tapi melihat halaman dengan gambar «that gun» dalam waktu sepuluh detik ia sampai batasnya. Ketika ia ingin menutup buku itu sebuah suara terdengar '...Apa kau menyukai pistol?'

Orang yang mengatakan itu adalah teman sekelasnya yang mengatakan sesuatu yang dia tidak sadari sampai waktu berlalu.

Shino segera menjawab, 'Tidak mungkin, itu malah kebalikannya'. Namun ia bertanya kenapa membaca majalah seperti itu. Itu sangat sulit untuk menjawab secara rasional jadi ia menjawab secara samar-samar.

Sekarang, Kyouji tahu Shino sangat takut terhadap pistol di dunia nyata, tapi kembali ke respon Shino yang salah. Jadi ia tersenyum dan duduk di kursi disampingnya.

Dia menunjuk majalah grafik dan berkata tentang menggambarkan senjata api, sementara Shino mendengarkan sambil berkeringat dingin. Tapi di samping itu Kyouji berbicara tentang «different world».

Dia tahu tentang mesin game Full Dive ketika dijual beberapa tahun yang lalu, dan dia tahu tentang masa VRMMO. Tetapi Shino tumbuh tanpa bermain game dan percaya itu cukup tentang «A World of Swords and Magic» yang nyata di buku fantasi. Dia tidak tertarik hal itu.

Tapi dunia virtual yang Kyouji jelaskan sperti mimpi tanpa pedang ataupun sihir. Sebagai gantinya ada pistol. Dunia itu bernama «Gun Gale Online» (GGO). Banyak senjata yang ada atau akan ada, di kehidupan nyata senjata itu digunakan di dunia itu, dan para pemain menggunakannya untuk membunuh pemain lain di tanah kosong.

Shino memotong Kyouji, bertanya dengan mendesah.

"—Di game itu...apakah pistol ini ada?"

Laki-laki itu terkejut, dan mengangguk dalam mode tentu saja.

Jika seperti itu maka, Shino mulai berpikir. Di dunia itu, dapatkah dia melawan «that gun» lagi? Lima tahun lalu, ketika umurnya sebelas tahun luka itu sangat menusuk, memberikan luka peluru yang tak pernah hilang. Dapatkah dia menghadapi senjata itu sekali lagi dan melebihinya?

Shino memhentikan sifat dinginnya, mengelap keringatnya dan bertanya dengan suara dingin kepada Kyouji , "Untuk memulai game ini, berapa banyak uang dikeluarkan?"

Setengah tahun berlalu.

Di dalam Shino lahirlah gadis bernama «Sinon», seorang sniper yang kejam di tanah GGO.

Tapi, sayangnya ia belum bertemu musuh dengan senjata «that gun». Jadi Shino belum tahu. Apakah diri yang sebenarnya—bukan Sinon, tapi Asada Shino menjadi kuat atau tidak?

Jawabannya masih terbayang dipikirannya . "...Hey, maukah kau minum? Aku traktir."

Suara Kyouji membangunkannya dari lamunannya. Melihat ke atas dia menemukan matahari bersinar menyinari lorong mulai memerah.

"...Benarkah?"

Shino tersenyum, dan Kyouji mengangguk.

"Saya ingin mendengar cerita anda berperang. Di lorong ini ada toko the yang tenang.

Setelah beberapa menit, duduk di kursi yang jauh di toko yang dia inginkan, tangannya memegang cangkir the dengan lembut, the susu yang enak, dia akhirnya sedikit santai. Mungkin Endou akan menemukan cara untuk menggangunya. Ya apa yang akan terjadi akan terjadi, dia berpikir untuk menyembunyikan ini di dalam pikirannya.

"Saya dengar, sehari sebelum kemarin. Kau sukses besarkan? "

Dia mendengar suara Kyouji. Laki-laki itu menusuk bola di atas es krimnya mengembang di atas es kopinya dengan sendok, melihatnya dengan mata mengandah.

"...Itu tidak betul. Rencananya gagal. Di regu enam ada empat orang mati. Untuk sebuah sergapan yang menjadi perang, hasilnya tidak bisa dibilang menang ."

Dia menjawab dengan mengangkat bahu. Berpikir senjata api di dunia nyata membuatnya panik tetapi baru-baru ini berbicara tentang GGO, dia dapat tetap tenang. Ini seperti dunia virtual yang memiliki efek rehabilitasi. "Namun itu menakjubkan. Pemegang Minigun «Behemoth» tidak pernah mati dalam pertempuran kelompok ini, yang aku dengar ."

"Oh...Apakah dia terkenal? Aku tidak pernah melihatnya di rangking «Bullet of Bullets», jadi aku tidak tahu tentangnya.

"Ada sebuah alasan untuk itu. Tidak peduli seberapa kuat Minigun itu dikatakan, membawa 500 peluru membuatnya kelebihan berat, jadi dia tidak dapat berlari. «BoB» adalah pertandingan solo. Jika ditarget dari jarak jauh, maka semuanya akan berakhir. Tetapi bila ia mendapat bantuan dari tim maka dia tak terkalahkan. Senjata itu melawan aturan."

Melihat Kyouji mengeluh seperti itu sambil mencibir, Shino tidak membantu malah tersenyum.

"Geesh, itu masalah yang serius...Jadi, apa yang kau rencanakan untuk «BoB» kedepan?"

"Tentu saja aku akan masuk. Aku hamper masuk rangking 20 besar data orang terkumpul. Saat ini aku akan membawa Hecate. Jadi saat ini aku akan..."

Bunuh, itu akan dia sebut tapi dengan cepat ia berkata:

"...Mencoba untuk mencapai rangking teratas."

Shino/Sinnon berpartisipasi di turnamen rangking GGO dua bulan lalu, bernama «Bullet of Bullets» . 30 orang yang lolos dari eliminasi akan mengikuti turnamen utama , a battle royal, mencoba menjadi yang terkuat. Meskipun berusaha Sinnon hanya mendapat rangking 22. Sebagai 30 peserta yang secara random ditaruh di peta yang luas saat dimulai BoB, ada kemungkinan pertempuran jarak dekat . Jadi dia akan menggunakan assault riffle daripada sniper riffle Hecate II . Tapi saat pertempuran jarak dekat, dia terbunuh oleh sniper dengan «Remington M40» dari jauh.

Dua bulan kemudian, meskipun memiliki pistol itu masih sulit untuk mengendalikannya, dia telah mendapat experience dengan Hecate dan menjadi terbiasa. Dia bahkan mendapat senjata langka light sub-machine gun «MP7», jadi dia dapat berperang dalam jarak dekat dengan efektif. Dia akan membawa sniper riffle besar di pertandingan BoB ketiga yang akan datang, yang dia pikirkan. Simpelnya dia akan bersembunyi di cover —meskipun itu sedikit tidak adil—dia akan menunggu musuh sampai jangkauannya, dan menembak mereka tanpa menyisakan sedikitpun.

Di GGO, dipenuhi dengan semangat bertempur, dia akan membunuh siapa saja yang menjadi musuhnya. Dan dia akan yakin dia adalah yang terkuat—di saat itu, untuk yakin...

Suara Kyouji di telinganya membuat ia tersadar dari lamunannya.

"Aku mengerti..."

Shino berkedip dan melihat Kyouji, yang melihatnya dengan mata bersinar. "Asada-san hebat. Kau mendapat senjata yang hebat... dan statusmu seperti mereka dengan meningkatkan STR . Aku mengundangmu di GGO, tetapi kau telah jauh meninggalkanku."

"...Itu tidak betul. Shinkawa-san juga telah masuk semifinal di babak turnamen eliminasi. Pertempuran itu sangat hebat. Sayang sekali. Jika kau masuk final maka, maka kau dapat mengikuti turnamen itu.

"Tidak...Aku tidak bisa dengan tingkatan AGI, tanpa keberuntungan yang besar dengan senjata bagus, ini yang paling bagus yang aku dapat. Penempatan statusku telah salah.."

Sambil mendengar Kyouji mengeluh, dia mengerutkan dahi.

Kyouji yang lain adalah, karakter bernama «Spiegel», mengikuti rute AGI, yang mengfokuskan meningkatkan kecepatan dan hindaran yang sangat popular di awal.

Jenis karakter ini digunakan untuk hindaran serta pengisian peluru yang cepat—dalam hal ini kecepatan menembak bukanlah kecepatan sebenarnya, tapi waktu yang digunakan untuk membidik dan bersiap menembak untuk menghancurkan karakter yang memiliki status lain. Status AGI menjadi populer di awal GGO selama setengah tahun. Namun peta baru yang harus ditaklukan mereka tidak memiliki status STR, untuk menuju persenjataan baru serta hindaran menjadi tidak efektif. Sekarang delapan bulan telah berlalu, status AGI tidak menjadi tren utama. Meski begitu status Agi bisa mendapat senjata langka dengan kecepatan tinggi contoh «FN FAL» atau «H&K G3», mereka masih dapat melakukan sesuatu. Ranking 2 sebelumnya «Yamikaze» adalah tipe status AGI—yang katanya dikalahkan oleh pemenang bernama «Zekushiido»,yang seimbang dalam status STR-VIT .Tetapi—

Untuk Shino yang, statusnya dan hal terkait hanya«Character Strength». Masih ada factor yang lebih penting dari ini yang sungguh-sungguh ada.

Yakni pemain yang memiliki kekuatan sendiri, kekuatan hatinya. Di permainan sebelumnya di saat kemarin. «Behemoth» biasanya memiliki ketenangan saat bergerak dan bahwa ia memiliki waktu untuk tersenyum. Kekuatannya bukan berasal dari M134 Minigunnya tapi berasal dari senyum mengerikannya.

Itu mengapa Shino tidak dapat menerima ucapan Kyouji yang dibilangnya.

"Ya...pistol langka itu sangat kuat namun...Ada seseorang kuat dengan senjata langka, tapi tidak semua orang memiliki senjata langka kuat. Sebenarnya dari 30 orang yang ikut turnamen sebelumnya hanya setengahnya memakai senjata kustominasi di toko.

"Itu dia...sejak Asada-san memiliki senjata langka kamu dapat berbicara seperti itu, dan diatas itu status STRmu sangat seimbang, jadi kamu dapat mengatakan hal itu. Ada banyak celah tentang kualitas senjata..."

Sambil melihat Kyouji menghela nafas dan meminum kopinya, Shino menyadari berbicara lebih dari itu tidaklah berguna, jadi dia membantu dengan menghentikan topik.

"Jadi, Shinkawa-kun tidak akan mengikuti BoB lagi?"

"...Tidak. Meskipun aku ikut, itu tidak akan berguna."

"Aku mengerti …Jadi...kau harus belajar juga. Kau akan ke menghadapi ujian persiapan sekolah bukan? Bagaimana dengan hasil ujianmu? "

Kyouji tidak pernah pergi kesekolah sejak liburan musim panas, dia sepertinya memiliki argument yang sama sejak kecelakaan itu. Ayahnya menjalankan rumah sakit yang besar, dan Kyouji anak kedua dari ayahnya akan mensukseskan ayahnya dengan cara lulus ujian departemen medis. Hasil dari rapat keluarga, ia dapat belajar di rumah, namun mulai tahun depan dia harus ikut ujian klasifikasi masuk universitas untuk masuk jurusan kedokteran dimana ayahnya lulus tanpa kehilangan waktu. Itu janji mereka, yang pernah Shino dengar darinya di masa lalu.

"Ah...Ya."

Kyouji mengganguk dan tersenyum.

"Aku baik-baik saja. Aku akan memperbaiki rangkingku ketika masuk sekolah. Tidak masalah, Ms. Instructor."

"Bagus."

Shino membalas dengan lelucon dan tersenyum.

"Waktu Shinkawa-kun login itu sangat luar biasa. Aku sedikit khawatir. Kapanpun kau login aku senantiasa online.

"Aku setiap hari belajar. Jadi variasi itu penting."

"Jadi kau memiliki banyak waktu untuk online, jadi kau harus memiliki banyak uangkan—?"

"...Itu tidak betul. Itu sangat mustahil untuk status AGI untuk bertarung sendiri..."

Sejak mood percakapan menjadi aneh lagi, Shino dengan cepat berkata.

"Sepertinya sudah cukup percakapannya...Maaf, aku harus segera pulang ."

"Ah, aku mengerti Asada-san membuat makanannya sendirikan? Aku ingin makan masakanmu lagi, jika mungkin.

"Ah, ye, yea, boleh. Tapi sebelum itu aku harus meningkatkan kemampuan masakku sedikit."

Shino mulai panik.

Hanya sekali, dia mengundang Kyouji ke rumahnya untuk makan malam. Makan bersama sangat menyenangkan, tapi setelah saling berhadapan sambil minum teh, dia merasa Kyouji menjadi dewasa, dan dia berkeringat dingin. Meskipun dia maniak game dan pistol, laki-laki tetaplah seorang laki-laki. Bila direnungkan, dia memutuskan mengundangnya ke rumahnya sedikit ceroboh.

Dia tidak membencinya. Berbicara dengannya adalah salah satu cara untuk santai di dunia nyata. Tetapi saat itu, dia tidak ingin membicarakan apapun tentang hubungan mereka. Tidak sampai menghancurkan kegelapan di dalam hatinya., dan menang atas ingatan itu.
READMORE
 

Sword Art Online Jilid V BAB III (Bagian II)



Di padang gurun yang ia lihat melalui scope-nya, target pertama, prajurit dengan Minimi di bahunya, terus berjalan dan mengobrol seperti biasa.

Di pertarungan minggu lalu, Sinon tidak bertindak menjadi penembak jitu. Ia malah menggunakan senapan serbu dan menjadi pendukung posisi belakang. Dia seharusnya melihat orang itu di jarak sangat dekat, tetapi ia tidak bisa mengingatnya. Namun, karena prajurit itu bisa menggunakan senjata pendukung, berarti levelnya pasti sangat tinggi.

Dum, dum. Hati Sinon berdebar dengan cepat saat dia mencocokkan irama tersebut dengan gerakannya . Dilihat dari jarak, arah angin dan kecepatan gerakan target berarti Sinon harus membidik lebih dari semeter di sebelah kanan atas prajurit tersebut; Sinon memindahkan jarinya dan menyentuh pemicu pelatuknya.

Pada saat itu, di sudut pandang Sinon, sebuah lingkaran setengah transparan dengan cahaya hijau muda muncul.

Diameter lingkaran berubah secara tidak pasti dalam siklus-siklusnya. Ia berpusat ke dada prajurit itu, titik terlebar menuju lututnya. Itu adalah <<Prediksi Hit Peluru>> atau (Lingkaran Peluru) yang hanya tertampil di pandangan Sinon. Peluru yang ditembak akan mengenai daerah didalam lingkaran dengan acak. Pada ukuran lingkaran saat ini, tubuh prajurit itu ditutupi oleh 30% dari lingakaran. Dengan kata lain, akurasinya 30%. Jadi, tidak peduli betapa kuat kekuatan Hecate II, menembaki lengan atau kaki prajurit itu tidak mungkin cukup untuk membunuhnya. Rasio membunuh dalam satu tembakan terlalu rendah.

Ukuran Lingkaran Peluru tergantung pada jarak target, performa senjata, cuaca, level cahaya, keterampilan, dan jumlah stats. Parameter terpenting adalah detak jantung si penembak jitu.

Amusphere memantau detak jantung di dunia nyata dan mengirim data tersebut kembali ke sistem permainan.

Ketika detak jantung berdetak dengan detakan 'Dum', lingkaran akan berada pada ukuran terbesar. Ukurannya akan mengecil perlahan-lahan dan menjadi besar pada detakan selanjutnya. Artinya, untuk akurasi paling tinggi, tembakan harus dilakukan di celah antara setiap detak jantung.

Namun, keadaan santai adalah enam-puluh kali per menit - yaitu satu detik siklus dalam keadaan tenang. Tetapi ketegangan dari percobaan menembak akan berlipat ganda atau lebih. Hal itu mengakibatkan kecepatan pelebaran dan penyusutan lingkaran meningkat sesuai dengan respons. Mustahil untuk menembak diantara celah detakan jantung.

Untuk alasan itulah GGO memiliki jumlah penembak jitu yang sedikit.

Mereka tidak bisa menembak mengenai sasaran. Mereka tidak bisa menghentikan ketegangannya pada saat mereka dibutuhkan untuk menembak. Tentu saja dalam pertempuran jarak dekat, detak jantung membuat Lingkaran Peluru berdenyut. Tetapi kamu masih bisa menembak pada jarak dekat dengan itu. Apalagi dengan senapan sub-mesin full-otomatis dan senapan serbu. Namun, membidik pada jarak lebih dari 1000 meter, ukuran Lingkaran Peluru biasanya lebih besar dibandingkan ukuran manusia. Saat ini di pandangan Sinon, ukuran akurasi 30% sudah merupakan keajaiban.

-Tapi.

Sinon berbisik di dalam hati.

Tekanan, kecemasan dan teror ini mencapai sejauh mana. Sampai jarak sejauh 1500? Itu seperti melempar bola kertas ke keranjang sampah. Ya -

Dibandingkan dengan waktu itu.

Inti kepalanya menjadi dingin. Detak jantungnya melambat seperti kebohongan belaka.

- Es. Saya mesin pembunuh sedingin es. (Real translation: Saya mesin terbuat dari es dingin. Kayak mesin es cendol jadinya =_=)

Siklus perubahan Lingkaran Peluru semua melambat sekaligus. Pada saat yang sama, perasaan waktunya memanjang. Sinon bisa langsung mengetahui dengan jelas ketika lingkaran berada pada ukuran terkecil.

Satu...Dua...Saat lingkaran ketiga menyempit dan membidik ke arah jantung prajurit bersenjata Minimi tersebut, Sinon menarik pelatuknya.

Raungan seperti guntur mengguncang dunia.

Dari sisi depan moncong rem Hecate II, api besar meletus, melepaskan peluru yang memotong melalui suara senjata dan bergerak maju. Rekoil yang dihasilkan mendorong Sinon dan senapannya mundur. Kedua kakinya bersiap untuk menahan impak.

Di ujung titik tengah pisir, sang prajurit kemungkin melihat moncong mengkilat. Prajurit itu lalu menoleh kepalanya ke arah Sinon. Matanya saling berhadapan dengan Sinon yang sedang mengintip melalui scope -



Secara instan, dada sampai bahu prajurit tersebut, termasuk kepalanya, berubah menjadi fragmen objek kecil dan melenyap. Sesaat setelah itu, anggota tubuhnya yang lain pecah seperti patung kaca yang dipukul dan disebar menjadi serpihan kecil. Sayangnya untuk prajurit itu, harga menakutkan dari Minimi yang dia bawa menjadi drop acak dan jatuh ke tanah berpasir. Yang pasti, setelah prajurit itu kembali ke titik awal jalan untuk hidup kembali, ia harus puas dengan syok kematian instan dan kehilangan senjata miliknya.

Sinon memastikan hal-hal di atas tanpa emosi, tangan kanannya bergerak otomatis dan menarik baut pegangan Hecate II. Dengan suara berlogam, kerangka peluru dikeluarkan, yang lalu menghilang setelah jatuh memukul batu di samping.

Saat mengisi amunisi berikutnya, Sinon menggeser senapannya sedikit ke kanan. Target kedua, yaitu prajurit tubuh besar berjubah berada di pandangannya. Wajahnya yang ditutupi dengan kacamata pelindung melihat lurus ke arah Sinon. Sambil membidik sedikit di atas tubuh prajurit itu, jari pelatuk Sinon mengetat sedikit. Lingkaran Peluru hijau muncul lagi, secara langsung menyempit menjadi titik.

Hanya tiga detik telah berlalu sejak tembakannya yang pertama. Senapan semi-otomatis bisa menembak terus menerus, tetapi senapan bolt-action Hecate II tidak dapat melakukan itu. Meski begitu, untuk rata-rata pemain, melihat rekan mereka tiba-tiba dihancurkan dapat mengakibatkan kekejutan dan kaget. Dan dari kekacauan itu, dibutuhkan waktu lima detik untuk memulihkan kondisi mental mereka, mengidentifikasi arah tembakan si penembak jitu dan siap-siap untuk menghindar. Kalau kamu menggunakan kekacauan itu, tembakan kedua kemungkinan akan sukses, tetapi-

Namun, prajurit berjubah itu tidak menunjukkan pertanda kebingungan. Dari kedalaman kacamata pelindungnya, ia menatap langsung ke Sinon. Prajurit ini pasti seorang veteran yang sangat berpengalaman dan seorang pemain terkenal, Sinon berpikir sambil menarik pelatuknya.

Pada titik ini, di sudut pandang prajurit itu, lintasan peluru yang melaju ke dirinya akan ditunjukkan sebagai <<Jalur Prediksi Balistik>> (Garis Peluru), sebuah cahaya merah setengah translusen. Untuk pertarungan senjata seperti ini, pihak game menambah kekonyolan seperti system assist untuk membuat pertarungan senjata lebih menarik. Jika pemain memiliki reaksi cepat, AGI tinggi dan keberanian yang cukup, maka ia bisa menghindar lebih dari 50% tembakan terus menerus dari senapan serbu dalam jarak 50 meter.

Keuntungan terbesar dari kelas "Penembak Jitu" hanyalah tembakan pertama yang tidak akan menunjukkan garis tembakan ke target. Namun, karena posisi Sinon sudah diketahui dari tembakan pertamanya, maka ia tidak lagi memiliki keuntungan itu.

Raungan terdengar lagi. Dari jari tanpa ampun Hecate II, dirilis kristalisasi peluru <<Kematian>> yang memotong cahaya atmosfer kuning dan terbang menjauh.

Tetapi seperti yang Sinon duga, prajurit itu dengan tenang mengambil satu langkah besar ke kanan. Setelah itu, peluru 12,7mm tersebut memotong melewati spasi satu meter dari tubuh besar prajurit tersebut. Peluru Sinon menghasilkan lubang di dinding beton padang gurun jauh di belakang prajurit itu.

Tangan kanan Sinon lalu bergerak sendiri, mengisi ulang tembakan berikutnya, jarinya kembali ke pegangan dan tidak menuju pelatuknya.

Setiap tembakan berikutnya akan menjadi sia-sia. Jika ia harus menembak lagi, ia harus bergerak meninggalkan posisi ini, bersembunyi dari hadapan prajurit itu dan menunggu 60 detik untuk info identifikasi diulang. Namun pada saat itu, arah pertempuran sudah diputuskan. Sambil mengintip melalui scope-nya, dia berbisik ke penerima.

"Target pertama sukses. Target kedua gagal."

Dyne lalu menjawab dengan cepat.

"Mengerti. Serangan dimulai...Go, Go, GO!!"

Zhaa! Suara pelan kaki menginjak tanah dan meninggalkan tempat mencapai pendengaran Sinon. Sinon mengembuskan napas yang ditahannya sedikit.

Misi yang Sinon terima selesai sekarang. Karena Hecate II adalah senjata ultra-langka, jika ia membawanya ke pertempuran tatap muka dan mati menjatuhkan Hecate II, hal itu akan menjadi situasi yang serius. Dyne berkata kalau Sinon diperbolehkan berada pada posisi standby setelah menembak. Tembakan keduanya yang tidak mengenai sasaran tetap berada di hatinya dan dia berharap kalau <<Perasaan Buruk>>nya tidak akan membuahkan hasil.

Sambil berpikir, Sinon sekali lagi memindahkan senapannya, dia menerendahkan pembesaran untuk melihat seluruh anggota kelompok musuh di scope-nya. Keempat prajurit garis depan dengan cepat melompat ke belakang batu terdekat atau dinding beton untuk bersembunyi. Di belakang mereka diikuti oleh pendukung posisi belakang bersenjata Peletus dan prajurit besar berjubah-

"Ah...!"

Sinon mengeluarkan suaranya tanpa ia sadari. Pada saat itu, prajurit besar tersebut menggerakkan kedua lengannya, melempar jubah kamuflase dari tubuhnya.

Kedua tangan prajurit itu tidak bersenjata. Di pinggangnya juga kosong.

Apa yang dia bawa di punggungnya, yang kita awalnya kira sebagai ransel transportasi item, akhirnya terungkap.

Di antara bahunya yang lebar, terdapat sebuah rak logam melengkung dan panjang. Yang tergantung di punggungnya adalah sebuah benda logam kasar dan ringkas.

Di dalam rangkai berbentuk Y yang menunjang itu, terdapat komponen mesin silinder. Bagian atasnya memiliki pegangan jinjing besar, dibawahnya terdapat enam tubuh barel klaster penembak. Panjangnya dengan mudah satu meter.

Komponen mesin itu terdapat sabuk penyambung didalamnya, yang terhubung dengan kotak amunisi besar yang menggantung dari rel yang sama.

Sinon hanya pernah melihat senjata berukuran besar dan seram itu sekali dari daftar senjata yang ada di Situs Informasi GGO.

Namanya <<GE M134 Minigun>>. Diklasifikasikan di dalam senapan mesin berat (heavy machinegun). Salah satu dari senjata api terbesar yang debut di GGO. Keenam barel yang tersambung berputar dengan kecepatan tinggi untuk mengisi ulang, menembak, dan medepak kerangka peluru. Senjata ini menembakkan peluru berukuran 7,62mm dengan kecepatan 100 peluru per detik. Mimpi buruk adalah nama lain senjata ini - tidak, gamam ini.

Tentu saja, beratnya juga luar biasa. Tubuh utamanya saja 18kg, digabung dengan jumlah amunisinya yang bayak, berat totalnya lebih dari 40kg. Tidak peduli jenis apa prajurit STR murni ini, tidak mungkin semua itu berada di dalam batas berat yang bisa ia bawa. Tentu saja, karena kelebihan berat itu berarti ada hukuman ke gerakannya.

Alasan mengapa rombongan musuh bergerak begitu lambat bukanlah karena perpanjangan waktu berburu mereka. Tetapi itu semua karena kecepatan berjalan prajurit besar ini.

Sambil merasa ketakutan, Sinon mengintip melalui scope-nya. Ditengah-tengah sudut pandang Sinon, prajurt besar itu meraih pegangan Minigun tersebut. Senjata mesin besar itu dengan lancar meluncur di rel dan berputar 90 derajat ke sisi kanan tubuh orang tersebut. Kedua kakinya terbuka lebar, dengan posisi keenam barel senjata menghadap ke depan - mulut prajurit tersebut yang berada di bawah kacamata pelindungnya bergerak untuk pertama kalinya, membentuk sebuah senyuman yang bengis.

Sinon bergegas menyetelkan piringannya, mengurangi pembesaran scope sampai minimum.

Dari sudut pandang sisi kiri, Sinon melihat kelompok beranggota tiga penyerang milik Ginrou yang bersenjata senapan sub-mesin, bergerak ke depan. Peluru-peluru ringan dari Peletus Laser yang di siapkan oleh pelindung kelompok musuh menghasilkan ekor biru muda saat mereka menghadapi serangan. Semuanya meninggalkan riak/ombak, seperti yang ada di permukaan air, di sekitar satu meter di depan Ginrou dan yang lainnya, lalu lenyap. Itulah hasil tinggi dari efek <<Medan Pertahanan Terhadap Peluru Ringan>>.

Hanya karena mereka membalas menembak dengan semprotan senapan sub-mesin berpeluru balistik, salah satu anggota musuh bersenjata peletus yang sedang membungkuk keluar dari balik batu tertutup oleh dampak efek merah darah dengan suara 'pa pa' dan tumbang. Ginrou dan yang lainnya lalu maju bergerak ke arah bayangan dinding beton dekat musuh-

Pada saat itu, prajurit bertubuh besar itu dengan cepat merendahkan pinggangnya.

Barel Minigun berputar dengan kecepatan tinggi, mengeluarkan sebanyak-banyaknya sabuk berkilauan kira-kira 0,3 detik atau lebih.

Hanya dengan begitu, bersamaan dengan bagian dinding beton, avatar Ginrou hancur lalu lenyap. Semua ini terlalu cepat, bagaikan boneka pasir terhantam arus air.

"...!"

Sinon menggigit bibirnya lalu berdiri. Dia mengangkat Hecate II dari lantai, melipat kedua kaki pijakan senjatanya dan menyandang tali ke pundaknya.

Hecate II, dengan panjang total 138 cm, menggali ke bahu Sinon dengan berat. Tinggi Sinon bahkan tidak mencapai 155 cm, tetapi masih di batasan berat yang bisa ia bawa. Senjata sampingannya, <<H&K MP7[4]>>, adalah senapan sub-mesin ultra-kompak yang entah mengapa tidak melewati batas berat. Dia berpikir begitu karena jumlah tinggi STR Sinon hanya cukup untuk membawa 7 magasen untuk Hecate II.

Bahkan dengan mata telanjang, Sinon bisa melihat kedipan kembang api bermekaran dari moncong senjata di medan pertempuran satu dan setengah kilometer dari sini. Sinon tetap diam dan berlari dengan kecepatan penuh.

Karena situasi berakhir seperti itu, aliran pertempuran berbalik melawan Dyne dan lainnya. Jika prajurit Minigun itu sendirian, maka dengan mempertahankan jarak menengah dan terus bergerak pada kecepatan tinggi akan memberikan kesempatan untuk mengalahkan si Minigun tersebut. Namun, bersama prajurit bersenjata Peletus Laser yang menyediakan perlindungan ke Minigun, sesaat setelah kamu mendekati jarak dekat yang dapat membuat pertahanan berkurang, kamu tidak bisa menghindari musuh.

Meskipun Sinon adalah salah satu anggota skuadron, jika ia mundur, dia menduga tak seorang pun akan mengeluh. Itu karena dia telah menyelesaikan tujuan yang diperintahkan ke dirinya sebagai penembak jitu.

Namun, Sinon berlari lurus ke arah pertempuran. Dia tidak berpikir untuk menolong anggotanya. Hanya senyuman yang mengambang dari wajah prajurit Minigun itu yang membuat Sinon bergerak maju.

Orang itu bisa tersenyum di medan perang hanya karena dia memiliki kekuatan. Jumlah waktu permainan yang dibutuhkan untuk mendapatkan Minigun, hampir sama atau lebih langka dengan Hecate. Perlengkapan tersebut menuntut ketekunan untuk menumpuk STR yang cukup untuk menjadi tangguh. Sebagai tambahan, ia memiliki keberanian untuk menghadapi tembakan Sinon dengan tenang.

Untuk melawan musuh seperti itu dan dengan membunuhnya, diri lainku yang terlalu lemah - <<Asada Shino>> yang selalu menangis dan yang kurang dewasa dapat dihilangkan.

Untuk itu saja, Sinon menginvestasikan dirinya di dunia gila ini. Melarikan diri dari sini, maka semua hal yang ia perjuangkan sampai sejauh ini akan menjadi sia-sia.

Sambil menendang tanah kering dan meloncat pada kecepatan tertinggi yang diperbolehkan parameternya, ia meloncat melalui udara berdebu. Sinon kemudian berada pada puncak kecepatannya.

Sinon bergerak di sekitar pasir sarat berkerikil. Dia menghindari dan melompati batu menonjol, reruntuhan dinding dan rintangan lainnya. Dia bergegas ke daerah pertempuran hanya dalam beberapa puluhan detik.

Parameter AGInya dibuka menyeluruh untuk membantunya dalam membuat dash sengit berarah lurus. Dia bahkan tidak sedikitpun mempertimbangkan mencari tempat perlindungan. Kelompok musuh kemungkinan sudah menangkap sosok Sinon mendekat.

Dibanding dengan awal, area pertempuran kedua phihak telah bergeser secara signifikan. Tentu saja, yang mundur adalah kelompok Dyne. Dengan adanya Minigun yang secara paksa memberikan tembakan backup memberondong, kelompok pertahanan musuh menekan jarak dengan menetap. Untuk menghindari jarak efektif tembakan senjata optik, empat orang termasuk Dyne, terus-menerus mundur, bersembunyi dari satu perlindungan ke perlindungan lainnya.

Bergegas lurus ke padang gurun untuk kabur sudah bukan opsi yang memungkinkan. Jika mereka terlihat, secara langsung mereka akan dimandikan peluru Minigun seperti air terjun dan menjadi berlubang seperti sarang lebah. Selain itu, dinding beton yang dipercayakan oleh Dyne dan lain-lain sudah sebagian besar hilang dalam pelarian mereka. Satu-satunya yang tersisa adalah reruntuhan bangunan yang mereka manfaatkan pada awal penyergapan. Jika mereka kabur ke sana, maka mereka akan terjebak seperti tikus di dalam tas.

Sinon yang langsung mengetahui situasi tersebut, mencoba untuk melompat ke bayang-bayang dinding dimana Dyne dan yang lainnya bersembunyi untuk menarik napas. Pada saat itu, tiga garis cahaya merah muncul tepat di depan Sinon.

"Ku..."

Mengepalkan giginya, Sinon memasuki posisi menghindar. Garis merah itu adalah lintasan garis dari penyerang yang menggunakan Peletus Laser.

Pertama, Sinon merendahkan tubuhnya sampai batas dan menyelinap ke bawah Garis Peluru pertama. Setelah itu, dengan tepat menelusuri garis diatas kepalanya, sinar panas biru pucat menghanguskan ruangan tersebut. Di depan matanya, Garis Peluru kedua memanjang. Dia menendang tanah dengan kaki kanannya sekuat tenaga dan meloncat, tubuhnya menari di udara. Tembakan laser lalu menembak tepat ke perutnya, dan untuk sesaat pandangan Sinon memutih.

Garis Peluru ketiga lalu melintas sedikit di atas arah lompatan Sinon. Dia menyusutkan kepalanya sebisa mungkin untuk menghindari sinar panas, tetapi ujung rambut biru tipisnya terpotong sedikit oleh sinar panas tersebut, dengan retakan suara partikel cahaya menyebar.

Dengan cara apapun menghindari tembakan terus menerus Peletus Laser, Sinon mendarat. Di depan matanya -

Sebuah garis tebal merah darah yang mengerikan berdiameter 50 cm mengarah ke arah Sinon.

Tidak salah lagi, ini adalah Garis Peluru Minigun itu. Beberapa persepuluh detik kemudia nantinyan, ledakan peluru bagaikan badai akan menyerang.

Sinon menyambuk tubuhnya yang lumpuh karena ketakutan, membungkuk kaki kanannya yang baru saja menyentuh tanah dan meloncat sekali lagi sekuat tenaga. Dia membalikkan tubuhnya di udara, di bagian teratas loncatan tingginya itu tubuhnya terbaring rata.

Tepat setelah itu, lewatlah badai gelombang energi yang hampir menyentuh punggung Sinon, dimana ia merasa turbulensi dari serangan itu. Setelah kluster peluru balistik bercahaya putih melewati pandangannya, dinding reruntuhan gedung yang agak jauh darinya lalu hancur.

Sesaat sebelum ia mendarat di tanah berpasir, ia membalikkan tubuhnya lagi. Sinon lalu mendarat dengan tangan kakinya. Pada saat yang sama ia melemparkan tubuhnya ke depan sebisa mungkin. Setelah berguling beberapa kali, ia mencapai bayang-bayang dinding beton dimana kelompok Dyne bersembunyi.

Pemimpin skuadron menatap Sinon yang tiba-tiba muncul dengan khawatir. Tidak peduli kalau ini tampaknya seperti niat baik, matanya tidak bersinar dengan rasa syukur. Hanya keraguan bagi seseorang yang menjulurkan kepalanya di tempat berbahaya ini dengan sengaja.

Dyne lalu memalingkan wajahnya, melihat senapan serbu yang berada di tangannya. Dia lalu bergumam dengan suara rendah.

"...Bajingan-bajingan itu, mereka membawa pengawal."

"Pengawal?"

"Kamu tidak tahu? Dia pengguna Minigun. Namanya <<Behemoth>>, seorang pria berotot dan cerdas yang berbasis di benua utara. Ia bekerja sebagai pelindung atau semacamnya untuk skuadron-skuadron dengan uang tapi tanpa ketekunan."

Itu adalah cara bermain yang lebih terhormat dibandingkan kamu, Sinon berpikir, tapi tentu saja dia tidak mengatakannya. Sebaliknya, ia berpaling ke tiga penyerang di luar Dyne, yang melihat keluar sesekali dari perlindungan untuk menembak membabi-buta pada kelompok musuh. Sinon lalu berkata dengan suara yang nyaris tidak terdengar oleh seluruh kelompok.

"Kalau kita terus bersembunyi seperti ini, kita akan dibunuh sesaat lagi. - Sisa jumlah peluru si Minigun agak meragukan. Jika kita semua menyerang pada saat bersamaan, maka ia akan membantai kita tanpa peduli. Kita harus menghilangkan opsi tersebut. Kalian berdua yang menggunakan SMG (senapan sub-mesin) pergi ke arah kiri, Dyne dan saya akan ke sisi kanan, M4 tinggal di sini sebagai backup..."

Dyne memotong pembicaraan dengan suaranya yang serak.

"...Itu tidak akan berhasil, ada tiga pengguna Peletus Laser yang tersisa. Jika kita bergegas masuk, efek pertahanan mereka akan..."

"Kecepatan tembak terus menerus Peletus lebih lambat dibandingkan senjata balistik, kita bisa menghindari setengah dari itu."

"Mustahil!"

Dyne mengulang dengan keras kepala sambil menggeleng kepalanya.

"Bergegas masuk juga hanya akan menghancurkan kita...Meskipun agak disesalkan, mari kita menyerah. Kalau kamu terlalu bangga melihat mereka menang, logout di sini....."

Meskipun kamu logout di medan neutral, kamu tidak akan menghilang secara langsung. Avatarmu yang tanpa jiwa akan tetap berada disini untuk beberapa menit, rentan untuk diserang. Peluangnya rendah, tapi senjata dan armor akan jatuh secara acak kemungkinan akan terjadi.

Sejauh ini, Sinon berpikir waktu mundur pemimpin terlalu awal, tetapi dengan keputus-asaannya ini, juga temperamennya yang seperti anak kecil, Sinon tidak pernah menyangka ia akan membuat proposal seperti ini. Sinon menatap setengah tercengang ke wajah Dyne yang seharusnya veteran.

Sesaat setelah itu, Dyne menunjukkan giginya dan berteriak.

"Apa? Jangan menganggap serius game ini! Bagaimanapun juga hasilnya sama saja, jika kita bergegas kita akan mati sia-sia..."

"Lalu mati saja!"

Sinon berteriak sambil menjawab sebagai reaksinya.

"Setidaknya di game ini, cobalah mati menghadapi todongan-todongan senjata!"

Sesungguhnya, kenapa dia mengatakan hal seperti ini ke pria yang hanyalah targetnya masih belum ia ketahui. Itu juga berarti Sinon akan memutuskan hubungannya dengan skuadron ini.

Saat sebagian dari hatinya sedang berpikir itu, Sinon menggenggam kerah jaket kamuflase Dyne dan dengan paksa menariknya dengan kuat. Pada saat bersamaan, Sinon dengan cepat berkata kepada tiga orang lainnya dengan mata lebar.

"Tiga detik cukup, ambil perhatian Minigun, saya akan menghabisinya dengan Hecate."

"...Un. Saya mengerti."

Pria dengan kacamata pelindung di rambut hijaunya berpikir cukup lama akhirnya menjawab dan kedua rekannya yang lain mengangguk.

"Oke, kita bagi tim menjadi dua, tim kiri dan kanan maju bersamaan."

Sinon mendorong paha Dyne yang merajuk dan mereka berpindah ke ujung akhir tempat perlindungan. Sinon mengambil dua senjata sampingan MP7 dari pinggang kirinya dan mulai menghitung mundur dengan tangannya.

Tiga...dua...satu,

"GO!!"

Pada saat yang sama, Sinon menendang tanah dengan keras dan masuk satu detik lebih awal ke medan perang dimana kematian terus menunggu.

Pada saat itu, beberapa Garis Peluru muncul di depannya. Dia menurunkan tubuhnya sambil meluncur menhindari, kelompok musuh memasuki pandangannya.

Di depan sisi kanannya, dibelakang dinding sekitar dua puluh metar kedepan, dua orang dengan Peletus Laser menunggu. Yang lainnya berada sedikit di kiri. Manusia Minigun <<Behemoth>> yang berada di tengah sekitar 10 meter dari mereka, membidik rekannya Sinon yang muncul keluar dari sisi kiri.

Sementara Sinon berlari ke kanan, ia membidik MP7 di tangan kirinya ke prajurit-prajurit Peletus. Menekan pemicunya dengan sedikit memunculkan Lingkaran Peluru. Tidak mungkin ia bisa mengendalikan detak jantungnya sekarang. Lingkaran Peluru tersebut berdetak di sekitar tubuh-tubuh prajurit bidikannya.

Meskipun begitu, Sinon tetap menembak. Dia merasakan syok dari rekoil yang tidak bisa dibandingkan dengan Hecate di telapak tangannya dan mengosongkan magasen 20 peluru 4,6mm sekaligus.

Serangan sembrononya membuat musuh panik dan dua prajurit Peletus berusaha bersembunyi di balik dinding, tetapi sebagian dari peluru-pelurunya mengenai tubuh mereka. Itu tidak cukup untuk menjatuhkan HP mereka ke nol tetapi akan memberinya waktu beberapa detik.

"Dyne! Dukung saya!"

Sinon berteriak dan melemparkan dirinya ke tanah. Pada saat bersamaan, ia mengeluarkan Hecate II dari punggungnya dan melengkapinya di kedua tangan. Dia tidak punya waktu untuk mempersiapkan kedua kaki pijakan senjatanya. Menahan berat Hecate yang mengerikan, ia mengintip melalu scope-nya.

Karena pengaturannya masih di pembesaran terendah, dia bisa melihat seluruh tubuh atas Behemoth. Wajah <<Behemoth>> kemudian melihat ke arah Sinon. Sinon lalu menarik pelatuknya tanpa menunggu Lingkaran Peluru mengecil.

Raungan dan kematian pasti mengilat menembus angkasa - peluru tersebut menembus tepat di samping kepala Behemoth. Serangan itu melepaskan goggles dari kepala Behemoth, yang lalu berubah menjadi bubuk dan lenyap.

Dia gagal mengenai sasaran - !

Sinon menggigit bibirnya dan baru ingin berdiri, lalu pandangannya di scope berhadapan dengan Behemoth. Behemoth yang wajah aslinya akhirnya kelihatan, dengan kedua mata abu-abunya yang menyala, bibirnya tersenyum tanpa gentar.

Seluruh tubuh Sinon ditutupi cahaya merah besar.

Tidak bisa dihindari, Sinon langsung menyimpulkan. Dari posisi menembak bersujudnya, berdiri dan meloncat ke kiri atau kanan, tidak ada waktu untuk melakukan semua itu.

Setidaknya, tatapi moncong senjata -.

Mengikuti kata-katanya, Sinon berdiri dan menatap langsung ke Behemoth. Tiba-tiba, di beberapa tempat di tubuh besar itu meledak ringan dengan suara "Papaa!".

Itu Dyne. Sambil berlutut pada satu kaki di tanah dan mengenggam senapan serbunya, dia menembak dengan akurasi tinggi. Dalam situasi dan jarak ini, tanpa memedulikan kepribadiannya, fakta bahwa ia bisa mencetak begitu banyak tembakan membuktikan bahwa keterampilannya benar-benar menakjubkan. Sambil berpikir hal itu, Sinon melompat segenap tenaga ke sisi kanannya. Tepat setelah itu, tempat dimana ia berada sebelumnya ditembaki puluhan badai peluru.

"Dyne! Geser ke kanan sedikit lagi..."

Pada saat Sinon berteriak itu.

Dua prajurit bersenjata Peletus muncul dari persembunyian mereka, membidik Dyne yang sedang berdiri dan lalu menembaki anak-anak panah cahaya tanpa ampun ke arah Dyne.

Jaraknya terlalu dekat. Sinar panas menembus pertahanan Dyne dan mengenai tubuhnya satu demi satu.

Dyne memandang Sinon sesaat. Lalu ia menghadap depan -

"Uooo!!"

Dengan satu teriakan tunggal itu, ia mulai berlari lurus ke depan.

Badai peluru menghujani tubuh Dyne. Dia menghindar dan menyelinap melewati beberapa tembakan sambil bergegas dengan sengit. Tapi tentu saja, ia tidak bisa menghindari semua tembakan-tembakan tersebut.

Pada detik-detik terakhir, Dyne menarik jimat perlindungan Granat Plasma dari pinggangnya dan melemparnya ke persembunyian mereka. Pada saat yang sama, seluruh HP-nya habis, sementara avatarnya masih menghadap jauh dari Sinon. Lalu Dyne hancur berkeping-keping menjadi poligon dan melenyap.

Akibatnya, dunia dicat cahaya putih.

Palu raksasa Tuhan lau jatuh membuat impak ke tanah. Aliran energi hijau-putih menggila. Badai debu membaling ke atas. Tercampur di semua itu, tubuh seorang Peletus terbang di udara. Sebelum mencapai tanah, ia terhancur musnah.

-Keberanian Mengagumkan!

Sinon memberikan elegi singkat untuk Dyne yang telah keluar dari pertempuran. Sinon lalu menyipitkan matanya dari debu-debu di sekitar dan dengan cepat memeriksa medan pertempuran.

Salah satu dari rekan timnya yang mengambil sisi sayap kiri telah dibunuh oleh Minigun dan prajurit Peletus di sana tampaknya telah menghilang.

Di sayap kanan, karena pengorbanan bunuh diri Dyne, menjadi medan kekacauan. Dyne membawa serta satu musuh sebelum ia mati dan sisa satunya yang lain tertegun di tempat.

Kemudian - didalam asap debu yang secara perlahan-lahan mulai menipis, siluet besar mendekatinya dengan arah lurus.

Jika ini berlangsung, Behemoth dan dirinya akan bertempur tatap muka. Tetapi pada jarak itu, senapan snipernya tidak bisa menang melawan senapan mesin berat.

Dia harus menemukan posisi titik buta Minigun sambil mengambil posisi untuk menembak. Namun di pertempuran satu lawan satu, tidak ada titik buta...

- Tidak.

Sinon menahan napasnya sejenak. Pada saat asap debu hasil dari granat Dyne masih menutupi semuanya, Behemoth tidak tahu persis dimana posisi dirinya. Tentu saja, Sinon juga tidak dapat membidik Behemoth dengan jelas, tetapi kemungkinan ia bisa pergi ke satu tempat di area ini dimana badai peluru tidak dapat mencapainya.

Sambil memikirkan hal itu, Sinon berbalik dan berlari dengan sengit. Dia berlari menuju reruntuhan bangunan yang runtuh dan rusak di belakang medan pertempuran.

Melompat memasuki jalan masuk, Sinon tidak dapat melihat bagian belakang gedung yang sudah runtuh. Langit kuning masih terlihat. Tetapi Sinon berlari menuju sisi kanan dinding - dimana terdapat sebuah tangga naik. Sambil mencoba untuk tidak menginjak ubin-ubin rusak yang dapat menyebabkan suara, Sinon berlari dengan hati-hati.

Di tangga besi, dia harus melangkah dengan ringan, tetapi ia naik tanpa merepotkan hal itu.

Dia menendang dinding seperti penari untuk mengubah arahnya dan pergi naik ke atas lagi.

Dia mencapai lantai lima dalam waktu kurang dari dua puluh detik. Tangga tersebut berakhir di sana. Ada jendela besar di sebelah kiri.

Dari sini, Sinon seharusnya memiliki waktu beberapa detik untuk mengambil posisi membidik tanpa Behemoth sadari.

Sambil memikirkan itu, Sinon meletakkan Hecate II di bahunya dan memandang keluar jendela menghadap ke bawah medan pertempuran.

Tiba-tiba pandangannya memerah.

Beberapa puluhan meter di bawah, Behemoth mengangkat Minigun ke ketinggian maksimumnya lalu membidik Sinon secara langsung. Dia telah membaca gerakan Sinon. Pikiran dan rencana pertempurannya, seluruhnya.

Kuat sekali. Dia seorang pemain GGO sejati, bukan, dia seorang tentara.

Namun, lawan seperti inilah yang Sinon inginkan. Bunuh dia. Harus membunuhnya.

Sinon tidak ragu-ragu. Tanpa mengambil posisi membidik, ia meletakkan kaki kanannya di ambang jendela dan melompat keluar.

Pada saat sama, seperti nyala api, kilatan gelombang energi bergegas naik dari tanah. Whack!! Syok intens datang dari lutut kirinya Sinon. Kaki avatarnya lenyap dan bar HPnya menurun drastis.

Namun, Sinon masih hidup. Dia terjun melewati lintasan tembakan Minigun dan menari di udara. Sinon berada tepat di atas posisi Behemoth yang mengagumkan.

Behemoth kemungkinan ingin menembak sampai pelurunya habis, jadi ia bergerak mundur, mencoba menembak Sinon di lintasan tembakannya. Tetapi dia tidak bisa meraihnya. Untuk Minigun yang digantung pada rel di punggungnya, tidak ada cara lain untuk menembak ke atas.

Sambil jatuh, Sinon menempatkan Hecate II dibahunya dan menatap langsung melalui scopenya.



Pandangan Sinon dipenuhi oleh wajah kasar Behemoth. Di wajah itu, senyuman biasanya menghilang. Dia menunjukkan giginya, dengan terkejut dan lentera amarah terbakar di matanya.

Sinon nyaris tidak menyadari bahwa mulutnya bergerak sendiri.

Apa yang muncul di wajah Sinon adalah sebuah senyuman. Senyuman liar, kejam, berhati dingin.

Masih dalam keadaan jatuh, Sinon tidak dapat menstabilkan tembakan jarak jauhnya. Tetapi jarak tembakan ini terlalu dekat. Ketika moncong senjatanya berada di jarak sekitar satu meter dari kepala Behemoth, Lingkaran Peluru hijaunya mengecil dan menetap di tengahnya wajah pria tersebut.

"The End!"

Sambil berbisik, Sinon menarik pelatuknya.

Di dunia ini, tombak energi terbesar dari jari Dewi Dunia Nereka terbebas keluar dari peluru tersebut.

Peluru itu dengan langsung menusuk lubang besar yang menikam melalui wajah Behemoth dan bagian atas tubuhnya, menembus reruntuhan tanah.

Kemudian, setelah suara ledakan itu berlalu, tubuh silinder Behemoth yang besar hancur terbongkar dan lenyap.
READMORE